Namun, magis Yamal tidak berhenti di situ. Di menit ke-78, sebuah insiden kontroversial terjadi. Leandro Cabrera, bek Espanyol, tertangkap kamera VAR menyikut Lamine Yamal dalam duel perebutan bola.Â
Kartu merah pun tak terhindarkan, membuat Espanyol harus bermain dengan sepuluh pemain di sisa waktu yang krusial.Â
Keunggulan jumlah pemain dimanfaatkan betul oleh Barcelona untuk mendominasi jalannya pertandingan.
Pesta juara akhirnya benar-benar meledak di injury time menit 90+5'. Kembali, Lamine Yamal menjadi arsitek serangan. Sebuah umpan terukurnya berhasil disambut dengan sempurna oleh sundulan Fermin Lopez, menggetarkan jala gawang Espanyol untuk kedua kalinya.Â
Gol yang memastikan raihan 85 poin Barcelona tidak mungkin lagi dikejar oleh Real Madrid di dua pertandingan sisa.Â
Peluit panjang berbunyi, dan RCDE Stadium menjadi saksi bisu perayaan gelar La Liga ke-28 bagi Barcelona.
Gelar La Liga ini menjadi penanda dominasi Barcelona di musim 2024/2025. Di bawah arahan Hansi Flick, mereka berhasil mengawinkannya dengan trofi Supercopa Espana dan Coppa Del Rey.Â
Sebuah musim debut yang nyaris sempurna bagi pelatih asal Jerman tersebut, yang sayangnya harus merelakan mimpi treble setelah dikalahkan Inter Milan di babak semifinal Liga ChampionsÂ
Keterbukaan dan Kepercayaan sebagai Kunci Sukses Musim Perdana Hansi Flick
Keberhasilan Barcelona meraih domestic treble di musim perdananya tak lepas dari sentuhan magis Hansi Flick.Â
Pelatih asal Jerman ini dikenal dengan pendekatan taktisnya yang fleksibel dan kemampuannya dalam membangun hubungan yang baik dengan para pemain.Â
Kunci utama kesuksesan Flick adalah keterbukaannya dan kepercayaannya kepada setiap anggota skuad.