3. Value-Based Pricing
"Value-Based Pricing" menjadi opsi bagi desainer level berpengalaman yang telah membuktikan kepakarannya dalam berbagai proyek sehingga mampu memberikan nilai tambah tinggi melalui desainnya.Â
Kondisi ini sangat relevan dalam proyek-proyek yang telah menyentuh ranah antar disiplin ilmu terutama pada bidang marketing, sales, dan branding bisnis. Misalnya, branding untuk perusahaan besar yang ingin mengubah citra atau meningkatkan penjualan produk premium lewat pengubahan desain serta promosi produk mereka.Â
Pada kondisi ini, harga dihitung berdasarkan potensi peningkatan pendapatan atau brand value yang akan diperoleh klien dari hasil desain tersebut. Dalam kondisi ini, desainer atau studio menganalisis hingga kepada tujuan bisnis, pendapatan perusahaan, persentase fee, serta traksi pasar.
4. Bundle Price
Metode "Bundle Price" adalah metode yang efektif digunakan ketika klien membutuhkan lebih dari satu layanan desain. Misalnya, proyek rebranding perusahaan yang mencakup logo, kemasan, dan media sosial.Â
Bagaimana desainer dapat menawarkan harga paket ini memungkinkannya untuk meningkatkan order size dan mengunci kontrak jangka panjang, sekaligus memberikan kesan lebih hemat bagi klien.Â
Dalam pelaksanaannya, meskipun memberikan semacam diskon, metode ini perlu lebih berhati-hati agar setiap item tidak merugikan atau merusak pasar sambil tetap menekankan posisi desainer atau studio bahwa mereka tidak merugi dalam mengeluarkan harga.
5. Credibility-Building Price
Dalam fase awal karier atau saat ingin membangun portofolio, sistem "Credibility-Building Price" dapat diterapkan. Harga ditawarkan dengan tarif rendah, atau bahkan gratis, untuk proyek pertama atau kolaborasi dengan klien besar. Tujuannya bukan keuntungan finansial, melainkan reputasi dan kredibilitas.Â
Namun, di sisi lain, untuk menghindari kerusakan harga pasar, desainer harus membatasi jumlah proyek dengan harga ini dan menjelaskan kepada klien bahwa harga tersebut adalah penawaran khusus untuk proyek tertentu saja.Â