Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pengalaman Saya Melahirkan (Bagian 1)

24 September 2014   06:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:44 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto: flora-nesia.blogspot.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="475" caption="(foto: flora-nesia.blogspot.com)"][/caption]

Waktu hampir menunjukkan pukul 12:00 malam. Istri saya terus saja mengalami Braxton Hicks. Beberapa kali tegangan? Selama beberapa detik cukup membuat kami tegang. Namun dalam suasana ini, kami tetap menjaga emosi kami. Si kecil di dalam perut coba kami eri sugesti positif. Tekanan yang diberikan si kecil cukup sering dan lama. Walau beberapa waktu sebelumnya, si kecil sering memberikan tekanan ini, namun tidak sesering dan selama ini.

Ketika magrib tiba, beberapa kali Braxton Hicks terjadi. Kami coba periksakan hal ini ke klinik terdekat. Kebetulan, klinik tidak jauh dari rumah kami ini juga melayani persalinan. Dan kebetulan pula, kami mendapat giliran pertama dala antrian dokter spesialis kandungan. Sang dokter spesialis kandungan, mengecek dengan USG. Beliau berkata, si kecil belum masuk kepalanya ke panggul istri. Mungkin dua atau tiga hari lagi baru si kecil masuk ke jalan lahirnya.

Sudah hampir pukul 1:00 dini hari. Braxton Hicks terus terjadi. Kali ini sudah cukup sering dan lama. Istri saya terus mengatur nafas sembari melakukan yoga ringan. Pukul 1:00 lebih sedikit, banyak cairan keluar dari vagina istri saya. Saya pun panic, namun mencoba tetap tenang. Langsung saya pastikan agar kami pergi ke Bidan Kita. Dengan handphone, langsung saya hubungi taksi. Semoga dini hari ini masih ada. Untunglah, kurang dari 10 menit, taksi sudah siap mengantar dan berada di depan rumah. Rupanya, air ketuban istri sudah pecah.

Karena kami sudah berencana melahirkan di Bidan Kita di kota Klaten. Perjalanan Solo-Klaten cukup jauh. Saya sempat kuatir, jika bidan Yessi tidak berada di tempat. Karena beberapa hari sebelumnya, beliau mengabari kalau beliau hendak keluar kota. Padahal, kami ingin sekali didampingi oleh bidan Yessi. Dan istri pun sempat sudah pernah dipesankan. Jika bidan Yessi tidak ada, maka kami akan didampingi rekannya sesama bidan.

Sarung yang saya bawa akhirnya menjadi alas air ketuban yang terus keluar. Sembari istri terus mengatur nafas dan emosi. Supir taksi sudah berusaha secepat mungkin ke Klaten. Saya pun terus mencoba tenang dengan mengobrol ringan dengan sopir taksi. Syukurlah, si supir taksi ini faham sekali betapa istri saya butuh segera ke tempat dituju.

Sarung yang dipakai sebagai alas di tempat duduk di taksi semakin basah dengan air ketuban. Namun untunglah, lokasi Bidan Kita sudah cukup dekat. Sebelum sampai, saya hubungi bidan Yessi lewat HP. Syukur kembali, bidan Yessi belum pergi ke luar kota. Segera ia mempersiapkan diri untuk menyambut kami. Walau dengan kantuk, bidan Yessi dengan senyum dan canda menyambut kita.

Sebuah kolam karet sedang disiapkan. Lengkap dengan bunga-bunga kamboja. . .

Bersambung..

Bagian 2

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun