Mohon tunggu...
Genoveva Tersiandini
Genoveva Tersiandini Mohon Tunggu... penggemar wisata dan kuliner

Pensiunan pengajar di sebuah sekolah internasional.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Petualangan Pertama ke Taiwan (Part 3): Berkunjung ke Jiufen

28 Juli 2025   17:32 Diperbarui: 29 Juli 2025   10:54 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Old Town Street Juifen (sumber: foto pribadi)

Petualangan baru di Taiwan kami mulai lagi pada hari kelima. Setelah berada di Sun Moon Lake selama dua malam, kami pun melanjutkan perjalanan ke Jiufen. 

Sebetulnya kita bisa ikut tour ke beberapa tempat di Taiwan yang letaknya dekat dengan Taipei seperti Jiufen, tapi kami ingin mencoba semuanya sendiri. Juifen dapat ditempuh selama satu jam lebih sedikit kalau kita naik bus atau kereta dari Taipei. 

Tidak ada transportasi langsung dari Sun Moon Lake ke Juifen, jadi kita harus ke Taipei terlebih dahulu, nanti dari sana bisa naik bus atau kereta untuk mencapai Ruifang lalu naik bus lagi ke Juifen. Kami tidak kembali ke Taichung dan naik kereta cepat ke Taipei melainkan naik bus karena ada bus yang langsung dari Sun Moon Lake ke Taipei. 

Kami mengambil opsi ini karena kami enggan gonta ganti transportasi dengan membawa-bawa koper, jadi kami ambil opsi yang paling praktis dan tentu saja lebih murah.

Pagi hari sekitar jam 8-an  kami sudah berada di stasiun bus di Sun Moon Lake dan naik bus ke Taipei. Menurut keterangan yang kami dapatkan perjalanan akan memakan waktu sekitar 4jam-an tergantung macet tidaknya lalu lintas. Bus kami tiba sebelum jam 9 dan penumpang ke Taipei pun segera naik. 

Busnya bagus, bersih dan nyaman. Kami mendapat kursi persis di belakang sopir. Selama perjalanan teman saya bercerita tentang pengalaman dia mengunjungi Kanada. Dia bercerita tanpa henti dan suaranya cukup keras 😀. Sekitar 45 menit perjalanan bus kami berhenti di sebuah terminal (saya lupa di daerah mana). 

Sopir bus kami turun kemudian naik lagi. Dia kemudian mendekati saya dan menunjukkan hp-nya ... dan di situ (di aplikasi translation dia) tertulis kalau bus tidak akan berhenti lagi nanti jadi jika ingin ke kamar kecil sekarang waktunya. Sambil menunjukkan hp-nya dia kemudian menunjuk teman saya dan dalam bahasa tarzan mengatakan 'kamu bising, terlalu banyak bicara dan saya jadi pusing'. Dia mengatakan itu sambil memegang-megang kepalanya. Kami pun tersenyum dan mengatakan 'okay'. 

Kami lalu turun dari bus untuk ke kamar kecil ... kami pun tertawa terbahak-bahak menyadari kalau telah mengganggu konsentrasi pak sopir. Ternyata apa yang dikatakan mbak TKW ketika kami berjumpa di bus sehari sebelumnya benar adanya. Sopir di sana tidak suka jika penumpang berbicara tanpa henti dan cukup keras karena bisa mengganggu konsentrasi dia, apalagi kalau duduk pas di belakang sopir.

Di terminal itu kami berhenti sekitar 10 menit, dan setelah semua penumpang naik bus melanjutkan perjalanan menuju Taipei. Kami melalui jalan tol dan perjalanan sangat lancar tanpa ada kemacetan. 

Saat itu saya merasa sangat mengantuk jadi saya tertidur di bus, jadi saya tidak dapat melaporkan bagaimana pemandangan yang kami lalui. 

Tidak lama setelah saya terbangun saya melihat gedung-gedung tinggi dan kesibukan kota. Saya juga melihat main station sudah ada di kiri kami. Rupanya kami sudah tiba di Taipei. Perjalanan ini sangat cepat tidak sampai 4 jam kami sudah tiba di Taipei. 

Stasiun bus pada hari itu lumayan ramai dan kami langsung menuju ke jalur kereta api lokal. Dalam perjalanan menuju jalur kereta lokal kami melihat area stasiun (mall) sangat penuh dengan para pekerja migran. 

Banyak sekali TKI yang berkumpul di sana. Mereka duduk-duduk di lantai sambil membawa bekal dan saling bertukar makanan atau berfoto untuk mengabadikan kebersamaan hari itu. Ramai sekali dan saya bisa mendengar banyak yang berbahasa Jawa dan juga bahasa Tagalog. 

Selain pekerja dari Indonesia, pekerja dari Filipina juga banyak di sana. Mereka kelihatan sangat bahagia karena bisa menikmati hari libur mereka. Sepertinya pemerintah Taiwan memang menyediakan tempat untuk para pekerja migran berkumpul. 

Hari itu sudah siang dan kami belum sempat makan siang. Di situ banyak terdapat penjual makanan. Kami lalu membeli ricebox untuk makan siang. Mengingat jam keberangkatan sudah mepet, kami tidak makan di tempat tetapi 'take away'. 

Dari situ kami segera menuju ruang tunggu, seharusnya kami langsung menuju 'platform' karena jam keberangkatan kami sudah terpampang di layar, tetapi teman saya perlu pergi ke kamar kecil terlebih dahulu ... ketika selesai kami segera ke platform yang sudah diberitahu oleh petugas informasi. 

Rupanya kereta kami sudah berangkat. Nah di sini kami mulai kebingungan ... kereta yang mana yang harus kami naiki. Teman saya bertanya pada salah seorang penumpang di sana dan seperti biasa ada kendala bahasa di situ. Saya kemudian mendekati salah satu penumpang yang lain yang kelihatannya seperti seorang pelajar, dan benar saja dia mengerti bahasa Inggris dan dia memberitahu nomor kereta selanjutnya, jadwal kereta, serta di mana kami harus turun di layar monitor. 

Sambil mengawasi layar monitor, kami pun menunggu kereta yang akan membawa kami ke Ruifang (di sini kami harus turun). Cukup lama kami menunggu tapi akhirnya kereta pun tiba. Setelah satu jam lebih sedikit berada di kereta akhirnya kami tiba di Ruifang. Kami pun turun dan mencari bus yang menuju Jiufen. 

Awalnya kami menunggu di depan stasiun karena nomor bus tersebut ada di sana. Ketika bus tiba kami mengantre untuk naik, tetapi salah satu penumpang yang sudah naik lebih dulu turun lagi, kami pun penasaran dan bertanya kepada sopir ... dia menunjuk ke seberang jalan. Ah jadi kami harus menyeberang untuk menunggu bus. 

Penumpang yang tadi turun kembali rupanya berasal dari Filipina dan dia juga akan ke Jiufen. Tidak lama menunggu, kami melihat bus menuju Jiufen ... tetapi kenapa dia tidak berhenti??? Kebetulan ada seorang laki-laki yang sedang berbelanja di toko di depan kami berdiri, saya pun segera bertanya padanya dan rupanya kami harus berjalan sekitar 50 meter ke tempat pemberhentian bus. 

Ya ampun ... segera koper kami seret dan dengan cepat kami menuju halte bus yang dimaksud. Tidak lama setelah sampai di halte bus pun tiba ... segera kami naik bus tersebut.

Permandangan dari Riufang menuju Jiufen cukup indah. Selain pepohonan hijau kita juga bisa melihat laut di kejauhan. Jalan yang dilalui sempit dan berkelok-kelok. Teman saya mengatakan kami harus turun di kantor polisi dan dari situ harus berjalan ke hotel tempat kami menginap. 

Kami baru sadar kalau kantor polisi baru saja kami lewati, jadi begitu bus berhenti di pemberhentian selanjutnya kami segera turun. Terpaksalah kami berjalan turun (Jiufen daerah pegunungan) menuju kantor polisi tersebut. Nah anak Filipina yang naik bus bersama kami ternyata juga ikut turun padahal dia mau ke Jiufen Old Town yang terkenal itu. 

Saya katakan bahwa kami akan ke kantor polisi karena menurut google kami harus turun di situ kemudian berjalan menuju hotel. Setelah mengambil beberapa foto di sekitar karena pemandangannya memang cantik, kami pun berpisah. Kami sempat tersesat tapi akhirnya menemukan kantor polisi yang dimaksud.

Tiba di kantor polisi kami harus menaiki tangga. Oh nooooo ... tapi kami masih optimis kalau tangganya tidak banyak. Hari itu hari minggu jadi banyak pengunjung datang ke Jiufen. 

Di sepanjang tangga ramai dengan manusia yang berfoto-foto. Memang pemandangannya bagus, tapi kami merasa terganggu juga karena kami harus membawa koper menaiki anak tangga yang jumlahnya tak terhitung itu. 

Menurut google kami hanya perlu berjalan beberapa ratus meter saja, tapi dia tidak mengatakan kalau kami harus berjalan menaiki anak tangga. Sepertinya jalan tak berujung deh ... hari itu walaupun sudah sore tetapi udaranya masih sangat panas, peluh sudah membasahi badan dan baju kami tapi kami tak sampai-sampai juga ke atas. 

Setelah berjalan hampir satu jam akhirnya kami tiba di atas. Kami pun berjalan menuju hotel yang jaraknya tidak jauh dari ujung tangga. Jalanannya rata tetapi menanjak ... nah google mengarahkan kami untuk berjalan ke kanan ke arah 'elementary school' lalu berbelok ke kiri ... begitu mau ke kiri kami melihat tangga lagi. O

h tidaaaak ... tangga lagi. Sepertinya kami trauma melihat tangga. Akhirnya saya melihat nama hotel yang kami cari, tapi kok pintunya tertutup dan di mana pintu masuknya. Setelah mencari-cari akhirnya kami temukan ada tulisan yang mengatakan 'check in' di sana. Saya pun berjalan ke arah yang dimaksud ... tapi kok pintunya terkunci. 

Sudah saya ketuk beberapa kali tetapi tidak ada yang keluar. Akhirnya saya kirim pesan via aplikasi booking.com. Kemudian saya kembali lagi ke tempat 'check in' tersebut dan mulai mengetuk lagi ... nah baru pemilik hotel keluar. 

Anak tangga yang harus kami lalui (sumber: foto pribadi)
Anak tangga yang harus kami lalui (sumber: foto pribadi)

Sepanjang tangga kenangan (sumber: foto pribadi)
Sepanjang tangga kenangan (sumber: foto pribadi)

Pemiliknya adalah seorang lelaki tua berumur sekitar 60 tahunan, dia sangat ramah dan membantu membawakan koper kami. Rupanya kamar kami ada di bangunan lain dan ... kami harus naik tangga lagi. Aduh ...!!! 

Untungnya hanya beberapa anak tangga saja dan tidak tinggi. Kami sempat bercerita tentang pengalaman kami kepada pemilik hotel dan dia mengatakan seharusnya kami berhenti di Old Town Street sehingga tidak perlu melalui tangga yang beratus-ratus itu. 

Tetap harus naik tangga tapi tidak sebanyak itu. Ketika dia mengatakan hal itu saya baru ingat kalau sebelumnya dia pernah mengirim pesan dan memberi informasi di mana kami harus turun dan ke mana kami harus pergi. 

Saya benar-benar lupa dengan pesan itu. Tapi ya untuk apa disesali, sudah terjadi kok ... tapi pengalaman itu justru menjadi kenangan dan cerita lucu bagi kami berdua.

Hotel kami di Jiufen (sumber: foto pribadi)
Hotel kami di Jiufen (sumber: foto pribadi)

Bangunan tempat kami menginap berlantai dua. Di atas ada dua kamar dan kamar kami terletak di lantai bawah dan cukup luas. Di lantai bawah terdapat dua kamar dan satu ruang makan dan juga pantry. Kami bisa membuat kopi atau teh di situ, galon air dan lemari es juga terletak di situ. 

Setelah membayar biaya hotel (harus cash), kami diberi kunci dan diberitahu bagaimana cara mengunci dan membuka pintu. Dia kemudian meninggalkan kami untuk beristirahat. Sore itu baru kami yang tiba di rumah itu, jadi kami merasa seolah-olah sebagai pemilik rumah. Rasanya seperti rumah sendiri. Kami kemudian mengeluarkan ricebox yang tadi kami beli di Taipei dan memakannya. 

Kami makan dengan lahap karena rasanya enak selain itu berjalan menaiki beratus-ratus anak tangga juga membuat kami menjadi sangat lapar.

Kami beristirahat sejenak untuk meluruskan kaki, setelah itu kami memutuskan untuk berjalan-jalan dan melihat-lihat jejeran pertokoan dan restoran yang ada di sepanjang jalan.  Mereka menjajakan souvenir khas Taiwan terutama Juifen, makanan khas mereka, dan tentu saja teh Taiwan. 

Kami sempat juga melihat matahari terbenam dari sana. Kami menyusuri jalan sempit dengan deretan toko dan restoran dan berhenti di sebuah restoran dan mencoba noodle soup yang kelihatannya enak karena ramai pengunjung, padahal belum lama kami makan donburi. Nampaknya energi kami memang benar-benar terkuras habis setelah berjalan menaiki ratusan anak tangga tadi, jadi harus di-charge lagi. 

Rasa mie tersebut tidak spektakuler, tapi lumayan untuk mengganti energi yang hilang. Setelah makan kami teruskan perjalanan ke luar dari jejeran pertokoan tersebut dan ternyata kami tiba di Old Town. 

Nah seharusnya kami tadi berhenti di situ lalu berjalan melewati jejeran pertokoan yang barusan kami lalui, lalu berbelok ke kiri dan harus tetap menaiki beberapa anak tangga untuk dapat sampai ke hotel. Namun jumlah anak tangganya masih manusiawi dibandingkan jika kita naik dari kantor polisi. 

Sun set di Jiufen (sumber: foto pribadi)
Sun set di Jiufen (sumber: foto pribadi)

Kawasan pertokoan di Juifen Old Town (sumber: foto pribadi)
Kawasan pertokoan di Juifen Old Town (sumber: foto pribadi)

Old Town Street Juifen (sumber: foto pribadi)
Old Town Street Juifen (sumber: foto pribadi)

Hari semakin larut. Setelah puas melihat-lihat kawasan Old Town kami lalu berjalan kembali melewati jejeran pertokoan dan restoran yang sudah mulai tutup. 

Walau sudah muak dengan anak tangga, kami tetap semangat menapakinya karena kami memang ingin segera tiba di hotel, mandi dan beristirahat agar keesokan harinya kami bisa mengeksplorasi daerah sekitar. Sampai jumpa di cerita selanjutnya 😊

gmt29072025

sumber foto: milik pribadi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun