Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Horor Singkat Tercekat #46

26 Februari 2016   00:08 Diperbarui: 26 Februari 2016   00:39 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Lynch Loop - ilustrasi: stock-clip.com"][/caption]

Ada hal yang tidak ku sukai dari tanggal 29 Februari. Sejak aku SMP, aku selalu memuntahkan segumpal darah, tepat di malam tanggal 29. Gumpalan darah itu cukup besar. Sebesar tangan orang dewasa. Sebelum gumpalan itu keluar, ibuku selalu bilang aku seperti orang kesurupan. Tepat tengah malam aku sadar, dan gumpalan darah itu keluar begitu saja. Paginya, darah tadi hilang entah kemana. Dan entah kenapa, ada tetanggaku yang meninggal pagi itu pula.

- -0- -

Malam semakin datang di asrama. Galadi resik terpaksa Wulan tinggal untuk malam ini. Ia memilih berbaring di kamarnya. “Kamu ga ikut gladi Ren?” Wulan bertanya ringan. Sambil berbaring menyamping, ia tahu ada orang yang tidur disampingnya. Dan itu pasti Reni. “Hmm..” jawabnya singkat. “Ga enak badan juga?” Tanya Wulan kembali. “Hmm..” jawab Reni kembali. Wulan pun tertidur. “Lan..Lan bangun, kita diminta kumpul di aula.” Suara Reni membangunkan Wulan. “Ya Ren... Dah bangun duluan kamu ya?” tanyanya. “Bangun gimana Lan? Ku baru balik gladi resik kok..." sergah Reni. “Tadi bukannya kamu tiduran disampingku Ren?” agak kaget Wulan bertanya. “Ngga kok, beneran” tegas Reni. Wulan terdiam.

- - 0 - -

“Ibu belum tidur?” tanya Ivan. “Belum Van. Kamu tidur saja. Besok masuk pagi ke sekolah kan?” ibu berbalik tanya. “Belum ngantuk bu. Itu apa bu?” Ivan mendongakkan kepalanya ke langit-langit. Ada tali menggantung. Biasanya tidak ada tali seperti itu di kamar ibu. Kursi ruang tamu pun tiba-tiba ada disini.  “Oooh, itu buat gantungan baju aja Van” sambil menutupi kesedihan, ibu menjawab. Ivan tahu ibunya sedang menangis setelah bertengkar dengan ayah tadi sore. Kejadian yang selalu didengar Ivan dari kamarnya. Menakutkan. Tapi Ivan tahu ibunya sayang dirinya. Ivan selalu datang saat ibunya sedih. “Ya udah bu, Ivan mau tidur ya.” Ivan beranjak, karena tahu ibunya sudah mulai ngantuk sambil berbaring. “Ya Van tidur saja. Maafin ibu ya Van. Ibu sayang Ivan.” Sambil ia peluk Ivan erat. Seolah itu adalah perpisahan. Ivan hanya terdiam. Entah kenapa, Ivan menangis. Sedih sekali. Bukan air mata yang banyak keluar. Hanya hati Ivan yang seolah sedu sedan sekali.

- - 0 - -

Malam dengan gelapnya selalu penuh misteri. Ada kemistisan. Ada kegaiban. Rasa malam adalah ketakutan dan keingintahuan. Setiap mahluk bergerak dengan ritualnya. Ada gesekan dimensi yang berbeda yang terus terjadi. Bahkan saat kamu membaca kisah-kisah ini, gesekan dimensi terjadi. Ketakutanmu dirasa oleh para penghuni alam gaib. Mahluk halus merasakan takutmu. Percayalah. Saat ini pun kamu merasa ada yang mengawasimu di belakangmu.

Cerita lainnya: #45

Salam,

Solo, 26 Februari 2016

12:09 am

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun