Mohon tunggu...
Gramedia Official
Gramedia Official Mohon Tunggu... Lainnya - Tempat kamu mencari buku 📚

📖 Halaman untuk pecinta buku. Dari trivia, review, hingga rekomendasi buku dari #SahabatTanpaBatas-mu. 🤗

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ini Latar Belakang Terjadinya Pertempuran Ambarawa pada 20 Oktober 1945!

12 Oktober 2022   12:45 Diperbarui: 12 Oktober 2022   12:44 6330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertempuran Ambarawa adalah sebuah perlawanan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang berlangsung di Ambarawa dari tanggal 20 Oktober 1945 sampai dengan 15 Desember 1945. Pertempuran terjadi antara orang Indonesia yang didampingi oleh sekutu dan NICA. 

Mereka menyerang desa-desa di sekitar Ambarawa, membuat marah militer Indonesia. Akhirnya, pasukan dari berbagai daerah di luar Ambarawa juga dikerahkan untuk berperang. Perang di Ambarawa adalah salah satu pertempuran pasca kemerdekaan Indonesia. 

Perjuangan ini bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. NICA dan pasukan Inggris kembali ke Indonesia untuk mengacaukan pemerintahan yang telah dibentuk. Perlawanan ini terjadi di Ambarawa pada tanggal 20 Oktober 1945. 

Latar Belakang Pertempuran Ambarawa

Bagaimana latar belakang Pertempuran Ambarawa? Penyebab terjadinya Palagan Ambarawa pada  tanggal 20 Oktober dan 15 Desember 1945 bermula dari kekalahan Jepang pada Perang Dunia II. Selain itu juga meningkatnya minat sekutu untuk menguasai Indonesia. 

Sekutu juga kembali ke Indonesia pada tanggal 20 Oktober 1945 dengan dalih ingin merawat tawanan perang. Padahal masalah sebenarnya adalah merebut kembali wilayah Indonesia. Pada titik ini, kedatangan Sekutu di Magelang dan Ambarawa dipelopori oleh Brigadir Jenderal Bethel. 


Kedatangan sekutu disambut hangat oleh Gubernur Jawa Tengah Wongsonegoro. Indonesia masih bersikap positif terhadap sekutu pada saat itu, sehingga mereka tidak berpikir sekutu berusaha untuk menguasai Indonesia. 

Namun enam hari kemudian, pada 26 Oktober 1945, diketahui bahwa Sekutu dan NICA diam-diam mempersenjatai tawanan perang atau tentara Belanda. Hal ini juga membuat marah Indonesia dan akhirnya memicu pertempuran antara Sekutu dan Pasukan Keamanan Rakyat (TKR).

Pada tanggal 2 November 1945, terjadi perundingan antara Soekarno dan Brigjen Bethel. Tujuan dari pertemuan ini sendiri adalah untuk menenangkan suasana dan mencapai gencatan senjata. 

Syarat-syarat perjanjian itu antara lain mengizinkan Sekutu pergi ke Magelang. Tol Semarang-Ambarawa terbuka untuk umum. Sekutu juga tidak mengetahui adanya kegiatan NICA. Nah, ternyata pihak sekutu akan memanfaatkan kesempatan ini untuk berangkat ke Magelang, padahal kesepakatan sudah tercapai. 

Sekutu yang pergi ke Magelang untuk menambah pasukan dan senjata. Ini juga mengapa Sekutu semakin dipersenjatai dengan senjata. Situasi ini sangat berbahaya bagi negara. Maka Indonesia segera meminta bantuan ke Yogyakarta. 

Pada tanggal 21 November 1945, Pasukan Keamanan Rakyat membantu memerangi Sekutu. Sayangnya, pertempuran itu mengakibatkan kematian Letnan Kolonel Isdiman pada 26 November dan digantikan oleh Kolonel Sudirman. 

Palagan Ambarawa yang dipimpin Kolonel Sudirman kemudian melakukan strategi gelar Supit Urang. Strategi ini adalah taktik pengepungan, sehingga pada akhirnya musuh akan terjebak dan menyerah sepenuhnya. 

Nama Supit Urang berasal dari bahasa pewayangan yang artinya pengepungan. Strategi perang ini dipimpin oleh Kolonel Sudirman. Setelah perjuangan panjang, Sekutu akhirnya menyerah pada 15 Desember 1945. 

Hari Juang Kartika sendiri sebelumnya dikenal sebagai Hari Infanteri. Namun, dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 163 Tahun 1999, Hari Infanteri kemudian diubah menjadi Hari Juang Kartika.

Kronologi Pertempuran Ambarawa

Pada tanggal 20 Oktober 1945, pasukan Sekutu di bawah komando Brigadir Jenderal Bethel mendarat di Semarang untuk memasok para tawanan perang dan tentara Jepang di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu itu didampingi oleh NICA.

Kedatangan tersebut awalnya disambut baik oleh Bapak Wongsonegoro, Gubernur Provinsi Jawa Tengah. Wongsonegoro setuju untuk menyediakan makanan dan kebutuhan lainnya untuk memfasilitasi misi Sekutu. 

Padahal, Sekutu berjanji tidak akan mencampuri kedaulatan NKRI. Namun, ketika Sekutu dan NICA tiba di Magelang dan Ambarawa untuk membebaskan tawanan perang Belanda, para tawanan ini bersenjata, yang menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. 

Sebaliknya, tentara Sekutu mulai bertindak sebagai penguasa untuk melucuti senjata dan menabur kekacauan di Pasukan Keamanan Rakyat. TKR atau Tentara Keamanan Rakyat Resimen I-Kedu dipimpin oleh Letkol. M. Sarbiini juga membalas aksi ini, mengepung Sekutu dari arah yang berbeda. 

Pada akhirnya, mereka selamat dari kehancuran melalui intervensi langsung Presiden Sukarno dan berhasil mendinginkan suasana. Setelah itu, Sekutu diam-diam meninggalkan Kota Magelang dan bergegas menuju Benteng Ambarawa. 

Peristiwa ini mengakibatkan Resimen Kedu Tengah dipimpin oleh Letkol. M. Sarbini memiliki berbagai pekerjaan untuk mereka. 

Penarikan mundur pasukan sekutu yang sebelumnya tertahan di desa Jambu dihalangi oleh pasukan Angkatan Muda pimpinan Oni Sastrodihardjo yang juga diperkuat pasukan gabungan dari Surakarta, Sulu dan Ambarawa.

Sekutu kembali dicegat oleh Batalyon I Sorgios Marno di Ngipik. Kolonel Angkatan Darat Indonesia Sudirman yang dipimpin oleh seorang letnan berusaha membebaskan kedua desa ini, tetapi meninggal lebih dulu, yakni Letnan Kolonel Isdiman, Komandan Divisi 5, Kolonel Banyumas,

Soedirman yang merasa kehilangan salah satu perwira terbaiknya, segera memasuki medan pertempuran dan memimpin pertempuran. Koordinasi komando sektor untuk mengepung musuh semakin erat. 

Taktik yang digunakan meliputi serangan serentak dan tiba-tiba pada semua sektor. Bala bantuan dilanjutkan dari Magelang, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, Purwokerto dan lain-lain.

Tepat ketika matahari terbit pada 23 November 1945, baku tembak yang tragis dimulai untuk pasukan Sekutu. Margo Hilang dan tentara Indonesia pada waktu itu terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soegeng dan Yon. Soeharto.

Pasukan Sekutu juga menyerahkan tawanan perang Jepang dalam tank-tank yang diperkuat dan menyusup ke posisi Indonesia dari belakang, sehingga tentara Indonesia kemudian pindah ke Bedono.

Nah, itulah latar belakang Pertempuran Ambarawa dan kronologi singkat jalannya pertempuran di Ambarawa. Pertempuran yang terjadi pasca kemerdekaan ini menunjukan perjuangan bangsa Indonesia masih terus berlangsung bahkan setelah kita sudah mendeklarasikan kemerdekaan.

Penulis: Lala

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun