Mohon tunggu...
Grace Natalia
Grace Natalia Mohon Tunggu... Freelancer - seorang penulis amatir

tersenyumlah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pahit

8 April 2018   16:38 Diperbarui: 4 Mei 2018   08:41 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Terulas sebuah senyum yang indah. Senyum bahagia yang mengawali pagi hari seorang gadis cantik.  Gadis yang berusia belasan tahun terlalu bahagia menyambut mentari terbit. Sehingga ia melupakan permasalahan yang di hadapinya kemarin.  Menyambut pagi yang indah dengan sujud menyembah kepada Tuhan nya. Tuhan yang Esa pemberi paras cantik kepada gadis tersebut. Gadis pintar, lugu dan polos yang akan menjelajahi dunia. 

Dunia baru yang dimasukinya membuat hati gadis itu bahagia. Namun, dunia itulah yang membuat sebuah goresan dihatinya. Berlari mencari penyembuh lukanya. Gadis itu mendapatkannya. Lucu. Satu kata yang dipikirkan gadis tersebut. Dengan mudah ia mendapatkan segala yang dia inginkan akan tetapi dengan mudah pula ia terluka. Cobaan yang dilalui terus bergulir hingga sang mentari pun bosan dan menenggelamkan dirinya mengubah terang menjadi gelap. Gelap dan hitam seperti keadaan gadis itu sekarang ini. Bingung dan bimbang jalan mana yang harus ditempuh. Demi mendapatkan secerca titik terang yang mampu mengubah dunia gadis tersebut. 

Seorang lelaki yang sangat menyayangi gadisnya. Ayah. Sosok yang mampu membangkitkan keterpurukan gadisnya. Gadis lugu nan polos yang jatuh kedalam lubang besar ditemani kegelapan. Tangan seorang ayah mampu membimbing gadisnya keluar lubang tersebut. Suara bariton seorang ayah yang menuntuh gadis tersebut. Sehingga tak mampu lagi gadis itu mendengar suara lelaki tersebut. Ayah yang pergi menghadap Sang Pencipta.  Gadis tersebut terpuruk dengan keadaan.  Tak sanggup melangkahkan kakinya,  menggerakan badannya,  dan mengeluarkan suaranya. Habis sudah harapannya. Kenyataan hidup yang terlalu pahit. Namun, muncul sosok baru dihadapannya. Sosok yang mungkin dapat membantu gadis tersebut. Benar. Harapannya muncul kembai kepada sosok baru tersebut. 

Melewati berbagai tantangan. Menemukan titik cayaha yang mampu menuntun gadis tersebut. Mentari pun tak penah bosan lagi menemani gadis itu. Gadis ceria menghadapi kehidupannya seperti gadis lainnya. Melalui hari nan panjang bersama sosok baru sangat menyenangkan. Problema hilang seketika entah kemana pergi arah dan tujuannya. Egois dalam diri gadis tersebut tumbuh perlahan. Membuat hubungan dengan sosok baru tersebut perlahan hancur. Hancur karena keegoisan keduabelah pihak. Luka lama terbuka kembali.

Sebuah goresan yang cukup sakit di hati gadis tersebut. Tak mampu menghadapi lagi. Permasalahan yang tenggelam bersama mentari dan sakit yang tebit bersama sang mentari. Memilih berdiam diri. Tak mampu berjalan maju menghadapi dunia. Dunia yang terlalu kejam kepada seorang gadis lugu. Sedih. Lebih lagi dirasakan gadis tersebut. Menyerah. 

Satu kata yang cocok dengan keadaan gadis tersebut. Tak ingin mengenal dunia. Sudah terlalu sakit dirasakan oleh gadis tersebut. Pahit. Satu kata yang mewakili kehidupannya. Menangis sepanjang haripun bukan salah satu jalan keluar. Ingin mengadu pun tak tau dengan siapa. 

Pada akhirnya si gadis lugu pun menyerah kepada kehidupannya. Tak mampu menyelesaikan pertandingan hidup. Sebuah garis finish dihadapannya tak mampu dijangkau lagi. Kembali menyusul sang ayah mungkin pilihan terbaik. Menghadap kepada Mahakuasa mengadu segala permasalahan yang dihadapinya. Tuhan lebih sayang kepada gadis tersebut. Tak ingin Ia melihat gadis kecilnya terluka kembali. Bahagia. Itulah yang dirasakan gadis tersebut. Menjalani kehidupan baru bersama sang ayah dan Penciptanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun