Mohon tunggu...
Gloria Pitaloka
Gloria Pitaloka Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga dan Penulis

Perempuan yang mencintai bumi seperti anak-anaknya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Paguyuban Granuma Phaterha: Menyelesaikan Sampah dengan Sampah

6 September 2023   23:40 Diperbarui: 6 September 2023   23:43 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Sampah Menyelesaikan Sampah

Sederhana dan bersahaja, saat saya mewawancarai Kang Tedi, panggilan akrab dari Tedi Sutendar (44), pemilik tempat pengolahan Sampah Komunal Sistem Zero Waste Granuma Phaterha, sebuah fasilitas pengolahan sampah mandiri yang berfokus pada keberlanjutan lingkungan.

Meskipun memiliki keluarga dan tanggung jawab sebagai ayah dari tiga anak, Kang Tedi tetap bersemangat dalam berkontribusi pada lingkungan. Melalui Paguyuban Granuma Phatera, yang didirikannya pada 22 November 2018, ia menciptakan sebuah wadah untuk memajukan lingkungan dengan memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan sampah mandiri berbasis konsep zero waste atau tanpa sisa.

Baca juga: Menggulung Ingatan

Program pengelolaan sampah yang Kang Tedi luncurkan menggunakan alat pengolah sampah plasma buatannya sendiri, dengan memanfaatkan bahan bakar dari limbah oli dan air, sesuai dengan moto mereka, "Dari sampah membereskan sampah." Program ini tidak hanya mudah, murah, dan ramah lingkungan, tetapi juga membuka peluang pekerjaan baru dan sumber penghasilan alternatif bagi warga lingkungan, terutama di tengah situasi pandemi dan gaya hidup new normal yang berkembang.

Pendekatan ini sejalan dengan program pemerintah yang tercantum dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan pemberdayaan lingkungan mandiri, yang mendorong pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir. Oleh karena itu, pendekatan pengelolaan sampah komunal Granuma Phatera adalah solusi yang tepat.

Program Pengelolaan Sampah yang diterapkan oleh Kang Tedi pada dasarnya adalah memilah sampah yang memiliki nilai ekonomis, mengolah sampah organik menjadi bernilai ekonomis, dan memusnahkan sampah yang tidak dapat diolah seperti diapers, plastik kemasan, dan pembalut.

Dalam konteks ini, para relawan yang melakukan pemilahan sampah dapat memperoleh penghasilan dari sampah yang dapat didaur ulang. Hasil dari pengolahan sampah, seperti pupuk organik dan abu sisa pembakaran, dapat digunakan untuk membuat paving block, sehingga konsep tanpa sisa benar-benar terwujud.

Baca juga: Rintihan Bumi

Dengan satu tindakan, yaitu mengelola sampah dengan baik, program ini memberikan manfaat ganda: meningkatkan penghasilan bagi masyarakat yang terlibat dalam pemilahan sampah dan pengolahan sampah, serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

"Alatnya sangat terjangkau, terdiri dari dua jenis unit: permanen dan mobile. Alat permanen cocok untuk skala RW, sementara yang mobile dapat digunakan di rumah tangga atau kegiatan sosial membersihkan sampah. Harganya bervariasi, sekitar 2,75 juta untuk alat mini rumahan, 7 juta permanen dan 10 hingga 35 juta untuk yang mobile skala RW, tergantung pada kebutuhan," demikian yang disampaikan Kang Tedi dalam wawancara di tempat pengolahan sampah Desa Wanakerta, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang. (G.P)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun