Mohon tunggu...
Gita Kusuma Pratiwi
Gita Kusuma Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Mahasiswa PGSD Universitas Negeri Semarang yang tertarik pada dunia pendidikan dasar dan kreativitas pembelajaran.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bhakti Akademisi: Kreativitas Mahasiswa PGSD UNNES mengedukasi dengan Buku Cerita Bergambar berjudul "Uang Rp5.000 yang Hilang" di SDN 2 Kertomulyo

12 Oktober 2025   19:12 Diperbarui: 12 Oktober 2025   19:12 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerahan Sertifikat oleh Kepala Sekolah SD Negeri 2 Kertomulyo (Sumber: Dok. Pribadi Penulis)

Gita memulai kegiatan dengan memperkenalkan sampul buku yang bergambar anak yang sedang memegangi uang Rp5.000 dengan raut muka sedih, lalu bertanya kepada siswa, "Kalau kalian menemukan uang di sembarang tempat, apa yang akan kalian lakukan?" Pertanyaan sederhana itu langsung memancing banyak jawaban. Ada yang menjawab ingin mengembalikan, ada juga yang menjawab akan menyimpannya.

Dari situ, Gita menunjuk salah satu murid untuk mulai membacakan cerita halaman demi halaman sambil menunjukkan ilustrasinya. Setiap kali sampai pada bagian penting, ia menghentikan sejenak untuk berdiskusi dengan siswa. Misalnya, ketika tokoh Andi mulai merasa bersalah, Gita bertanya, "Kenapa ya Andi jadi sedih?" Anak-anak dengan polos menjawab, "Karena dia tahu dia salah." Suasana menjadi penuh refleksi ringan namun bermakna.

Pesan Moral yang Melekat

Salah satu bagian cerita yang paling berkesan bagi para siswa adalah ketika Andi akhirnya mengembalikan uang Rp5.000 kepada Wati dan meminta maaf. Banyak siswa yang tampak tersentuh dan berkomentar spontan. "Kalau aku jadi Andi, aku juga bakal minta maaf," kata Rani, salah satu siswa kelas IV.

Menurut Gita, momen-momen semacam ini sangat penting dalam pembelajaran karakter. Anak-anak tidak hanya mendengar nasihat, tetapi juga merasakan nilai moral melalui empati terhadap tokoh cerita.

"Anak SD lebih mudah memahami perasaan tokoh daripada mendengarkan ceramah panjang. Dengan buku cerita bergambar, mereka belajar tanpa sadar sedang belajar," tutur Gita sambil tersenyum.

Setelah sesi membaca selesai, Gita mengajak siswa membuat refleksi kecil dengan menulis di secarik kertas: "Apa arti jujur menurutku." Hasilnya beragam dan menyentuh. Ada yang menulis, "Jujur itu berani bilang kalau salah," ada juga yang menulis, "Jujur bikin hati tenang."

Apresiasi dari Guru dan Kepala Sekolah

Kegiatan ini mendapat apresiasi tinggi dari pihak sekolah. Bapak Sugita, S.Pd., mengungkapkan rasa kagumnya terhadap metode pembelajaran yang digunakan Gita. Menurutnya, buku cerita bergambar adalah media yang tepat untuk mengenalkan nilai moral tanpa membuat siswa bosan.

"Anak-anak sekarang sangat suka cerita bergambar. Lewat media seperti ini, pesan kejujuran bisa sampai ke hati mereka tanpa terasa menggurui. Kami sangat berterima kasih atas kegiatan ini," ujarnya.

Sementara itu, Ibu Mukaromah, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 2 Kertomulyo, menilai karya Gita tidak hanya bermanfaat bagi siswa, tetapi juga bagi guru sebagai referensi pembelajaran karakter di kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun