Namun bukan berarti kita tak punya peluang. Sudah mulai banyak inisiatif lokal yang mencoba memperkuat posisi Bahasa Indonesia di bidang teknologi: dari pengembangan sistem pengenal suara lokal, penerjemah otomatis yang makin akurat, sampai upaya membangun corpus digital Bahasa Indonesia. Langkah-langkah seperti ini penting, agar kita tidak hanya menjadi "pengguna", tapi juga ikut berkontribusi dalam membentuk masa depan teknologi.
Bertahan dengan Berubah
Bahasa Indonesia tak akan hilang hanya karena dipenuhi istilah baru atau bercampur dengan bahasa asing. Ia hanya akan hilang jika penuturnya berhenti peduli. Jadi mungkin pertanyaannya bukan lagi apakah Bahasa Indonesia bisa bertahan, tapi bagaimana kita bisa membuatnya tetap relevan.
Kita bisa mulai dari hal-hal kecil: menulis dengan bahasa Indonesia yang baik di media sosial, menciptakan konten lokal yang menarik, atau sekadar membiasakan diri memakai istilah Indonesia yang sudah ada alih-alih menerjemah mentah dari bahasa lain.
Perubahan tidak selalu berarti kehilangan; kadang, perubahan justru cara terbaik untuk bertahan.
Penutup: Bahasa yang Kita Hidupi
Bahasa Indonesia saat ini memang berada di persimpangan. Di satu sisi, ia terus berkembang mengikuti arus zaman. Di sisi lain, ia menghadapi tantangan untuk tetap kokoh di tengah derasnya pengaruh global. Tapi mungkin kita tidak perlu terlalu takut dengan perubahan itu. Selama kita tetap menggunakannya dengan cinta, kesadaran, dan kebanggaan, bahasa ini akan terus hidup --- bukan hanya di buku dan ruang kelas, tapi juga di setiap layar yang kita sentuh setiap hari.
Karena pada akhirnya, bahasa bukan sekadar alat bicara. Ia adalah cermin dari siapa kita. Dan sejauh apa pun kita melangkah di dunia digital, Bahasa Indonesia akan selalu menjadi rumah tempat kita pulang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI