Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Radio Transistor Ayah dan Kisahku Jatuh Cinta dengan Radio

6 Desember 2022   04:10 Diperbarui: 6 Desember 2022   16:45 1615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi radio transistor. (sumber: pixabay)

Bagi orang lain, mungkin aneka berita yang disiarkan oleh radio sudah tak relevan lagi. Sebab telah banyak pilihan. Tinggal akses. Tak suka, bisa dilewatkan atau pindah ke channel lain. Yang relevan hanya perkataan Alm. Gus Dur yang terhormat, "Gitu Aja Kok Repot".

Tetapi buat saya, mendengarkan radio tetaplah relevan. Hingga kini, kegiatan ini masih menjadi bagian rutin dalam kehidupan sehari-hari. Mendengarkan lagu-lagu favorit, siraman rohani, update berita terkini, dan tips singkat.

Bermula dari Radio Transistor Ayah

Entah sejak kapan ayahku memiliki radio transistor. Saya tak tahu, kakak-kakak saya pun menyatakan, sejak kecil  mereka telah mendengar musik dari benda bernama radio itu. 

Dalam KBBI, radio transistor diartikan sebagai radio penerima berukuran kecil yang diaktifkan dengan batu baterai. 

Saat mulai mengerti, saya pun tahu bahwa di kampung kami hanya ada 5 radio transistor dan 2 radio tape, termasuk punya ayah. Jadi cukup langka untuk mendengar radio. Beberapa saat kemudian, barulah orang beramai-ramai membeli tape untuk memutar musik.

Tak sembarangan kita memutar radio. Biasanya hanya ayah yang mengoperasionalkannya. Jika tidak, maka kakak lelaki nomor 3 yang mendapatkan mandat untuk memutar radio tersebut. 

Radionya tak boleh dipindahkan. Terletak rapi di atas lemari kecil, bersama dengan beberapa tumpuk buku pelajaran SD milik ayah, pulpen bersama tinta isi ulangnya. 

Radio transistor ini diaktifkan cukup dengan 1 batu baterai (dok pribadi)
Radio transistor ini diaktifkan cukup dengan 1 batu baterai (dok pribadi)

Saat itu, kami hanya menikmati siaran dari RRI. Ya, Radio Republik Indonesia Stasiun Regional 1 Kupang. 

Pada jam-jam yang sudah ditentukan, akan bergabung dengan stasiun Regional 4 Ujung Pandang (kini Makasar) untuk mendapatkan berita regioanl, dan sentral di Jakarta untuk mendapatkan berita nasional. 

Beberapa siaran yang masih diingat adalah siaran pedesaan, siaran pendidikan, berita olahraga, dan berita nasional. Kami juga sering mendengar siaran langsung, utamanya olahraga.

Suara Om Sambas almarhum, begitu akrab di telinga kami. Ia akan mengisahkan jalannya pertandingan, berteriak, tertawa, mengomel, yang membawa penndengar seperti sedang menonton secara langsung.

Selain itu, kami suka menyetel radio ABC milik Australia yang mudah ditangkap melalui gelombang SW. Bahasa Indonesianya jelas, dan berita-beritanya pun selalu menarik untuk didengar dan didengar lagi. 

Ayah saya tidak suka mendengar siaran radio Australia. Katanya lumayan provokatif. Tetapi kami suka. Jadinya pintar-pintaran menyetelnya.

Gelombang FM, AM dan SW 

Tetap mendengarkan siaran favorit melalui radio transistor di tengah maraknya media online yang canggih (dok pribadi)
Tetap mendengarkan siaran favorit melalui radio transistor di tengah maraknya media online yang canggih (dok pribadi)

Bagi yang pernah atau sering memutar radio, pasti tak asing lagi dengan istilah FM, AM dan SW. Ya, itu adalah istilah untuk gelombang radio. Setiap stasiun radio, mengudara pada gelombang tertentu.

FM merupakan singkatan dari Frequency Modulation. Rentang frekuensi FM dari 87,5 Mhz hingga 108 Mhz. Dalam id.quora.com dielaskan secara ringkas bahwa pada gelombang FM, sinyal elektrik dari studio, akan 'dibawa' dan disesuaikan frekuensi gelombang pembawa.

AM adalah Amplitudo Modulation. Dikenal juga sebagai MW atau Medium Wave. Pada gelombang AM, sinyal elektrik  akan dipancarkan dengan menyesuaikan pada amplitudo gelombang pembawanya. rentang gelombang AM adalah pada 530 kHz -- 1600 kHz.

Perbedaan gelombang FM dan AM (dok foto: votecamejo.com)
Perbedaan gelombang FM dan AM (dok foto: votecamejo.com)

SW atau Short Wave merupakan gelombang pendek, masih termasuk dalam gelombang AM. Gelombang SW mampu menjangkau pengguna radio hingga puluhan kilometer. 

Tidaklah mengherankan, saat memutar radio pada gelombang SW, maka dapat menangkap berbagai siaran dari luar negeri. Kisaran gelombang SW adalah pada 1600 kHs hingga 30000 kHz.

Siaran radio melalui gelombang FM sangat jernih dan tidak gemerisik. Namun jangkauannya tidak seberapa. Sementara AM dapat menjangkau pendengar radio hingga jarak yang jauh. Kelemahannya adalah sering terdengar suara gemericik, bunyi mendengung dan suaranya timbul tenggelam jika cuacanya jelek.

 Persaingan Makin Ketat

Persaingan antar dan inter media kini semakin ketat. Sekira tahun 1990-an, persaingan media belumlah terlalu seramai sekarang.

 Saat itu, media cetak masih eksis. Berbagai koran dan majalah berlomba-lomba untuk menyajikan berita yang  menarik bagi para pembaca. Harapannya, dapat menggaet para pemasang iklan, sekaligus produknya dibeli oleh para pembaca.

Di sisi lain, media elektronik, masih terbatas pada televisi dan radio. Berbagai perusahaan barang dan jasa, menawarkan produknya melalui iklan di televisi atau radio. Harapannya, pendengar atau penonton dapat tertarik untuk membeli atau menggunakan produk tersebut.

Studio milik salah satu Pemkab di Indonesia, eksis menyiarkan berita bagi warganya (dok foto: simpulrakyat.co.id)
Studio milik salah satu Pemkab di Indonesia, eksis menyiarkan berita bagi warganya (dok foto: simpulrakyat.co.id)

Di tahun-tahun tersebut, perusahaan radio bergelombang FM banyak yang meraup iklan. Sebab segmentasi pendengar radio FM  beragam. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Perempuan dan pria. Pelajar-mahasiswa, pekerja kantoran, ibu-ibu rumah tangga.

Radio FM lebih banyak menyasar pendengar yang berdomisili di perkotaan. Sebab jangkauannya memang tidak jauh. Namun memiliki penggemar tersendiri. Sebab banyak siaran programnya yang menarik. Mulai dari tips, ringkasan berita, musik, dan interaksi langsung antara penyiar dengan pendengar.

Namun kemunculan media online menambah persaingan yang menentukan, mati atau hidup. Yang kalah bersaing, akan ditinggalkan lalu mati. Sementara yang masih bertahan, harus berinovasi dan kreatif secara terus-menerus, agar tetap eksis.

Keunggulan Radio

Meskipun persaingan makin ketat, bagi saya radio tetaplah memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh media lain. Studionya tak memerlukan ruangan yang besar. Interaksi dengan penyiar dan sesama pendengar, masih tetap ramai. Sebab, komunikasi antara penyiar dengan para pendengarnya tetap terpelihara dengan baik.

Salah satu keunggulan dari radio adalah tidak tergantung dengan listrik dan signal internet. Pengalaman saya waktu Kupang diterpa badai Seroja pada 4-5 April 2021. Jaringan yang lumpuh total, tak dapat menggunakan media lain selain menyetel radio transistor yang ada. HP mati, tak ada signal. Listrik pun padam total untuk beberapa hari.

Untung ada radio transistor dan baterainya masih berfungsi. Melalui radio transistor itu, saya dapat mengakses berita dan mendapatkan update informasi terkait badai Seroja. Juga bisa mengetahui perkembangan di dunia luar. Termasuk mendengarkan lagu untuk menghibur hati yang sementara galau akibat bencana.

Peyiar radio sedang on air (dok foto: shutterstock.com)
Peyiar radio sedang on air (dok foto: shutterstock.com)

Semoga radio tetap eksis, tak mati seiring persaingan ketat dengan media, utamanya media online. 

Saya berharap, radio tidak akan berhenti mengudara. Sekali di udara, tetap di udara, Merdeka! (meskipun kemudian menghilang karena acaranya selesai, setelah penyiarnya berjanji untuk kembali lagi pada waktu yang ditentukan). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun