Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mewaspadai Sapi-Sapi Piyungan

10 September 2015   14:01 Diperbarui: 10 September 2015   14:01 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="(Mad Cow - ilustrasi: wbkr.com)"][/caption]

Sapi sebagai penghasil daging menjadi komoditi idola orang Indonesia. Harganya yang terus naik, membuat harga daging sapi menjadi soroton media mainstream. Terutama menjelang hari-hari besar, seperti Idul Fitri. Khusus pada Idul Adha, ketersediaan sapi potong hidup tentunya menjadi headline media. Mulai dari pedagang musiman pinggir jalan, sampai pedagang yang memakai jasa SPG untuk menjual sapinya, sapi tetap menjadi komoditas menggiurkan. Sampai-sampai para koruptor dan kartel sapi pun bermain kotor pada komoditi ini. Lonjakan harga terus menerus para kartel dan oknum ini buat.

Namun ada baiknya, bagi Anda yang hendak berkurban di Lebaran Haji atau Idul Adha ini patut waspada. Terutama mereka yang berada di sekitaran Jateng-DIY. Karena sapi-sapi yang diternak tidak memenuhi kriteria sapi yang layak konsumsi. Seperti sapi-sapi yang berasal dari Piyungan. Jika kebetulan Anda berada di Jateng-DIY atau Jatim harus mewaspadai sapi-sapi yang kiranya berasal dari Piyungan, Bantul Yogyakarta.

"Kami tidak rekomendasikan sapi-sapi dari kawasan TPA Sampah Piyungan untuk dijadikan sebagai hewan kurban, karena yang menjadi masalah bila sapi itu mengkonsumsi sampah-sampah non-organik," kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul, Partogi Dame Pakpahan di Bantul, Rabu.

Menurut dia, sapi yang berasal dari kelompok ternak wilayah Kecamatan Piyungan cukup melimpah, namun secara pasti ia tidak bisa memastikan apakah semua sapi mengkonsumsi sampah-sampah yang dibuang di TPA sampah Piyungan. (berita: antaranews.com)

Sebagai informasi, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan sendiri menampung sekitar 300 ton sampah perharinya. Dengan luas mencap[ai 10 hektar, 80% lahannya sudah penuh dengan sampah. TPA Piyungan sendiri menampung sampah dari 3 kabupaten di Propinsi DI Yogyakarta. Ketiga kabupaten itu yaitu Yogyakarta, Sleman dan Bantul. TPA Piyungan tepatnya berada di dusun Ngablak desa Siti Mulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul. Selain pemulung yang sehari-hari mengais sampah untuk dijadikan uang disana, warga juga ada yang menggembalakan ternaknya. Sapi-sapi ini biasanya akan makan sampah organik.

Bahaya Sapi Pemakan Sampah dan Cara Mengenalinya

Sapi-sapi pemakan sampah seperti sapi yang berasal dari TPA Piyungan tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi. Karena bersampingan dengan Propinsi DIY, di Jateng sendiri ada beberapa daerah memang memiliki TPA dimana sapi juga digembalakan disana. TPA seperti TPA Jatibarang Semarang dan TPA Putri Cempo Solo juga patut dipertanyakan sapi-sapi yang mungkin berasal dari sana. Jika hendak dijadikan hewan kurban, sebaiknya Anda harus hati-hati.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Universitas Diponegoro Semarang menunjukkan sapi yang memakan sampah di TPA diketahui tercemar logam berat hingga melampaui ambang batas yang ditetapkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, termasuk badan kesehatan dunia.

Jenis logam berat yang terkandung dalam daging sapi yang digembalakan di TPA sampah Jatibarang tersebut adalah Mercury (Hg), Cadmium (Cd) dan Cobalt (Co).

Residu logam berat terdapat pada semua daging maupun bagian-bagiannya seperti daging bagian paha, daging bagian punggung, hati, usus, dan darah.

Pencemaran produk-produk peternakan oleh logam berat dapat menimbulkan bahaya kesehatan pada manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun