Dalam film ini, representasi didapat dari beberapa tindakan, sikap atau perilaku para tokoh Eropa, terhadap Minke sebagai seorang Pribumi. Kebayakan tindakan diskriminasi sosial yang tergambar dalam film ini dilakukan secara verbal. Beberapa tindakan diskriminatif yang dilakukan masyarakat Eropa terhadap kaum Pribumi adalah seperti, latar belakang pendidikannya, kebudayaan mereka yang berbeda, hingga pola pikir dari kaum pribumi yang masih belum berkembang.
Tindakan diskriminatif ini memunculkan temuan yang menarik, seakan-akan memberi garis pemisah antara golongan masyarakat Hindia Belanda pada zaman itu. Temuan tersebut mengenai konvensi kultural yang mengelompokkan masyarakat Hindia belanda sesuai dengan asal mereka. Istilah tersebut berupa Eropa Totok ( orang yang berdarah Eropa murni), Indo (orang berdarah campuran Eropa-pribumi), dan Pribumi (penduduk asli Hindia Belanda atau Indonesia) tiga istilah inilah yang mempertegas batasan dalam masyarakat di zaman itu.
Tokoh Minke yang berasal dari kalangan pribumi, juga harus diperhadapkan dengan permasalahan mengenai pengelompokkan istilah tersebut dalam hidupnya. Ia termasuk kaum pribumi yang mengagumi dan mengakui keunggulan Bangsa Eropa yang saat itu, menjadi kiblat ilmu pengetahuan serta kemajuan dari peradaban. Ia juga meniru segala tingkah laku orang Eropa, belajar di sekolah Eropa, bahkan bergaul dengan orang-orang Eropa. Sayangnya, apapun yang ia lakukan tetap tidak bisa merubah kedudukannya sebagai golongan Eropa Totok. Bagaimanapun caranya, kaum pribumi tetap akan dianggap sebagai golongan rendah yang kemudian disebut sebagai 'monyet'.
DAFTAR PUSTAKA
Hall. S. (2003). Representation, Cultural Representation and Signifiying Practice. London: SAGE Publication Ltd.
Hasfi.N. (2019). Review Film: Kritis menonton film Bumi Manusia. Diakses dari Kumparan