Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendaftar Anak untuk Kuliah, Hal-Hal yang Musti Difahami

8 Agustus 2014   18:49 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:03 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="" align="aligncenter" width="383" caption="(ilustrasi: cdn.peterson.com)"][/caption] Baru saja mendengarkan curhat teman dosen yang kenalannya mendaftarkan putranya ke kampus kami. Putra kenalan teman tadi, sudah mencoba tes masuk 5 kali berturut-turut dan belum lulus juga. Si putra ini berharap masuk ke Jurusan Teknik Informatika yang dimana passing gradenya lumayan tinggi. Sepertinya menyerah, kenalan teman saya tadi minta saran ke teman. Si putra ini seolah menyerah dan menyerahkan semuanya ke si orangtua. Orangtuanya bingung, lalu curhat ke teman saya. Dan seperti sudah ditebak teman saya. Orangtua si putra menawari sogokan agar bisa masuk ke jurusan yang diingi putranya. Sayangnya, sistem kampus kami sudah online dan semua diatur di unit Admisi yang independen. Orangtua tetap 'memaksa' dan membuat teman saya ikut-ikutan pusing. Si anak keukeuh tetap ingin kuliah di jurusan yang diingi. Walau dengan kemampuan pas-pasan, teman saya meminta anak terus ikut tes masuk. Tapi si anak ini menolak ikut tes lagi. Orangtua mulai bingung dan membahas hal yang tidak penting agar si anak bisa masuk. Teman saya menyerah, dan menasehati dengan berat hati mencari kampus lain saja. Teman saya juga sempat marah sama si putra kenalannya. Bukan marah mengomeli, tapi kecewa dan mencoba menasehati. Namun seolah membentur tembok besar. Si putra ini nampak manja. Sedang orangtuanya nampak tidak tegaan. Mentok, akhirnya kenalan teman saya mendaftar di Sekolah Tinggi di sekitaran Solo. Saya pun mencoba menelaah maksud ini semua. Ada hal-hal yang sepertinya pelik dalam hal sepele. Mendaftar kuliah buat sang anak. Sebagai informasi, tempat saya mengajar adalah Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Yang notabene biasanya PTS adalah last resort (pilihan akhir) setelah PT Negri tidak tercapai. Walaupun, saya akui pula sebagai PTS di sekitaran Solo dan Jateng kampus kami memang besar dan punya nama. Untuk masuk saya kira tidak begitu sulit. Dengan hampir 6000-an mahasiswa baru setiap tahun. Kampus kami memang tetap menjadi PTS pilihan selain PTS lain di Solo dan Jateng. Dan herannya, kenapa putra kenalan teman saya tadi tidak sanggup atau mampu masuk ke sini. Mungki beberapa hal ini bisa difahami buat putra/putri Anda yang hendak masuk kuliah. 1. Cari informasi tentang PTS yang hendak dituju Hampir setiap awal tahun PTS membuka registrasi mahasiswa baru. Biasanya di kampus saya dimulai bulan Februari dan berakhir sekitar Agustus. Dan tentunya media promosi kampus kami banyak dan di banyak media. Terutama di media Jateng dan Jatim. Pernah sekali beriklan di televisi nasional, namun hanya sekadar branding image saja. Dan saya yakin setiap kampus, PTS/PTN memiliki website. Kampus kami sudah menyediakan registrasi online malah. Sehingga semua informasi terkait registrasi, administrasi sampai kalendar akademik saya yakin sudah tersedia. Apalagi menyangkut jurusan yang ingin dituju. Mulai dari silabus sampai staff pengajar saya yakin ada semau di tautan dalam website. Tinggal Anda teliti dan telaten mengamati hal-hal yang tersedia. Walau juga, kadang informasi datang dari alumni PTS/PTN yang ingin dituju. Entah itu anak sendiri, tetangga atau karib kerabat, informasi mereka patut juga didengar. Setidaknya pengalaman langsung kuliah dan melihat fasilitas kampus menjadi rujukan meyakinkan. Biasanya juga, kadang alumni atau mahasiswa yang sedang kuliah diajak untuk bersama mendaftar. Seluk beluk dan tempat tempat penting bisa ditunjukkan di kampus yang hendak dituju. Atau malah memperkenalkan dini pada dosen atau ketua Jurusan stau staf terkait. Dan saya kira mudah mencari kenalan alumni atau yan sedang kuliah di kampus yang ingin dituju. Intinya, jangan malas mencari info dan rujukan. 2. Komunikasikan bersama jurusan yang ingin dituju Baik anak ataupun orangtua, harus mau bersama merembuk jurusan yang ingin dituju. Orangtua harus tahu seluk beluk jurusan yang dituju sang anak. Selain kadang menyesuaikan budget keluarga, orangtua juga harus tahu semua anggaran yang dijabarkan. Orangtua kadang manut dan tunduk saja keinginan anak mencari jurusan. Sehingga semua biaya sebisa mungkin disediakan. Wajar saja menurut saya. Namun tetap, orangtua menelaah dan harus memahami jurusan yang ingin dituju anak. Jangan sampai orangtua sekadar membayar apapun yang diminta anak nantinya. Walau dicatatan biaya-biaya awal, tidak ada hal-hal seperti itu. Anak pun harus mau merembug jurusan yang mau dituju dengan orangtua. Kalau bisa, merembuknya di rumah atau sebelum datang ke kampus. Sehingga tidak ada kebingungan yang tidak perlu di gedung Admisi kampus. Atau terpengaruh banner dan tawaran banyak sekali fakultas atau jurusan kampus yang dituju. Ingat, orangtua dan anak bukan seperti membeli sesuatu di minimarket saat sudah di gedung Admisi. Tentukan dan merembug jurusan kalau bisa sudah ditetapkan jauh sebelumnya. Atau setidaknya setelah ada pengumuman lulus UN. Mulai dari kampus mana dan jurusan apa yang hendak dituju. Cari informasi dan rembugkan dengan orangtua. Komunikasi ini penting. Sehingga kejadian seperti dialami teman saya tidak terjadi. 3. Sejak dini, orangtua mau dan mampu memperhatikan minat anak Hal ini bagi orangtua yang belum mendaftarkan anaknya untuk kuliah. Atau anaknya tahun depan sudah mau masuk ke bangku kuliah. Sudah mulai mau dan mampu mengamati bakat dan minat anak. Mungkin agak telat jika diamati saat ia sudah SMA. Namun tidak ada salahnya. Tanyakan ke pada anak, sembari duduk santai kira-kira jurusan apa mau diambil saat kuliah nanti. Atau ngobrol-ngobrol ringan kakak yang lulusan S1/S2 tentang kampus dan jurusannya dulu. Atau malah pengalaman orangtua sendiri saat di kampus dan jurusannya dulu. Cari cara yang seenak dan sesantai mungkin agar anak kiranya tidak tertekan. Bertanya dengan serius atau kurang tepat waktu dan mood, bisa jadi menutupi keinginan anak sebenarnya. Karena merasa diinterogasi atau ditekan. Bagi orangtua dengan anak yang masih kecil, sekolah dasar atau SMP, luangkan waktu mengamati. Saya kira sesibuk apapun orangtua, akhir pekan bisa dijadikan waktu terbaik. Mengamati minat dan bakat mudah saja. Karena toh ia anak kita sendiri. Dan saya kira waktunya cukup lama sebelum ia kuliah nanti. Jangan ragu mengamati. Karena saya yakin minat dan bakat anak akan cenderung fluktuatif. Karena sedang musim Indonesian Idol misalnya, anak bernyanyi hampir tiap waktu. Setelah Indonesian Idol berlalu, bernyanyi berkurang. Kalau tahu ia berbakat dan berminat bernyanyi, dampingi anak bernyanyi. Atau kalau punya duit lebih. Masukkan ia ke les menyanyi. Saat kuliah nanti, coba salurkan bakatnya ke Sekolah Tinggi Seni misalnya. Dan, perkuliahan sudah sangat terspesifikasi untuk membentuk seorang individu. Sehingga, anak tidak salah jurusan. Kalau bisa pun, jadikan kesenangan atau hobinya menjadi tujuan utamanya kuliah. Kuliah bukan seperti membeli sesuatu di minimarket. Ada hal-hal yang harus difahami. Baik orangtua atau anak harus mau urun rembug sebelum registrasi diri. Jangan sampai pula salah jurusan. Takutnya ketika sudah lulus nanti, ijazah S1 malah tidak terpakai. Apalagi ilmu yang didapat dibangku kuliah. Semoga bermanfaat. Salam, Solo 08 Agustus 2014 11:45 am

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun