Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merajut Kembali Moralitas dan Prinsip dalam Kehidupan

31 Agustus 2024   17:44 Diperbarui: 1 September 2024   12:34 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:Koleksi Dok Pribadi)

Namun, ketidakadilan akibat korupsi tidak hanya terjadi dalam skala besar seperti yang disebutkan di atas. Korupsi juga dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, dalam bentuk suap kecil-kecilan atau favoritisme yang sering kali kita anggap remeh. Misalnya, ketika seseorang harus memberikan "uang pelicin" agar urusannya cepat selesai di kantor pemerintah, ini adalah bentuk korupsi yang menciptakan ketidakadilan. Orang-orang yang tidak memiliki uang atau koneksi yang cukup akhirnya harus menunggu lebih lama atau bahkan gagal mendapatkan pelayanan yang seharusnya menjadi hak mereka.

Korupsi dalam Dunia Pendidikan, Pengkhianatan Terhadap Masa Depan Bangsa

Salah satu sektor yang paling rentan terhadap korupsi namun jarang mendapat perhatian serius adalah sektor pendidikan. Korupsi dalam dunia pendidikan merupakan pengkhianatan terbesar terhadap masa depan bangsa, karena pendidikan adalah fondasi utama bagi pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Ketika korupsi terjadi di sektor ini, yang terancam bukan hanya generasi saat ini, tetapi juga generasi mendatang.

Korupsi dalam dunia pendidikan bisa terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari penyalahgunaan anggaran untuk pembangunan sekolah, hingga praktik jual beli nilai atau jabatan di lingkungan akademik. Ketika anggaran yang seharusnya digunakan untuk memperbaiki fasilitas sekolah, meningkatkan kualitas guru, atau memberikan beasiswa bagi siswa berprestasi justru disalahgunakan untuk kepentingan pribadi, maka yang dirugikan adalah seluruh sistem pendidikan itu sendiri.

Siswa yang seharusnya mendapatkan pendidikan yang berkualitas akhirnya harus bersekolah di gedung yang tidak layak, diajar oleh guru-guru yang tidak kompeten, atau bahkan tidak mendapatkan akses pendidikan sama sekali karena mahalnya biaya yang harus mereka tanggung. Dalam jangka panjang, hal ini menciptakan ketimpangan sosial yang semakin dalam, di mana hanya mereka yang memiliki sumber daya yang cukup yang dapat menikmati pendidikan berkualitas, sementara yang lainnya tertinggal jauh di belakang.

Selain itu, korupsi di dunia pendidikan juga berdampak pada moralitas generasi muda. Ketika mereka menyaksikan praktik-praktik tidak jujur dalam dunia pendidikan, seperti jual beli nilai atau nepotisme dalam penunjukan jabatan akademik, mereka akan tumbuh dalam lingkungan yang menganggap bahwa integritas dan kejujuran adalah hal yang bisa dinegosiasikan. Ini akan menciptakan siklus korupsi yang terus berlanjut, di mana generasi berikutnya mewarisi budaya korupsi dari generasi sebelumnya.

Korupsi dalam Politik, Pengkhianatan Terhadap Kepercayaan Publik

Di ranah politik, korupsi adalah pengkhianatan terbesar terhadap kepercayaan publik. Politik seharusnya menjadi arena di mana kepentingan masyarakat diperjuangkan, tetapi ketika korupsi menjadi bagian dari sistem politik, yang terjadi justru sebaliknya, kepentingan pribadi dan kelompok tertentu yang diutamakan. Ini menciptakan jurang antara rakyat dan pemimpinnya, di mana kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan institusi politik secara keseluruhan terus menurun.

Korupsi dalam politik sering kali terjadi dalam bentuk suap atau gratifikasi yang diberikan kepada pejabat publik agar mereka memuluskan proyek atau kebijakan tertentu. Ini tidak hanya merusak integritas pejabat yang bersangkutan, tetapi juga merusak proses demokrasi itu sendiri. Demokrasi seharusnya menjadi sistem di mana suara rakyat menjadi dasar dari setiap keputusan politik, tetapi ketika korupsi terjadi, keputusan politik sering kali didasarkan pada siapa yang memberikan suap terbesar, bukan pada apa yang terbaik bagi masyarakat.

Selain itu, korupsi dalam politik juga menciptakan ketidakadilan dalam akses terhadap kekuasaan. Mereka yang memiliki sumber daya lebih besar sering kali dapat membeli kekuasaan, sementara yang lainnya harus puas menjadi penonton di pinggiran. Hal ini menciptakan sistem politik yang tidak inklusif, di mana hanya segelintir orang yang memiliki akses terhadap kekuasaan, sementara mayoritas masyarakat tidak memiliki suara yang berarti.

Merajut Kembali Moralitas dan Prinsip dalam Kehidupan Berbangsa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun