Kompasiana - Senin kelabu bagi Kopites di seluruh dunia. Kabar yang beredar kencang akhirnya menjadi kenyataan pahit.Â
Trent Alexander-Arnold, local lad kebanggaan Anfield, memutuskan untuk mengakhiri kisah cintanya yang telah terjalin selama dua dekade bersama Liverpool.Â
Pengumuman via media sosial pribadinya bak petir di siang bolong, mengonfirmasi bahwa Juni 2025 akan menjadi lembaran terakhirnya berseragam The Reds.Â
Tentu saja, spekulasi langsung menyeruak. Real Madrid, sang raksasa Spanyol, disebut-sebut sebagai pelabuhan berikutnya.Â
Sebuah langkah yang ironis, mengingat status transfernya yang gratisan, mengikuti jejak Kylian Mbappe di musim sebelumnya.Â
Fenomena pemain bintang yang "mengakali" sistem transfer demi keuntungan pribadi dan agen, kini menjadi tren yang sulit dibendung.
Namun, di balik gemerlap Madrid dan potensi pundi-pundi uang yang menggiurkan, tersimpan alasan-alasan mendasar yang membuat Trent memilih angkat kaki dari Merseyside.
Ganjalan Hati di Balik Kendati Genggam Trofi Premier League
Keputusan seorang pemain sekaliber Trent Alexander-Arnold untuk meninggalkan klub yang telah membesarkannya tentu tidak diambil dalam semalam. Ada bara dalam sekam, ada gundah yang mungkin terpendam sekian lama.Â
Mungkin, dua faktor krusial disinyalir menjadi pemicu utama perpisahan yang menyakitkan ini.
Pertama, Rotasi yang Mengusik Ego. Kedatangan Arne Slot di kursi kepelatihan Liverpool membawa angin perubahan, termasuk dalam hal kebijakan rotasi pemain.Â