Mohon tunggu...
gregorius winarno
gregorius winarno Mohon Tunggu... Karyawan swasta

Suka jalan-jalan, menggeluti pendidikan, dan peminat humaniora

Selanjutnya

Tutup

Trip

Simponi Keindahan Labuan Bajo: dari Taman "Jurassic", Gua Purba hingga Kearifan Tenun Lokal

17 September 2025   20:00 Diperbarui: 17 September 2025   15:15 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung Ujung Labuan Bajo  (Sumber: Sunny N)

Setelah mengunjungi pantai dan pulau Komodo yang eksotis, kami berkesempatan mengunjungi dua destinasi lain yaitu Goa Rangko dan Gua Batu Cermin.

Untuk mencapai Gua Rangko, kami lakukan perjalanan darat 20 menit. Selanjutnya naik kapal motor nelayan. Dari dermaga, berjalan menyusuri pantai. Tak terlalu jauh lalu masuk ke gua Rangko ini. Terkenal karena kolam air asin alami dan jernih.  Warnanya biru kehijauan. Dikelilingi stalaktit dan stalakmit, saat terkena matahari, kolam dalam gua ini memberikan pemandangan unik bawah air. Pemandu wisata yang menemani kami bercerita banyak turis manca negara suka nyebur  ke kolam yang dalamnya 4 meter ini.

Selain Gua Rangko, kami kunjungi Gua Batu Cermin. Lokasinya  dekat dengan pusat kota. Begitu masuk area ini, langsung  ketemu bangunan relatif baru. Ada fasilitas front  office tempat membeli tiket sebelum masuk, juga resto dan area parkir yang konon mulai dilengkapi dan ditata pada 2021. Sayang seribu sayang tampaknya toilet tak terlalu terawat.

Memasuki kawasan Gua Batu Cermin, awalnya kami melewati area penuh tanaman bambu. Tak jauh dari sana ada batu besar bertumpuk. Namanya Batu Payung. Mirip jamur raksasa. Unik. Sebelum masuk Gua Batu Cermin, kami diwajibkan mengenakan helm. Di area tertentu kudu agak merunduk untuk bisa masuk. Di gua ini kami menemukan fosil hewan laut. Konon bebatuan gua ini sudah ada sejak jutaan tahun yang lalu. Gua ini pertama kali ditemukan oleh Theodore Verhoven, seorang pastor Belanda yang juga seorang arkeolog.  pada 1951.  Bebatuannya seperti kristal. Sangat elok berkilau saat ditimpa sinar matahari yang masuk di celah bebatuan. Karena itu, waktu terbaik mengunjungi tempat ini adalah siang hari saat cuaca cerah.

 

Kekayaan Budaya Lokal 

Didirikan pada 2012 Rumah Tenun  Baku Peduli terletak di jalan trans Flores. Selain menyediakan informasi mengenai tenun: mulai dari asal dari daerah dan proses pewarnaan, Baku Peduli juga memberikan kesempatan pengunjung menyaksikan langsung proses kain tenun dibuat. Kami siang itu sempat melongok ke bagian belakang rumah tenun. Di sana dijelaskan bagaimana proses pewarnaan kain tenun dilakukan. Tampak aneka bahan pewarna disiapkan dan diolah.

Salah satu hal favorit di tempat ini adalah menikmati kopi sambil  menghadap pemandangan sawah menghijau. Ditemani kopi robusta yang wangi, sungguh siang yang paripurna.

Rumah tenun ini sebenarnya juga mengelola beras organsik. Tapi produk saat itu tak tersedia. Layak terus didukung upaya Rumah Tenun Baku Peduli ini dalam menyediakan edukasi tak hanya soal tenun, tetapi juga kelestarian kearifan lokal.

Kuliner Lokal 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun