Mohon tunggu...
Taruli Basa
Taruli Basa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Auroraindonet.com

Penulis buku 12 Aktivitas Menyenangkan Penerbit Grasindo, buku IMAGO DEI (Segambar dan serupa dengan Allah) tentang perjalanan missi ke daerah, buku mata pelajaran TK, penulis narasi, cerita pendek dan juga puisi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pejuang kehidupan: Jakarta hujan, "no problem", "life must go on"

29 Februari 2024   11:37 Diperbarui: 29 Februari 2024   11:42 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tuntutan hidup di kota Jakarta memang sangat luar biasa. Perjuangan yang tidak ada habis-habisnya. Pagi ini kembali hujan di Jakarta, mulai dari jam 4.00 WIB wialayah kami di Cengkreng Timur. Pagi-pagi disugihin hujan kadang kita mager bahasa keren anak muda sekarang, mager (malas gerak), tetapi orang-orang yang tinggal di Jakarta sepertinya tidak pernah lelah, pulang kerja sudah letih, perjalanan yang panjang ditambah kemacetan, kalau kantornya di Sudirman, tinggalnya di Bogor, butuh waktu dua hingga tiga jam perjalanan. Walaupun durasi waktu dalam perjalanan dari rumah ke kantor sangat lama, ditambah macet dan menggunakan transportasi umum seperti KRL dan Trans Jakarta masyarakat yang bekerja di kota metro tetap semangat. Bersyukurnya masyarakat Jabodetabek sudah mempunya jenis transportasi umum yang cepat dan beragam.

Transportasi umum saat ini adalah pilihan yang tepat untuk mereka yang bekerja di kota metro, selain cepat, murah dan tidak macet. Transportasi umum yang sudah ada di Jabodetabek, Banten, Cikarang yaitu KRL (cummuter line), Trans Jakarta, LRT, MRT, jadi banyak pilihan transportasi masyarakat untuk bepergian. Walaupun kadang Comuter Line dan Trans Jakarta penuh, sampai berdiri penumpangnya, tidak menyurutkan semangat para pejuang hidup untuk tetap melakukan pekerjaannya, walau hujan, ada banjir tetap saja menerobos kesulitan, karena hidup memang harus berjuang.

Tidak hanya para pekerja yang ada di kantor, sekolah atau di pabrik yang mempunyai semangat juang tinggi, tetapi hampir semua orang-orang yang  tinggal di kota metro dengan kehidupan 24 jam yang tidak pernah sepi, sudah terbentuk dengan kekuatan yang tangguh. 

Walaupun hujan, tetap saja pergi ke kantor, apalagi yang sudah mempunyai jadwal tugas di kantor, wajib hadir, demikian juga dengan anak sekolah. Sekolah di Jakarta mulai pembelajaran rata-rata pukul 6.45 WIB, atau sekitar jam tujuh kurang lima belas menit. Artinya anak-anak sudah harus tiba di sekolah sebelum pukul 6.45, karena kalau lewat akan terlambat. Anak yang sudah terbiasa di disiplinkan oleh orangtua dari rumah akan tetap bersekolah sekalipun hujan dan "mager", namanya juga anak-anak. Tidak hanya anak-anak SD saja yang pergi ke sekolah, tetapi anak-anak SMU juga, mereka menggunakan payung, mantel dan diantar ke sekolah, jadi tidak ada ceritanya, hujan yah "mager", atau tidak usah bersekolah. Perjuangan hidup memang harus diproses sejak dini yang dimulai saat anak-anak masih sekolah, sehingga ketika sudah memasuki dunia kerja anak menjadi kuat menghadapi kenyataan hidup. 

dokpri
dokpri

Mereka yang berjuang di kota metro dengan cara yang benar akan mendapatkan hasilnya. Perjuangan di Jakarta tidak hanya meliputi dunia kerja di kantor, sekolah, tetapi yang paling nyata kita lihat adalah Pasar. Pasar tidak pernah sepi dari penjual dan pembeli. Walaupun hujan lebat, tetap saja orang-orang dipasar berjualan, ada yang berjualan sayur dengan meletakkan sayur dagangannya di tanah yang dialasi dengan terpal agar sayurnya tidak kotor, ada yang sudah punya tempat, ada yang jualan ikan, ayam, daging di sepanjang jalanan pasar. Kalau hujan para pedagang memasang tenda masing-masing yang terbuat dari terpal tenda plastik agar agar dagangannya tidak basah dan mereka para penjual menggunakan jas hujan.

Kalau mereka yang berjualan di dalam gedung pasar, mereka tidak kewalahan kalau hujan karena dagangan mereka tidak basah, tetapi bagi mereka yang ada di sepanjang jalanan pasar yang diperbolehkan oleh pihak pasar berjualan dari jam 3.00 WIB pagi dini hari hingga nanti pukul 9.00 WIB, akan kewalahan jika hujan lebat turun. Apakah pedagang pasar akan mundur ketika hujan, petir dan banjir ada? Tidak, mereka tetap saja berjualan, karena pasti ada pembeli yang akan datang sekalipun hujan. 

Pasar-pasar tradisional masih sangat diminati oleh banyak masyarakat, selain dari murah, banyak dan banyak pilihan, apalagi pasar Induk di berbagai tempat, seperti Pasar Cengkareng.

Pasar sebagai tempat umum yang tidak pernah sepi, selalu ada transaksi jual beli, mau beras mahal atau murah, cabe naik atau turun, pasar tetap saja ramai pengunjung. Kalaupun beras mahal, apa tidak makan? kan masih ada pilihan yang lain, seperti ubi, singkong, jagung, sagu atau dengan beli beras sedikit, yang pasti kenaikan beraspun pasti ada waktu dan masanya. Sama seperti minyak goreng tahun lalu, naiknya melambung tinggi sekarang harga minyakpun sudah turun, jadi mari menikmati dengan berbagai keragaman kondisi sebagai pejuang kehidupan. 

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun