Terima kasih. Akhirnya kau datang juga
cahaya tak seperti biasanya, kali ini
tampak redup. Aku tahu tak biasanya
seperti ini. Aku kenal betul di antara kita
tak ada perbedaan sesungguhnya. Cahayamu
milikku juga sebaliknya cahayaku milikmu
Kalaupun akan datang lebih cepat. Siap ataupun
tidak, harus siap. Meski aku manusia bukan cahaya
seperti kau punya, senantiasa hadir ketika aku
ingin ngobrol-ngobrol denganmu. Kau hadir
selalu pada lini waktu tertepat. Lantas kau berikan
segala pintaku meski cerewet sekalipun.
Setelahnya kau tak pergi begitu saja. Teduhmu sepenuhnya
kau berikan untukku. Suatu kali aku bilang. Kalau semua
untukku bagaimana dengan saudara-saudaraku
di manapun berada. Bila membutuhkan lebih banyak
keteduhan dibanding aku, hanya sedikit saja
membutuhkan keteduhan, selebihnya berikanlah
kepada saudara-saudaraku.
Kau tak menjawab, selalu cahayamu semakin banyak
untukku. Sungguh, telah kau cukupkan keteduhan itu
bagi ku. Kini giliran saudara-saudaraku. Kau malah
semakin mendekat melimpahkan cahaya kepadaku.
Aku, memintamu untuk memberikan
keteduhan itu kepada saudara-saudaraku. Lebih
membutuhkan dibanding aku. Semakin kau
lebihkan segala keteduhan itu. Aku, mohon
lebih dari cukup keteduhanmu untukku
***
Jakarta Indonesia, Kompasiana, April 19, 2025.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI