Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Becak Bang Kodir

6 Maret 2018   15:25 Diperbarui: 6 Maret 2018   18:59 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Legam bahu bang kodir yang kekar,
Kini ringkih
Di matanya ada gunung-gunung rindu
Pada dua kupu yang mengelana,
Entah kemana mereka?
Dan di belakang gubuk anyaman bambu
Roda becaknya tak lekang
Yang ia elus sepanjang zaman

Bang kodir, seorang ayah
Idealisme jiwanya takkan sanggup kita dengar,
Karna sarat pergulatan
Rembulan yang merah keluar dari bukit
Samar gelegar ombak dipantai
Hanyut dalam batuknya
Bang kodir terkulai di dipan kayu
Matanya menerawang ke atap tanpa langitlangit
Duh.... anak-anaknya yang hilang
Ke manakah ia mengembara

Bang kodir, genjotan becakmu
Mengubah kupu-kupumu menjadi gemintang
Ia bertahta,
Dalam gedung tinggi
Lalu kini becakmu telah menjelma puing
Bertapa dalam kesendirian

Kekar bahu dan laju roda becakmu
Adalah kesenangan kita,
Menembus kabut pagi
Mengantarku dan kupukupumu,
Menjemput impian di bangku kelas
Mengitari kelok jalan batu

Aku rindu...
Serindu gunung rindumu,
Saat menunggu riuh riang khabar
Bila lonceng berdentang...
Tanda sekolah di kampung telah usai

Remember of 1984.
Sukolilo timur, 14 jan 2018
Rasull abidin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun