Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

'Ritual' Mahasiswa Sebelum Masuk Kelas

2 Desember 2015   21:20 Diperbarui: 4 Desember 2015   07:25 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Mahasiswa - ilustrasi: students.telkomuniversity.ac.id"][/caption]Mahasiswa bukan lagi seorang anak SMP/SMA yang seharusnya dituntun untuk melakukan sesuatu. Ia adalah autonomous learner yang berkembang atas dasar pencarian ilmu atau kebenaran secara mandiri. Dosen adalah orang yang menuntunnya. Tidak ada jalan yang salah. Hanya saja dosen akan mengarahkan ke jalan yang benar. Walau kadang berliku dan pelik serupa sulitnya konsultasi skripsi. Adakalanya, mahasiswa masih memiliki sifat ke-SMP-an atau ke-SMA-an yang melekat. Atau maaf, malah sifat ke-SD-an.

Saya yakin mahasiswa umumnya berusia 17 tahun ke atas. Hal ini menjadikannya matang secara biologis untuk disebut dewasa. Namun secara psikis, ada hal yang menjadikan mereka serupa anak SMA. Dosen tidak ingin muluk-muluk atau berharap mahasiswa ideal yang setiap hari ia hadapi. Namun ada kalanya, sering, mahasiswa yang saya tahu malah kedewasaan ini pupus.

Bukan mencoba menyalahkan kenapa si mahasiswa tidak menjadi dewasa. Hanya pola fikir, pola asuh dan karakter yang mungkin belum terbentuk. Toh, lambat laun mindset orang dewasa akan terbentuk nantinya. Namun, akan sangat terlambat jika hal itu terjadi di saat mereka lebih tua dari usianya saat ini.

Dan beberapa ritual ini yang kadan menjadi cermin mahasiswa masih bertingkah tidak dewasa. Ada polah yang membuat geram. Ada pula yang menurut saya lucu. Walau sudah coba saya ingatkan mereka di satu waktu. Di lain waktu ritual ini masih saja mereka ulang. Berikut beberapa ritual mahasiswa sebelum masuk kelas.

1. Dosennya sudah masuk, mahasiswa masih nongkrong di depan kelas. Ya, ritual ini seringkali membuat saya geram. Bagaimana tidak meresa demikian, saya sudah masuk mahasiswa malah belum masuk. Mereka masih ngbrol dan cekikikan di depan kelas. Baru setelah saya clingak-clinguk mempersilahkan masuk, mereka baru masuk. Entah kenapa mereka minta saya mempersilahkan. Apa susahnya untuk segera masuk setelah saya masuk. 

2. Mengerjakan tugas tepat sebelum masuk kelas. Ini pula yang membuat saya tak habis fikir. Mahasiswa mengerjakan tugas tepat sebelum mereka masuk ke kelas. Bukan lagi sistem SKS (Sistem Kebut Semalam) yang mereka lakukan. Tapi sudah sistem CBSA (Copas Bro, Sampai Abis). Maka ketika saya tanya kenapa tugas mereka mirip. Mereka hanya cengar-cengir dan berkata baru mengerjakan tugas barusan. Dan ternyata, hal ini terkait ritual nomor 1 diatas.

3. Menghabiskan jajanannya. Maklum memang mahasiswa yang kos mungkin tidak bisa sarapan. Sehingga banyak yang memilih membeli jajan atau snack ringan. Dan ini menjadi alasan mereka untuk tidak segera masuk kelas. Karena harus menghabiskan jajanannya. Biasanya saya persilahkan. Yang membuat terenyuh, kadang sampah bungkus jajanan, mereka geletakkan begitu saja. Botol bekas air mineral atau daun pisang bekas arem-arem terserak begitu saja di luar kelas.

4. Foto selfie sebelum masuk kelas. Ini ritual yang lucu menurut saya. Mahasiswa berfoto selfie sebelum masuk kelas. Kadang sendiri, kadang juga beramai-ramai. Mungkin mereka mencoba membandingkan diri mereka before and after masuk kelas lewat foto selfie. Kadang pula, bukan sekadar sebelum masuk kelas ritual ini dilakukan. Di dalam dan saat kuliah, tak jarang mereka juga berfoto selfie. Seolah tiada waktu tersia untuk melihat diri mereka ber-selfie.

Mungkin karena tidak seperti ketatnya saat SMP/SMA, menjadi mahasiswa adalah kebebasan. Kebebasan untuk bertindak apa yang menjadi kehendak. Walau secara esensi kebebasan yang melekat pada mahasiswa adalah kebebasan mencari ilmu. Bukan kebebasan berperilaku. Karena tindak tanduk kita tetap dalam batas kewajaran budaya dan norma. Mahasiswa lupa mungkin pada hal ini.

Ritual-ritual tadi sebaiknya tidak harus ada. Karena beberapa ritual diatas mengganggu. Sebagai individu mandiri, ada baiknya hal ini ditiadakan dalam kegiatan kuliah sehari-hari. Mahasiswa adalah seorang individu yang benar-benar faham lingkungan dan masa depan yang mereka tuju.

Salam,

Solo, 02 Desember 2015

09:21 pm

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun