Mohon tunggu...
Grace Evanda
Grace Evanda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Universitas Atmajaya Yogyakarta

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jurnalisme Online dalam Pembentukan Stigma di Masyarakat Mengenai LGBT

23 Oktober 2020   19:27 Diperbarui: 26 Oktober 2020   00:09 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Informasi atau berita yang beredar dapat menjadi alat representasi bagi kondisi dan fenomena sosial yang berkembang di sekitar kita dan membantu memberi berbagai pemahaman yang berkaitan dengan pembahasan yang diangkat.

Salah satu representasi yang sering diangkat dalam jurnalisme online ialah penggambaran kaum LGBT di tengah masyarakat.

Wacana pemberitaan keberagaman gender dalam bingkai kelompok LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) di Indonesia yang diberitakan dalam jurnalisme online tidak pernah luput dari pro dan kontra pada masyarakat.

Kehadiran LGBT yang merupakan kelompok minoritas di Indonesia sering mendapat penolakan dari masyarakat. Stigma yang terbentuk di dalam pikiran masyarakat ini tidak terlepas dari adanya pemberitaan-pemberitaan yang muncul di media.

Pemberitaan di media mengenai LGBT juga seringkali melanggengkan stigma buruk yang sebelumnya telah tertanam di masyarakat.

Meningkatnya intensitas pemberitaan tentang LGBT pada jurnalisme online tidak menjadikan media lantas dapat memberikan ruang dalam menanggapi fenomena yang terjadi, melainkan malah menciptakan pemaknaan yang semakin diskriminatif.

Tidak jarang berita yang dihasilkan pada jurnalisme online mendiskriminasi kelompok LGBT dengan menggunakan headline atau balutan konten yang sensasional agar dapat menarik perhatian pembaca. Ketika muncul pun hampir dapat dipastikan bahwa yang diberitakan bernada negatif, seperti ketika LGBT menjadi korban tindakan kriminal.

CONTOH KASUS

Pada artikel di tirto.id, dalam laporan berjudul "Kekerasan pada LGBT" yang disampaikan Forum LGBT Indonesia dalam seminar Refleksi 10 Tahun Yogyakarta Principles, media di Indonesia menempati posisi kedua pelaku kekerasan pada LGBT, setelah Aparatur Negara dan Ormas. Persentasenya mencapai 22%, selisih sedikit dari posisi pertama yang masing-masing mencapai 27%.

Tirto.id juga merangkum pemberitaan yang masih didominasi tentang diskriminasi terhadap kaum LGBT dalam serangkaian peristiwa sepanjang tahun 2018.

Pada tahun 2018, media ramai dengan pemberitaan-pemberitaan yang cenderung menyudutkan kaum LGBT karena hanya berisi pemberitaan negatif dan masalah yang menimpa kaum LGBT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun