Pernahkah melihat daun pisang seperti tergulung dengan sendirinya, mirip para gadis atau kaum ibu yang sedang memakai roll rambut di kepala mereka?
Jika belum maka cobalah untuk melihatnya. Apabila sedang jalan-jalan pagi atau sore hari lewat kebun pisang tetangga, cobalah melihat pohon daun pisangnya. Jika ada daun tergulung, coba ambil dan diperiksa.Â
Surprise! Ada ulat di dalam gulungan daun pisang tersebut. Jangan kaget ya!
Karena suka menggulung daun pisang dan menjadi rumahnya, si ulat ini pun biasa dinamakan dengan sebutan ulat penggulung daun pisang atau skipper.Â
Nama ilmiah dari si penggulung daun pisang ini adalah Erionoto thrax L., termasuk dalam famili Hesperiidae, ordo Lepidoptera dalam kelas serangga atau insecta.Â
Ulat ini sebenarnya merupakan bagian dari siklus hidup salah satu kupu-kupu yang dimulai dari telur, larva, ulat, kepompong, kupu kupu muda hingga kupu kupu dewasa.
Daur hidup ulat penggulung daun pisang
Sebenarnya, ulat ini adalah bagian dari daur hidup kupu-kupu. Merujuk laman gokomodo.com, mulanya, kupu-kupu dewasa akan meletakkan telurnya secara berkelompok di daun pisang.Â
Dalam waktu antara 5-8 hari, telur berukuran 2 mm ini akan menetas menjadi larva atau ulat ulat kecil. Aktivitas utama ulat-ulat ini adalah makan.
Ulat-ulat ini pun mulai menggulung daun pisang untuk dimakan. Biasanya daun pisang digulung dari dalam menuju ke ujung daun. Paling banyak muncul di musim kemarau, saat kupu-kupu dewasa banyak bertelur.
Warna badan si skipper ini hijau, dan hitam di bagian kepalanya. Dari bagian mulutnya, ulat ini mengeluarkan semacam benang halus yang dipakai untuk menggulung daun pisang.
Dan jadilah, daun pisang menjadi makanan empuknya sekaligus dijadikan sebagai rumah sementaranya. Dari luar, ulat ini tidak terlihat tetapi bersembunyi di dalam gulungan daun pisang.
Setelah tergulung, si ulat akan keluar dan membuat gulungan baru. Dalam serangan yang parah, lembaran daun pisang bisa tinggal tulang-tulangnya saja.
Masa menjadi ulat ini hanya selama 30 hari. Setelah itu, akan membuat diri menjadi kepompomg yaitu fase tidak makan dan hanya berdiam diri di dalam gulungan daun pisang.
Masa menjadi kepompong berlangsung selama 10 hari saja, kemudian berubah wujud menjadi kupu kupu muda yang terbang keluar, mencari 'kenikmatan' baru.Â
Kupu kupu muda ini kemudian berkembang menjadi kupu-kupu dewasa lalu kembali bertelur jika sudah waktunya untuk bertelur. Demikian siklus alamnya akan terulang kembali, dari kupu kupu dewasa - telur - ulat - kepompong - kupu kupu muda dan dewasa.
Kerugian akibat serangan ulat penggulung daun pisang
Secara alami, serangan hama penggulung daun dapat menghambat pertumbuhan tanaman pisang. Serangan ulat yang parah, bisa mengurangi proses fotosintesis sebab hampir semua daun pisang dimakan oleh ulat.
Proses fotosintesis yang terhambat, berakibat pula pada buah pisang. Ukurannya menjadi kecil-kecil sehingga secara ekonomis sangat merugikan petani.
Di samping berdampak pada buah pisang dengan ukuran dan bobot yang kecil, salah satu dampak besar dari serangan si Skipper ini adalah menurunnya pemanfaatan daun pisang.
Padahal, manfaat utama daun pisang adalah digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional, seperti lemper, ketupat, lontong, nasi bakar, dan tatakan nasi tumpeng.Â
Kelebihan dari daun pisang sebagai pembungkus makanan adalah memberikan aroma khas dan membantu menjaga kelembapan serta kesegaran makanan.
Daun pisang, tidak hanya dimanfaatkan di dalam negeri tetapi diekspor ke luar negeri, baik secara basah maupun kering. Serangan ulat penggulung daun pisang ini juga dapat menurunkan daya ekspor ke luar negeri.
Pengendalian ulat penggulung daun pisang
Pemberantasan secara mekanik bisa dilakukan secara manual, yaitu diambil dengan menggunakan tangan.Â
Bagian daun yang terkena hama ini agar dipotong dan dibakar sehingga menghindari penularan pada daun yang masih sehat.
Pengendalian ulat penggulung daun pisang secara mekanis, yaitu menggunakan tangan dapat dilakukan seperti petunjuk pendek video berikut ini (https://www.youtube.com/shorts/QErszIZS5Eo).Â
Selain pengendalian dengan menggunakan cara mekanik, dapat juga dilakukan secara biologis dan kimia.Â
Pengendalian secara biologi biasa dilakukan dengan menggunakan parasitoid berupa musuh alami. Parasitoid ini akan menyerang ulat pada fase telur, larva, dan pupa.Â
Adapun beberapa parasitoid yang dapat diberikan untuk mengendalikan hama penggulung daun pisang ini adalah dari famili Encyrtidae, Eulophidae, Pteromalidae, dan Eupelmidae.
Apabila serangan ulat penggulung daun dalam jumlah banyak atau sudah di atas ambang batas maka sebaiknya dilakukan dengan menggunakan pengendalian secara kimia.
Disarankan untuk menggunakan insektisida dengan bahan aktif kuinalfos (contohnya insektisida QUIN 250EC menganduung Quinalfos 250gram/liter) dan triklorfon (contohnya insektisida Thriclorfon 20%).
Kedua bahan aktif ini mampu bekerja secara sistemik. Dengan demikian, efektif dalam mematikan ulat penggulung daun alias Erionoto thrax ini.
Perlu diingat, penggunaan insektisida kimia harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Sangatlah bijaksana apabila membaca petunjuk aplikasi sebelum menggunakannya.
Referensi:
https://gokomodo.com/blog/ulat-penggulung-daun-pisang-menjadi-ancaman-besar-para-eksportir-daun-pisang
https://www.youtube.com/shorts/QErszIZS5Eo.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI