Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Ning Tyas...

27 Agustus 2017   08:23 Diperbarui: 27 Agustus 2017   08:29 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Art paint by. Sudjojono

Empat gelas kopi panas sudah siap

Sedap aromanya berebut keluar,

Menerobos hidung kumpulan lelaki setengah tua,

Serasa puncak kebahagian akan datang ,

Seiring seruputan aroma kopi menjalari kerongkongan

Meski tanganya tak segesit dulu


Jemarinya tak lentik lagi, tapi racikan kopinya

Tak berubah di makan jaman...

*****

Ning tyas.....

Kejam kehidupan telah merampas lelakimu

Setelah timah serdadu membubarkan gejolak massa

Demo imbalan dua karung beras telah menutup akhir asmara

Memaksa memenjarakan kisah kasih di lipatan waktu...

Meski kadang kerap keluar lewat mimpi saat malam makin meninggi

Ning tyas...

Asmaramu kandas tak berbekas ...

Lantaran hukum tak menghendaki kau duduk dimeja keadilan

Jeritan-jeritanmu di tulis dengan pensil

Lalu di hapus dan di edit sesuai keadaan

Duuhhh...ning tyas,

Selembar cerita masa silam kau selipkan di saku baju...

Tercabik-cabik dan di dera himpitan kehidupan

Maka sungai air mata surut mengering begitu saja

Hingga lembaran itu kini buram tak terbaca...

******

Kembang sepatu telah usai merekah,

Paras kecantikanmu menyulap banyak lelaki bersaing memikatmu

Tapi itu dulu....

Saat aku masih kau gendong kesana kemari

Saat aku masih kau suapi dengan lentik jemarimu...

Ning tyas....

Sudut jalan banyak kumbang beterbangan

Masih membuat jaring dan melepas panah asmara

Rayuannya biru seluas samudera yang membentang...

Tatapannya teduh seteduh awan yang berjalan,

Suaranya merdu bak nyanyian  berkumandang...

Ning tyas...

Betapa engkau tegar,

Membangun dinding penjara hatimu sekuat baja...

Memaksa gejolak asmara tak berdaya

Dan kau kubur rindumu bersamanya...

Sungguh luar biasa.

Ning tyas...

Anggun wajahmu telah meredupkan lembayung senja

Namun itu telah berakhir....

Gemetar tangan dan keriput wajah perlahan akan menyusul

Lelakimu yang telah sabar menunggu...

Manokwari, 27.08.2017

Rasull abidin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun