Mohon tunggu...
Genoveva Tersiandini
Genoveva Tersiandini Mohon Tunggu... Lainnya - penggemar wisata dan kuliner

Pensiunan pengajar di sebuah sekolah internasional.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sa Pa ... Aku Kembali

26 Maret 2024   17:58 Diperbarui: 26 Maret 2024   18:16 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemandangan dari Cable Car (foto: dokpri)
Pemandangan dari Cable Car (foto: dokpri)

Kabut (foto: dokpri)
Kabut (foto: dokpri)

Akhirnya kami tiba di Fansipan Station. Ketika keluar dari stasiun udara dingin mulai terasa... brrrrr. Jacket pun saya keluarkan dari tas dan saya kenakan. Kabut semakin tebal, kami hampir tidak bisa melihat dalam jarak satu meter. Kami pun mulai menaiki tangga dan di cuaca yang berkabut dan ketinggian seperti itu lumayan berat dan oksigen pun tentunya agak menipis. Kami pun tiba di sebuah 'temple'. Walaupun berkabut kami tidak lupa foto-foto. Pengunjung memiliki dua pilihan untuk mencapai puncak Fansipan yang tingginya sekitar 3143 meter, yaitu menapaki 600 anak tangga atau naik fanicular train. Mengingat tiket yang sudah kami beli mencakup fanicular train (tapi hanya satu jalan saja), maka kami pun menuju puncak dengan menggunakan kereta tersebut. Wah ... sensasi menaiki kereta tersebut memang lain karena kereta harus mendaki dan cukup tinggi pula. Tapi sayangnya pemandangan kami tertutup kabut jadi hanya rel kereta dan kabut tebal yang dapat kami lihat. Perjalanan tersebut terasa sangat cepat. Setelah turun dari kereta kami mulai menaiki beberapa anak tangga untuk mencapai puncak Fansipan. Ada beberapa monumen  yang terdapat di puncak gunung. Tempat itu penuh dengan pengunjung yang sibuk foto-foto. Saya pun menyelinap ke tempat yang lebih tinggi dan menemukan sebuah tempat yang tidak banyak didatangi pengunjung. Di situ saya bebas mengambil foto tanpa halangan. Saya pun memanggil teman-teman saya untuk ke tempat itu dan kami pun mulai sibuk berfoto-foto.

Puncak Fansipan (foto: dokrpi)
Puncak Fansipan (foto: dokrpi)

Foto bersama Monk (foto: dokpri)
Foto bersama Monk (foto: dokpri)

Setelah puas kami pun melanjutkan perjalanan. Kami ingin melihat patung Buddha yang besar. Kami mengikuti 'sign post' yang ada dan 'alamak' kami harus menuruni beratus anak tangga. Dengkul ini mulai terasa tidak nyaman. Untungnya udara di atas gunung dingin jadi tidak gerah dan tidak berkeringat walaupun harus berjalan jauh. Perlahan-lahan dan dengan hati-hati kami tapaki anak tangga yang basah dan licin satu per satu. Kabut tebal masih menyelimuti kami. Akhirnya sampai juga di patung Buddha. Patung itu tak nampak karena tertutup kabut. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju stasiun cable car untuk kembali ke kota Sa Pa. Ketika turun, penumpang cable car tidak sebanyak ketika kami naik. Saat tiba di stasiun cable car kami sempat bingung mencari stasiun kereta yang akan membawa kami turun ke Sun Plaza. Rupanya kami harus keluar dulu dari gedung dan melewati taman yang ditata sedemikian rupa untuk menarik wisatawan dan sangat instagramable. Di situ ada beberapa kuda yang dapat disewa para pengunjung. Bunga-bunga yang ditanam di area tersebut juga berwarna warni. 

Tangga yang harus kami turuni (foto: dokpri)
Tangga yang harus kami turuni (foto: dokpri)

Kabut di pelataran menuju patung Buddha (foto: dokpri)
Kabut di pelataran menuju patung Buddha (foto: dokpri)

Patung Buddha yang tertutup kabut (foto: dokpri)
Patung Buddha yang tertutup kabut (foto: dokpri)

Setelah melewati taman tersebut akhirnya kami menemukan stasiun kereta yang akan membawa kami turun. Kami harus menunggu beberapa saat karena kereta dari bawah belum ada. Ketika kereta tiba dan penumpang dari bawah sudah turun semua, kami pun naik ke kereta yang tidak sepadat saat kami naik. Tiba di Sun Plaza rupanya jalan keluar diarahkan melewati toko cenderamata. Ini merupakan teknik pemasaran mereka agar pengunjung mampir dan membeli oleh-oleh di tempat itu. Di sana ada makanan kecil, kopi, kaos, kerajinan tradisional Sa Pa dan banyak lagi. Harus diakui mereka memang hebat dalam mengemas produk bagi wisatawan. 

Bunga-buna di depan stasiun kereta (foto: dokpri)
Bunga-buna di depan stasiun kereta (foto: dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun