Si Elang Polandia kini berada di urutan ketiga Grup G dengan 6 poin (3 laga). Mereka berada di bawah Finlandia (7 poin/4 laga) dan Belanda (6 poin/2 laga).Â
Memprediksi Grup ini, Belanda asuhan Ronald Koeman menjadi favorit kuat untuk langsung lolos ke Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada tahun depan.Â
Slot playoff kepada runner-up lah yang akan diperebutkan Polandia dan Finlandia. Jika ditanya tim lebih butuh siapa, Probierz atau Lewandowski? Sepertinya mayoritas rakyat Polandia akan memberikan suaranya kepada sang legenda hidup.
Dari Telepon Malam Hari Hingga Laga Penuh Derita
Drama di tubuh Timnas Polandia ini adalah sebuah studi kasus klasik tentang bagaimana ego dan komunikasi yang buruk bisa meruntuhkan sebuah tim.Â
Segalanya bermula dari keputusan Robert Lewandowski untuk menolak pemanggilan timnas di bulan Juni 2025. Dalih kelelahan fisik dan mental pasca musim panjang 2024/2025 bersama Barcelona memang cukup bisa dipertanyakan, sebab Barcelona toh tidak bermain hingga Final Liga Champions.Â
Di usianya yang menginjak 36 tahun, beban fisik dan mental di level klub elit Eropa tentu cukup menguras tenaga, apalagi Lewy sempat menderita cedera sebelum semifinal Liga Champions melawan Inter Milan.
Namun, reaksi Michal Probierz terhadap penolakan itu justru memicu ledakan yang lebih besar. Probierz mengambil langkah melakukan panggilan singkat kepada Lewandowski di malam hari, saat sang bintang tengah menidurkan anak-anaknya.Â
Dalam percakapan singkat itu, Probierz menyampaikan keputusan mengejutkan: Lewandowski tidak lagi menjadi kapten Timnas Polandia, dan ban kapten akan beralih ke tangan Piotr Zielinski.Â
Cara penyampaian yang terkesan mendadak dan tanpa mempertimbangkan momen, jelas melukai perasaan seorang legenda yang telah mengabdi puluhan tahun.
Reaksi Lewandowski tak terbendung. Pada hari Minggu, ia secara tersurat menyatakan tidak akan lagi bermain untuk tim nasional selama Probierz masih menjabat sebagai pelatih.Â
Keesokan harinya, ia bahkan secara terbuka mengatakan kepada situs berita Polandia bahwa ia "sakit hati" dengan cara sang manajer mengumumkan pencopotan jabatan kaptennya. Ini bukan lagi sekadar masalah teknis atau kebugaran, melainkan soal harga diri dan respek.