Mohon tunggu...
Grace
Grace Mohon Tunggu... Freelancer - -

Just for fun. My life mostly revolves around movies, food, and dogs!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Transisi dari Desa ke Kota, Siapa Takut?

17 Desember 2018   13:49 Diperbarui: 17 Desember 2018   14:06 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Merangkap sebagai blogger, tak jarang dirinya memiliki kesempatan untuk mengulas sebuah produk untuk diperkenalkan kepada konsumen. 

Sebenarnya hanya sebatas satu gambar foto, sedikit gaya dan sebuah produk -- yang bagi dirinya tak begitu berarti -- eh, malah disalahpahami oleh warga desa yang kebetulan melihatnya di media sosial. 

Keesokan harinya Mamanya dari desa berbicara lewat telepon dengan satu pertanyaan pembuka pembicaraan "Katanya kau beli-beli barang yang nggak perlu terus bergaya-gaya?" Yaelahhh, yang begitu doang sampe ke telinga orang tua? 

Padahal itu barang juga bukannya mahal-mahal amat. Hmmm... opini menyesatkan orang-orang ini memang bahaya banget kalau nggak segera diluruskan, ya! 'Kan kasihan orangtuanya yang tak tahu menahu tentang dunia media sosial. 

Boro-boro kenal apa itu Instagram, mau ketik SMS pakai HP jadul aja perlu waktu kurang lebih 20 menit untuk 1 SMS, tok! Kalau dengar berita-berita yang seperti itu ya pasti kepikiran dan ingin lihat langsung kan? Terus nggak bisa dong! Mau langsung tanya malam-malam tentu tak akan dilakukan, takut istirahat putrinya terganggu. 

Akhirnya pikiran tersebut mengganggu sepanjang malam berlalu dan membuatnya tak tertidur, takut opini orang-orang yang mempermalukan dirinya di sana adalah betul adanya.

Mau tak mau, dari pada marah-marah pada orang-orang yang menyampaikan berita-berita hoax pada orangtuanya, cerita di balik foto tersebut harus dirinci pada orangtuanya demi menghindari pemikiran-pemikiran yang mengganggu. 

Bukan apa-apa, kalau sampai mengganggu akhirnya jatuh sakit yang repot bukan yang nyinyir, 'kan?. Ini juga dapat dijadikan sebagai catatan bagi orang-orang yang suka untuk mengurusi hidup orang lain yang tidak dikenal, tidak mengganggu, dan tidak mengusik dirinya. 

Ketika orang lain sedang berkarya dan diganggu dengan kalimat-kalimat tak bermutu lewat media sosial. Ada efek yang terjadi, di mana muncul perasaan yang tak tenang. 

Dia yang nggak tau menahu dengan kecemburuan kita, harus berpikir keras tentang kesalahan apa yang telah diperbuatnya sampai harus dinilai begitu nista! Ah, dasar netizen. Jaga yuk jari masing-masing!

Tentang hobi yang diserusin ini, dia bisa menangkap kesempatan yang apik. Ketika banyak orang harus mengantri untuk memasukkan lamaran ke berbagai perusahaan supaya bisa bekerja, berbeda dengan dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun