Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Produk Daur Ulang, Antara Keengganan dan Rendahnya Penghargaan

12 Juni 2025   09:18 Diperbarui: 12 Juni 2025   09:18 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelompok melati,  Baradatu, Way Kanan,  telah mampu membuat anek produk daur ulang dari kresek bekas nan berkualitas (dok foto: IG womenshandycrafts)

Di era ketika isu lingkungan semakin mengemuka, produk daur ulang (recycle products) semestinya menjadi pilihan utama dalam konsumsi sehari-hari. 

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa produk hasil daur ulang masih belum sepenuhnya diterima masyarakat. 

Bahkan, sebagian besar konsumen masih enggan membeli produk daur ulang, dan penghargaan terhadap nilai produk tersebut pun terbilang rendah. 

Pertanyaannya, mengapa hal ini bisa terjadi? Berikut beberapa persepsi mengenai produk daur ulang alias recycle products.

Persepsi Negatif dan Kurangnya Informasi

Salah satu alasan utama yang membuat masyarakat enggan membeli produk daur ulang adalah persepsi bahwa barang tersebut tidak sebaik produk baru. 

Banyak konsumen masih menganggap bahwa produk daur ulang berarti “bekas” dan “kurang higienis”, padahal sebagian besar produk daur ulang telah melalui proses pembersihan, pemrosesan, dan pengujian kualitas yang ketat.

Kurangnya edukasi juga menjadi penyebab rendahnya minat. Banyak orang belum memahami perbedaan antara barang bekas yang dipakai ulang dengan barang yang telah diolah kembali melalui proses daur ulang industri. 

Di sinilah pentingnya peran edukasi publik dan transparansi dari produsen untuk membangun kepercayaan konsumen.

Tas, dompet, kotak tisu berkualitas karya kelompok melati di Baradatu, Way Kanan, Lampung, terkendala pemasaran (dok foto: iG womenshandycrafts)
Tas, dompet, kotak tisu berkualitas karya kelompok melati di Baradatu, Way Kanan, Lampung, terkendala pemasaran (dok foto: iG womenshandycrafts)

Faktor Estetika dan Gengsi Konsumtif

Dalam masyarakat yang konsumtif, pilihan terhadap suatu produk tidak semata-mata berdasarkan fungsi, tetapi juga estetika dan status sosial. 

Produk daur ulang sering kali dianggap tidak modis, tidak trendi, atau tidak mencerminkan status sosial tertentu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun