Selain itu, desainer dapat menambahkan nilai melalui layanan tambahan seperti konsultasi atau revisi terbatas, sehingga klien tetap memahami nilai sebenarnya dari jasa desain tersebut yang bukan hanya terbatas pada pembuatan aset visual tapi memiliki elemen pemasaran yang membantu bisnis untuk lebih berjalan optimal.
6. Premium / Prestige Price
Bagi para desainer yang telah memiliki portofolio premium atau telah dikenal di industri, metode "Premium/Prestige Price" merupakan sesuatu yang dapat diterapkan. Strategi ini memposisikan jasa desain sebagai layanan eksklusif dengan kualitas tinggi. Hal ini dapat diterapkan apabila klien telah memahami proses desain serta mengharapkan hasil yang optimal.Â
Klien yang bersedia membayar harga tinggi biasanya mengutamakan kualitas, orisinalitas, dan hasil desain yang unik. Adapun alasan yang masuk akal untuk menetapkan harga premium mencakup portofolio yang telah kuat, kualitas hasil akhir yang unggul, pengalaman kerja yang panjang, penggunaan teknik atau teknologi canggih, serta reputasi dan kredibilitas desainer.
7. Extra-Feature Price
Metode "Extra Feature Price" digunakan saat proyek menjadi berkembang dari brief serta kesepakatan awal. Jika klien meminta elemen tambahan seperti ilustrasi khusus atau tambahan komponen animasi 3D, harga dapat dinaikkan sesuai tingkat kompleksitas tambahan tersebut.Â
Metode ini menjaga agar desainer tidak merugi akibat permintaan tambahan yang tidak diantisipasi. Item komponen tambahan tersebut sendiri dapat dihitung baik dari tambahan waktu untuk mengerjakan, berdasar tingkat kualitas serta kompleksitas, maupun variabel biaya lainnya.
8. Psychological Price
"Psychological Price" seringkali digunakan dalam perdagangan serta berfungsi untuk mengakomodasi persepsi konsumen terhadap harga. Contohnya, penggunaan harga Rp 999.000 terkesan lebih terjangkau daripada Rp 1.000.000. Metode ini efektif untuk menarik klien UMKM atau produk massal yang cukup sensitif terhadap harga.
9. Discounted Price