Mohon tunggu...
Adhi Glory
Adhi Glory Mohon Tunggu... -

Saya seorang maniak "One Piece", penyuka "Purple Cow", saat ini berdomisili di Palembang. Silakan hubungi saya di glory2go@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah 47 Ronin: Belajar Kepemimpinan dari Samurai

5 Januari 2011   09:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:56 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

by John Allyn, Theresa Dewi (Translator) Sebuah kisah yang luar biasa. Tentang kesetiaan dan juga perjuangan. Setelah sekian lama mendekam di dalam laptop saya akhirnya selesai juga bacanya... fiuuhh~! Lord Asano, seorang daimyo yang menentang korupsi dan juga kesewenangan kekuasaan, dihukum mati karena melukai dan menghunuskan pedang pada Lord Kira yang licik dan juga korup di istana shogun. Peraturan yang berlaku di istana shogun adalah dilarang mempergunakan senjata, dan Lord Kira sengaja memancing amarah Lord Asano untuk mencabut pedangnya. Hal ini membuat Oishi, anak buahnya, seorang samurai kepercayaan Lord Asano, mengumpulkan teman-temannya sesama ronin (samurai tak bertuan) untuk membalas dendam atas kematian majikan mereka. Upaya mereka tidaklah mudah dan penuh dengan pahit getir perpecahan dan selisih pendapat di antara kelompok mereka, serta banyaknya anggota yang kemudian mengundurkan diri. Selain itu, mereka juga harus berusaha keras untuk mengecoh mata-mata yang diutus oleh Lord Kira yang ketakutan dan mengkhawatirkan aksi balas dendam mereka. Yang luar biasa dari novel ini, menurut saya, adalah pembaca diajak untuk mengenal nilai-nilai budaya luhur Jepang, serta nilai-nilai moral yang dianut oleh samurai. Menjadi samurai adalah jalan hidup yang penuh pengabdian, ketekunan, keteguhan hati, serta kesetiaan yang berarti bahwa seorang samurai tak berhak hidup di bawah langit yang sama dengan musuh majikannya. Saya salut akan strategi Oishi untuk mengecoh mata-mata lawan, serta keteguhan dirinya untuk membuang segalanya, bahkan sampai menceraikan anak dan istrinya, demi mencapai tujuannya. Tambahan lagi, yang saya sukai adalah cara pengarangnya, John Allyn, yang menggambarkan dengan tepat bagaimana cara orang Jepang zaman dulu yang hendak mengingatkan orang lain dengan cara menyindir secara halus tanpa bermaksud membuat malu orang tersebut. Mereka sangat menjunjung tinggi kehormatan diri dan orang lain. Dalam novel ini juga jelas mengajarkan tentang kepemimpinan Oishi menghadapi polemik dan kecamuk batin anak-anak buahnya. Ia mencontoh dari majikannya, Lord Asano. Betapa pemimpin yang berdedikasi serta tegas akan terus dikenang, diikuti dan dihormati, bahkan setelah ia mati... Bersulang untuk Lord Asano! (mendambakan kapan ya Indonesia sekarang bisa memiliki figur pemimpin seperti itu... :p) >>more review, more recommended books on: http://sihirkata.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun