Mohon tunggu...
Kolubi Arman
Kolubi Arman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sebagai orang bebas yg suka nulis

Seorang yang hobby menulis, suka berfikir karena berfikir itu tanda kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Singapura ala Cerita Anak-anak SD

23 Maret 2017   10:42 Diperbarui: 23 Maret 2017   10:50 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di akhir pekan biasanya saya bersih-bersih disekitar halaman kecilku, parit, dan disamping rumahku yang kebetulan ada jalan buntu disamping rumahku. Disitu saya menanam beberapa tanaman seperti sawo, 2 buah mangga, 2 buah jambu biji (merah dan putih), jambu air, alpokat, pisang serta pembibitan tanaman untuk bonsai.dan sebuah sumur air.

Setelah bersih-bersih saya akan membakar sampah untuk mengusir nyamuk atau ulat yang akan menyerang tanaman saya. Dan terkadang anak-anak di perumahan kami ikut-ikutan membakar sampah itu. Cukup ramai biasanya anak-anak yang ikut, walau tidak semua ikut membakar. Saat sambil membakat sampahlah biasanya saya mengajak mereka ngobrol atau menanyakan sesuatu, misalnya apa mereka sudah ujian, apa sudah bagi rapot apa belum, atau liburan kemana aja.

Ada satu peristiwa menarik yang saya ingat sampai hari ini. Saat itu saya tanyakan kepada salah satu anak, kemana saja ia selama liburan imlek / tahun baru China Akhir Januari 2017 lalu, kebetulan di perumahan saya mayoritas penghuninya adalah saudara kita dari China. Si anak menjawab kami sekeluarga ke Singapura, kami menginap di rumah saudara katanya, kemudian dia menceritakan kemana dan apa saja yang mereka lakukan selama di Singapura. Lalu beberapa anak itu berkumpul l untuk bercerita tentang Singapura.

Kemudian sesama anak-anak itu terus bercerita tentang enaknya di Singapura. Terdengar mereka saling membanggakan bahwa mereka pernah ke Singapura, sepertinya begitu menyenangkan bagi mereka pergi kesana. Sampailah cerita mereka tentang kebersihan Singapura. Lalu seorang anak berujar 'kata bapakku kita tak boleh membuang sampah sembarangan disana', lalu yang lain menyahut bahwa begitu menakutkan jika membuang sampah sembarangan di Singapura, bisa kena denda $100 hingga $1000 Singapura. Sementara anak yang lain menyebutkan meludah sembarangan juga tidak boleh.

Na...inilah yang menarik untuk saya tulis. Singapura begitu berhasil menerapkan peraturan soal kebersihan beserta sangsinya. Anak kecil saja yang bukan warga Singapura paham dan takut untuk membuang sampah sembarangan, dan itu tertanam dalam otak serta perilaku mereka selama di Singapura. Keberhasilan Singapura menerapkan tanpa pandang bulu peraturan, menjadi perhatian siapapun yang akan memasuki Singapura, sehingga siapapun yang datang tidak akan berani melanggar termasuk anak-anak karena orangtua si anak akan mewanti-wanti dan mengawasi betul anaknya selama di Singapura. Takut kena denda. Itulah yang patut ditiru. Kita belum bisa menerapkan walau untuk setingkat kota kecil, kita terlalu toleran, dan kita takut sama HAM.

Mungkin itulah sebabnya kenapa hukuman atas pelanggaran hukum yang sangat besarpun tidak mampu diterapkan karena faktor HAM. Koruptor / maling uang rakyat secara besar-besaran tidak menjerakan PARA KORUPTOR, hukumannya lumayan ringan, terus jika berkelakuan baik selama dipenjara - misal memperbaiki kantor kalapas, menyediakan hadiah bagi perayaan 17 Agustus, maka hampir dipastikan dapat pengurangan masa tahanan, REMISI bahasa hukumnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun