Di era ketika isu lingkungan semakin mengemuka, produk daur ulang (recycle products) semestinya menjadi pilihan utama dalam konsumsi sehari-hari.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa produk hasil daur ulang masih belum sepenuhnya diterima masyarakat.
Bahkan, sebagian besar konsumen masih enggan membeli produk daur ulang, dan penghargaan terhadap nilai produk tersebut pun terbilang rendah.
Pertanyaannya, mengapa hal ini bisa terjadi? Berikut beberapa persepsi mengenai produk daur ulang alias recycle products.
Persepsi Negatif dan Kurangnya Informasi
Salah satu alasan utama yang membuat masyarakat enggan membeli produk daur ulang adalah persepsi bahwa barang tersebut tidak sebaik produk baru.
Banyak konsumen masih menganggap bahwa produk daur ulang berarti “bekas” dan “kurang higienis”, padahal sebagian besar produk daur ulang telah melalui proses pembersihan, pemrosesan, dan pengujian kualitas yang ketat.
Kurangnya edukasi juga menjadi penyebab rendahnya minat. Banyak orang belum memahami perbedaan antara barang bekas yang dipakai ulang dengan barang yang telah diolah kembali melalui proses daur ulang industri.
Di sinilah pentingnya peran edukasi publik dan transparansi dari produsen untuk membangun kepercayaan konsumen.
Faktor Estetika dan Gengsi Konsumtif
Dalam masyarakat yang konsumtif, pilihan terhadap suatu produk tidak semata-mata berdasarkan fungsi, tetapi juga estetika dan status sosial.
Produk daur ulang sering kali dianggap tidak modis, tidak trendi, atau tidak mencerminkan status sosial tertentu.