Mohon tunggu...
Graciella Pranata
Graciella Pranata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya

Saya suka menulis dan mempelajari topik-topik terkait psikologi remaja.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Self-Help Books: Apakah Benar-benar Ilmiah?

4 Desember 2022   13:51 Diperbarui: 4 Desember 2022   14:00 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Buku self-help didasarkan pada upaya dan sumber daya sendiri untuk mencapai suatu tujuan tanpa adanya bantuan dari orang lain. Permasalahan yang dibahas dalam buku self-help ini biasanya tentang cara meningkatkan dan memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, emosional, dan harga diri. Industri self-help sedang marak-maraknya terjadi di tahun-tahun belakang ini, bahkan jauh sebelum pandemi COVID-19 melanda dunia. 

Menurut NPD Group, penjualan buku swadaya (self-help books) di Amerika Serikat tumbuh setiap tahunnya sebesar 11% dari tahun 2013 hingga 2019 hingga mencapai 18,6 juta volume. 

Sementara itu, jumlah judul buku dengan genre self-help yang ada naik hampir tiga kali lipat selama periode tersebut, dari 30.897 judul buku menjadi 85.253 judul buku. 

Starker (1989) menyebutkan ada empat faktor pragmatis yang menjelaskan keberhasilan buku self-help, yaitu: biaya, karena biaya yang dikeluarkan untuk membeli buku self-help lebih rendah dibandingkan dengan konsultasi dengan psikolog. Aksesibilitas, karena isi dari buku tersebut dapat dibaca dimana saja dan kapan saja. 

Pribadi, membaca buku self-help menjaga kerahasiaan masalah tanpa harus menceritakannya kepada teman, keluarga, psikolog, atau psikiater, akan tetapi ada solusi tertulis yang menawarkan pemecahan masalah. 

Kegembiraan, karena buku self-help sering menjadi best seller, maka dari itu, membeli dan membaca buku-buku ini memberikan kesempatan untuk tetap relevan dan menjadi bagian dari in-group.

Akan tetapi, ada banyak orang yang mengkritik efektivitas buku self-help terlepas dari popularitas yang buku-buku ini miliki. Para pembaca buku self-help cukup memahami isi dan saran yang disampaikan di buku yang dibaca, akan tetapi kebanyakan dari mereka masih mengalami kesulitan dalam menerapkan saran-saran yang telah mereka baca dan pahami dalam kehidupan nyata. 

Hal ini dapat dikaitkan dengan dengan pernyataan yang diungkap John C. Norcross, PhD bahwa "95% buku self-help diterbitkan tanpa bukti ilmiah yang mendukung bahwa buku-buku tersebut berfungsi sebagai self-help,". Ada puluhan ribu judul buku self-help yang diterbitkan setiap tahunnya, dan masing-masing dari buku ini memiliki kualitas yang beragam pula. 

Buku-buku self-help yang diterbitkan tanpa bukti ilmiah yang kuat sering kali menawarkan saran dan solusi yang repetitif dan mainstream. Penulis dari buku-buku ini juga sangatlah beragam, mulai dari self- help guru dan pekerja kantoran hingga psikolog dan psikiater. 

Ada tiga hasil negatif yang timbul dari membaca buku self-help, antara lain adalah efek buruk yang ditimbulkan oleh saran yang repetitif dan berbahaya, pengharapan palsu, dan ketidakinginan pembaca untuk mencari bantuan secara profesional. 

Banyak pembaca yang berpendapat bahwa self-help books tidak memberikan efek sama sekali, karena saran dan solusi yang diberikan sangatlah sederhana dan umum. 

Terdapat saran dan solusi dalam buku self-help sebagai berikut: "jika saya bisa melakukannya, maka anda juga bisa", "jangan tidur, sebaiknya anda menggunakan waktu ini untuk mencari nafkah", dan "masalah anda akan hilang ketika bermeditasi". Hal ini tidak memberikan solusi yang solutif serta membuat para pembacanya merasa lebih buruk tentang diri mereka sendiri.

Buku self-help yang baik dapat membantu dan menawarkan saran dan solusi yang mengubah cara pandang, pola pikir, serta perilaku secara positif. Maka dari itu, memperhatikan latar belakang dan kualifikasi sang penulis sangatlah penting. 

Cara lain untuk menemukan buku self-help yang baik dan bermanfaat adalah dengan memperhatikan relevansi judul dengan masalah yang kita sedang alami, serta membaca buku hasil rekomendasi dari para ahli seperti dosen, psikolog, dan psikiater.


Referensi

Bergsma, A. (2008). Do self-help books help?. Journal of Happiness Studies, 9(3), 341-360.

Kraaijenbrink, J. (2019, July 5). Why Self-Help Books Don't Work (And How To Nevertheless Benefit From Them). Forbes. Retrieved November 12, 2022, from https://www.forbes.com/sites/jeroenkraaijenbrink/2019/07/05/why-self-help-books-dont-work-and-how-to-nevertheless-benefit-from-them/

Meyers, L. (2008, January). Recommended Reading. American Psychological Association. Retrieved November 12, 2022, from https://www.apa.org/monitor/jan08/recommended#:~:text=%22Ninety%2Dfive%20percent%20of%20self,what%20works%20and%20colleague%20recommendations.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun