Anak-anak secara alami tumbuh dengan pemahaman bahwa sayuran seperti lawar (sayuran dengan parutan kelapa berbumbu), plecing kangkung (kangkung rebus dengan sambal), atau daun singkong rebus dengan sambal ikan segar adalah pilihan yang lebih praktis dan terjangkau, tanpa mengorbankan cita rasa dan nutrisi.Â
Mereka tidak perlu menunggu proses memotong, membakar, dan memasak ayam yang memakan waktu lebih lama.Â
Standar "enak" mereka terbentuk dari kesederhanaan dan ketersediaan alam.
Pergeseran standar "enak" ini adalah kunci.Â
Anak-anak di desa tidak terpapar pada bombardir rasa artifisial dan tampilan menarik dari makanan olahan yang mendominasi lanskap kuliner kota. Mereka belajar menghargai rasa alami dari bahan makanan segar.Â
Proses menanam, memanen, dan memasak bersama keluarga di desa juga menumbuhkan apresiasi terhadap makanan dan menghilangkan jarak antara anak dan sumber makanannya.Â
Mereka tahu dari mana makanan itu berasal, bagaimana prosesnya, dan nilai gizi yang terkandung di dalamnya.Â
Tentu, memindahkan anak kota ke desa bukanlah solusi praktis bagi semua orang. Namun, esensi dari pengalaman di desa dapat diadaptasi dalam kehidupan perkotaan. Beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan bila kita hidup di perkotaan:
1. Mengenalkan Anak pada Proses Bertanam:Â
Sekecil apapun lahan yang tersedia, ajak anak menanam tanaman sederhana seperti cabai, tomat, atau bahkan rempah-rempah dalam pot. Proses ini akan menumbuhkan rasa ingin tahu dan apresiasi terhadap hasil bumi.
2. Memasak Bersama Anak:Â
Libatkan anak dalam proses menyiapkan makanan. Biarkan mereka mencuci sayuran, mengaduk adonan, atau bahkan mencicipi bumbu. Ini akan meningkatkan keterlibatan mereka dengan makanan dan mengurangi resistensi terhadap rasa baru.