Mohon tunggu...
grace purwo nugroho
grace purwo nugroho Mohon Tunggu... advokat -

penggiat sosial dan politik. Lampung

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Agama dan Negara dalam Perjalanan Sejarah

11 Mei 2019   18:56 Diperbarui: 11 Mei 2019   19:09 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Konsep Negara berdasarkan agama atau kepercayaan sebenarnya bagian langsung dari sejarah peradaban manusia itu sendiri, pada  jaman yunani kuno kekuasaan negara adalah representasi dari dewa-dewa mereka yang sering kita dengar diantaranya Dewa Zeus yang paling terkenal, dengan demikian segala tindak tanduk bersikap  dalam dunia harus dipersembahkan bagi sang dewa.  Begitupun dalam sejarah Hindu/Budha,  sejarah kerajaan dengan agama Hindu atau Budha sebagai agama negara  sangat diwarnai tradisi-tradisi kehidupan baik dalam bentuk karya seni, tata kota dan tata tingkah laku. Kita  bisa mengenali jejak mereka dengan banyak ditemukan bangunan ibadah (candi) sebagai bentuk cara pemerintahan masa itu melakukan bhakti kepada agamanya, sebut saja peninggalan Wangsa Sailendra hingga Majapahit, Mataram Hindu dan Kerajaan Sriwijaya.  Begitupun sejarah kekristenan, sejak abad pertama hingga 4 Masehi, para penganut Kristen merupakan buronan utama imperium Romawi, baru kemudian  sekitar tahun 325 Masehi Ketika Kaisar Constatin menjabat dan memeluk kristen, disitulah kemudian ajaran Kristen berkembang kedalam imperium, dan dimulai peran gereja yang makin dalam mengatur fungsi-fungsi Negara yang dikomandoi oleh Paus sebagai pimpinan spiritual umat Kristen se-dunia (Katolik).  Pada  masa itu yang berkuasa adalah gereja, dan gereja menyatu kekuasaan dengan negara (Raja) dibawah kekuasaan Paus, dalam praktek bukan saja soal tradisi masyarakat, tetapi tiap orang dalam menjalani kehidupan masa itu harus sesuai dengan tafsir Kristen, dan tidak boleh ada kritik soal itu, anda akan tetap dihargai jika menentang, tetapi kemudian tetap dihukum.  Dan celakanya pada jaman inilah Eropa terkenal dengan jaman kegelapan (dark age), banyak korban-korban atas nama agama pada era ini, dan jaman ini berakhir pada abad 15 Masehi ketika muncul jaman  pencerahan dan tafsir baru kekristenan yang disebut dengan Protestan (gereja reformasi).  Ketegangan penganut protestan dan katolik telah melahirkan banyak hal, antara lain tumbuhnya nasionalisme dikalangan Negara-negara Eropa dan pemisahan kekuasaan agama dan gereja dengan ditanda tangani perjanjian Westphalia 15 Mei 1648, yang menandai berakhirnya  perang 30 tahun dan awal dari sekularisasi dan nasionalisme negara/bangsa di Eropa.

Dalam sejarah dan tradisi Islam, kita semua mengamini bahwa kekuasaan politik atas Negara dalam Islam didapat dari hasil penyebaran agama Islam, baik karena peperangan/penaklukan atau penundukan diri kepada khilafah saat itu, banyak pihak mengidealkan masa pemerintahan Khilafah periode awal, yang di dirikan oleh para sahabat Nabi Muhammad. SAW,  yang lebih kenal dengan masa Khulafur Rasyidin (Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), model khilafah pada masa itu disebut  sebagai masa ideal dalam kerangka penyebaran agama sekaligus memimpin umat dalam konteks sebagai pemerintah (penguasa), tetapi walau dalam masa yang ideal, peralihan kekuasaan khilafah sering diwarnai konflik antar mereka atau keturunannya.  Khilafah-khilafah selanjutnya didirikan dengan maksud agar ajaran Islam, Quran dan Hadist menjadi pijakan ideologi negara dan undang-undang dalam wilayah kekuasaan Khilafah, sebut saja khilafah selanjutnya (yang cukup popular), yakni Khilafah Bani Umayyah, walau tidak didukung oleh sebagai besar umat Islam, khilafah ini cukup memperoleh wilayah yang luas, pada  zaman ini juga mulai tumbuh perpecahan syiah-sunni. Khilafah berikutnya adalah Khilafah Bani Abbasyiah, yang terkenal dengan zaman keemasan budaya timur tengah dan ilmu pengetahuan, dan kemudian runtuh karena konflik internal. Setelah itu beberapa khilafah tercatat walau tidak popular (bayangan), hingga muncul kemudian Kekaisaran Utsmaniyah yang mengklaim diri sebagai Khilafah yang berpusat di Istambul Turki, kurang lebih dimulai  sejak abad 14 masehi.

Dari berbagai contoh singkat diatas, banyak rezim yang berlandaskan pada ajaran agama banyak mengalami kegagalan, perlulah  kita menyelidiki untuk  mempertimbangkan mengenai beberapa hal yang patut kita curigai sebagai penyebab.  Secara sederhana kita tafsirkan persoalannya kegagalan negara-negara agama yakni : (1). mengenai problem di ajaran agama itu sendiri (sebagai dasar pijakan teokrasi), (2). persoalan klasik menyangkut politik (kekuasaan) dan ekonomi, (3). hilangnya dukungan publik (warga negara/penduduk/umat) terhadap pemimpinya. Mari kita coba lihat sepintas, kerajaan-kerajaan Hindu-Budha, hancur lebur karena faktor politik, baik pertikaian diantara mereka sendiri yakni pertarungan d internal kerajaan, sebagai contoh Kerajaan Hindu Majapahit tidak ada figur yang kuat setelah Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada meninggal, yang punya kemampuan untuk mengkonsolidasikan wilayah yang begitu luas, ketiadaan simbol ini menjadi ruang lemah menyebabkan daerah-daerah dibawah kekuasaannya  melakukan perlawanan, salah satunya yang dipimpin Raden Patah yang mengakhiri kekuasaan Majapahit, yang dilanjutkan lepasnya kekuasaan jajahan Majapahit kemudian terpecah menjadi kerajaan yang lebih kecil.  Raden Patah yang juga menganut ajaran Islam sekaligus melakukan penyebaran agama Islam di tanah Jawa.  Ajaran Hindu-Budha, walau pernah menjadi agama negara (Kerajaan), tetapi nampaknya sangat sedikit membuat konsepsi mengenai tata pemerintahan, ajaran mereka nampaknya lebih dititiberatkan dalam laku individu dalam memperoleh karma atau akarma (perilaku dan sebab-akibat) dalam hidupnya apapun posisinya di dunia.  Dalam sejarah keruntuhan kerajaan Hindu Budha, lebih banyak disebabkan pada faktor penaklukan politik (konflik) dan ekonomi, baru kemudian ajaran mereka tereduksi secara alamiah.

Sebab runtuhnya kekristenan ketika terlibat dalam pengaturan pemerintahan negara , sepanjang  yang dapat diidentifikasi adalah pada awalnya adanya perbedaan terhadap tafsir yang berbeda mengenai hubungan manusia dan Tuhan, tafsir mengenai konsep baru dalam menafsirkan ajaran yang di bawa oleh Martin Luther (Jerman) dan Jhon Calvin (Swiss) telah menimbulkan pergolakan terhadap tafsir terhadap konsep Iman yang selama ini diyakini (Katolik Roma), disamping juga praktek intervensi gereja dalam kekuasaan menimbulkan tindakan yang bertentangan dengan ajaran, yakni  korupsi  atau tindakan penyalahgunaan kewenangan kekuasaaan.  Tafsir baru kekristenan ini yang popular di sebut Protestan (Kristen Protestan) atau juga awal tumbuhnya gereja-gereja reformasi di Eropa. Tumbuh dan berkembangnya gereja-gereja reformasi tersebut terjadi karena dukungan publik eropa yang begitu besar, dan  berani melepaskan diri dari keterikatan secara organisasi dengan dengan Kepausan baik secara ajaran maupun Negara, karena dengan demikian memberi inspirasi kebangkitan nasionalisme masing-masing pangeran atau raja yang menguasai wilayah, dengan membebaskan memeluk agama sesuai dengan menurut kehendak penduduknya dan muncul kebutuhan akan nasionalisme untuk lebih tegas mengenai penguasaan teritori dalam wilayah negara, sebut saja Kerajaan Belanda, Spanyol, Swedia mulai menyatakan diri sebagai daerah bebas yang dapat menentukan nasib bangsanya sendiri.  Beriringan dengan itu juga mulai bermunculan para pemikir-pemikir baru di eropa yang kemudian Eropa memasuki masa yang disebut masa pencerahan (aufklarung) yang kemudian melengkapi proses reformasi peran gereja terhadap Negara, kritik terhadap tradisionalisme dan feodalisme, pemisahan Negara dan Agama (sekularisme).  Proses pencerahan di Eropa setidak berlangsung dari abad 15-18 Masehi, yang kemudian juga di warnai letupan revolusi perancis dan revolusi industri.  Konflik-konflik Protestan -- Katolik juga menyebabkan migrasi besar-besaran, karena proses presekusi kaum protestan oleh kelompok katolik yang masih berkuasa, banyak migran dari Jerman, Irlandia lari ke benua Amerika, dan membentuk dunia baru yang kita kenal sebagai Amerika Serikat (USA) pada abad 18. Sebagai awal negara sekuler modern, dari gambaran singkat ini dapat disimpulkan bahwa dalam dunia Kekristenan,  penyebab berakhirnya  peran gereja proses ikut mengelola negara adalah,

  • Munculnya tafsir baru terhadap konsep pengajaran dan iman Kristen (protestan), dan dari Protestan ini muncul tafsir-tafsir ikutan yang beraneka ragam, ini tidak terlepas dari kenyataan  bahwa agama mengalami perkembangan dalam penafsiran.
  • Dukungan publik yang melemah akibat perilaku pemuka agama yang cemar dalam mengelola kebijakan public/pemerintahan, sehingga muncul ketidakpercayaan.
  • Tumbuhnya kesadaran politik bangsa-bangsa atau wilayah yang tidak lagi bersedia dipengaruhi oleh kekuasaan gereja, dan kehendak untuk mengurus diri sendiri (nasionalisme).

Tiga faktor tersebut secara umum dapat dikatakan mengakhiri peran agama (Kristen) dalam mengelola pemerintahan, dan muncul pemisahan negara dan agama di eropa.

Dalam tradisi islam  dikenal dengan konsep khilafah, khilafah adalah sebagai model pemerintahan Islam dan mempunyai sifat penyatuan (Unity) bagi  komunitas masyarakat Islam (Negara/wilayah) dan sangat menarik untuk dipelajari, karena dengan begitu bisa memaknai proses sejarah dan pergulatannya.  Dalam sejarah tradisi khilafah yang banyak menjadi dambaan banyak kaum Islam, adalah khilafah pada era pertama sahabat nabi Muhammad SAW, dan pergantian pemimpin khalifah yang sangat baik dan diterima oleh semua kalangan umat islam adalah antara Khalifah Abu Bakar ke Khalifah Umar Bin Khattab melalui, selanjutnya ketika Khalifah Usman berkuasa, banyak muncul protes karena bertindak seperti kaisar, dan kemudian dalam proses regenerasinya melalui metode turun temurun. Dalam tradisi khilafah proses tranformasi kepemimpinan bisa berupa karena penunjukan, pemilihan yang dilakukan para pemimpin-pemimpin islam, dan karena faktor keturunan sebagaimana lazimnya kerajaan atau kelompok feodal lainnya. Model penunjukan juga baik nampak lebih baik diawal tetapi ketika kepentingan mulai masuk maka jadi sebaliknya,  sehingga model khilafah yang dipilih juga tidak selamanya aman karena ada saja kelompok yang tidak terakomodasi dan melakukan perlawanan. Kekhalifahan  juga mengalami pasang surut, satu kelompok lemah, maka akan ada kelompok lain yang akan mengembangkan khilafah, maka kita kenal Khilafah Bani Umayyah, Bani Abbasyiah, Khilafah (Kekaisaran) Utsmaniyah (Ottoman)  sebuah kesultanan yang berkembang sedemikian rupa, dan kemudian menyebut diri sebagai Khalifah dan memimpin umat muslim sedunia pada masanya.

Melihat berbagai model muncul Khalifah tersebut maka, model Khilafah sebagai imperium keagamaan yang menjadi sentral spiritual dan pemerintahan Islam, dapat dibangun oleh siapapun yang merasa sebagai bagian umat islam. Baik dengan model kesepakatan bersama, penamaan diri karena kekuasaan politik (Negara/kerajaan) atau koalisi Negara-negara yang berasaskan Islam yang kemudian membuat penyatuan. Jadi bisa kapan saja dan dimana saja dimulainya, yang perlu menjadi catatan, karena Khilafah adalah lembaga regulator yang mengatur tata perilaku dan tata  hidup secara keseluruhan umat Islam, maka dibutuhkan kekuasaan politik yang mampu memimpin gagasan itu untuk mewakili kehendak Tuhan melalui Quran dan Hadist kepada seluruh umat Islam di dunia.

Jika kita melihat  kekhalifahan terakhir, yaitu kekhalifahan Utsmaniyah yang berpusat di Turki, dengan kekuasaan membentang dari seluruh jazirah arab, sebagian eropa, dan asia, adalah daerah yang sangat luas. Karena berangkat dari Kesultanan Utsmaniyah yang kemudian menyebut diri sebagai Khalifah, maka seluruh sendi kehidupan masyarakat dan Negara didasarkan pada syariat islam, dan  seperti lazimnya sebagai entitas negara (kesultanan) juga melakukan hubungan internasional baik dalam kerangka hubungan dagang maupun perang. Jalinan hubungan dagang menjadikan khalifah utsmaniyah menjadi kekuasaan wilayah politik imperium terbesar dari abad ke 14 hingga awal abad 20 an.  Hubungan dagang sangat intens, hingga konon saham  Bank off Utsmaniyah (bank syariah) hampir seluruh sahamnya adalah milik Inggris, dan banyak lagi membangun kerja sama militer dengan Inggris dan juga Jerman.  Awal kejatuhan Khilafah Utsmaniyah berawal dari dua hal, yaitu gerakan kaum muda di Istambul (kaum revolusioner Turki muda) yang cenderung menuntut reformasi dan modernisasi, serta keterlibatan Khalifah dalam awal-awal perang dunia I, yang menyebabkan kekhilafahan terlibat peperangan dengan banyak pihak, dengan kaisar Tsar Rusia, Inggris dan Perancis, yang dulu juga merupakan sekutunya juga,  sisi lain tertekan dengan reformasi dan modernisasi yang salah satunya dipimpin oleh  Kolonel Mustafa Kemal Pasha, hal lain mobilisasi umat Islam dalam kerangka perang syahid tidak seluruhnya dapat di andalkan terutama dari bangsa-bangsa arab, ini yang menyebabkan para Pasha  frustasi, Pasha adalah para panglima komando perang yang dalam daerah tertentu, Pasha ini jabatan paling bergengsi pada jaman itu untuk panglima perang.  Di dunia Arab pada saat yang sama   mulai tumbuh benih nasionalisme Arab, dengan melakukan kontak dengan Inggris dan Perancis, jika Khalifah Utsmaniyah hancur maka sudah dipersiapkan kemerdekaan bagi Negara-negara di Jazirah Arab.   Protes-protes kebudayaan juga muncul karena masa itu bahasa yang dipakai adalah bahasa Turki sebagai bahasa utama, dan bahasa Arab setelahnya sehingga bangsa Arab merasa tidak nyaman.  Desakan reformasi yang menghendaki Khilafah utsmaniyah lebih modern dan mendukung sekuler, keterlibatan dalam Perang Dunia I, dan dikepung dengan bangkitnya Nasionalisme bangsa arab dengan dukungan Inggris dan Perancis, menjadikan kekhalifahan Utsmaniyah sangat tertekan, tetapi yang patut diakui kekuatan perang pasukan Khalifah ini diakui oleh Inggris sebagai kekuatan militer yang luar biasa, antara senjata dan semangat juang jihad dijalan Tuhan.

Kekalahan demi kekalahan menjadi sebab Khalifah Utsmaniyah mengalami kemorosotan kekuasaan, pasukan yang bersemangat jihad dan jumlah banyak, kalah dengan senjata dan strategi perang modern itupun  dalam banyak hal militer khalifah banyak di asistensi oleh militer jerman,  padahal sebelumnya banyak bantu oleh Inggris. Kelompok arab oleh Inggris dibantu   konsultan militer yang bernama TE. Lawrence Of Arabia, Kapten Inggris yang jadikan konsultan militer negara-negara Arabia.  Perjanjian antara bangsa Arab dengan Perancis dan Inggris telah membuat murka Kesultanan Utsmani, dimana mereka yang akan membagi-bagi wilayah jika khalifah runtuh. Selain kekalahan yang telak, khilafah juga mengalami krisis ekonomi yang luar biasa, ditambah desakan kaum muda revolusioner Turki, maka khalifah dalam titik kritis. Dan kemudian dibubarkan oleh Mustafa Kemal Pasha melalui gerakan kaum revolusioner muda Turki, membubarkan kesultanan, pada tahun 1922, dan Majelis Agung Turki membentuk Republik Turki 1923 yang sekuler, dan Khilafah Utsmaniyah resmi bubar 1924.

Bagi dunia islam non arab, ini pukulan berat karena mereka tidak lagi punya kepemimpinan yang terpusat, tetapi bagi arab, ini adalah tumbuhnya gerakan nasionalis arab, kerajaan kecil Al Saud kemudian mengambil alih Hijaz yang menguasai kota suci umat islam, Mekah dan Madinah dengan dukungan Inggris, mengalahkan kaum keturunan Nabi yang selama ini oleh Khilafah diberi hak otonom dan kekhususan.

Uraian singkat diatas setidaknya dapat kita perhatikan bahwa keruntuhan Khilafah Utsmaniyah disebabkan  karena faktor internal yang menginginkan perubahan yang lebih modern, sekuler dan demokratis, ikut terlibat peperangan akibat konflik dengan Negara lain perang dunia I, tumbuhnya eksistensi bangsa arab (nasionalisme) untuk mendirikan wilayah secara otonom menjadi Negara, juga dukungan publik islam yang tidak secara total mendukung sikap Khilafah saat itu. Deligitimasi Khilafah ini rupanya tidak memunculkan bentuk baru kekhilafahan lain, yang ada keresahan-keresahan umat islam dalam Negara-negara baru, termasuk Indonesia yang menjadi Negara pada proklamasi tahun 1945.  Lintasan sejarah ini akan mengajak melihat lebih bijaksana mengenai berbagai persoalan yang muncul ketika agama melakukan dominasi terhadap pemerintahan negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun