Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Escapism dalam Game Online

10 Maret 2023   00:00 Diperbarui: 10 Maret 2023   00:05 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Game online mungkin menjadi istilah yang tidak asing lagi. Dari milyaran gamers secara global, mayoritas adalah Gen Z. Di posisi kedua adalah Millenials. Durasi bermain game online Gen Z juga cukup tinggi, yaitu rata-rata lebih dari 7 jam per hari. Sedang Millenials bermain game online rata-rata lebih dari 6 jam.

Selain mencari kegembiraan, game secara umum juga menjadi medium escapism atau pelarian. Escapism didefinisikan sebagai keinginan untuk lari dari dunia nyata ke dalam game. Untuk melarikan diri, para gamers mengambil peran atau karakter yang dipilih dan memanfaatkan semua aspek sosial permainan.

Sering pelarian mengacu pada keinginan gamer untuk meninggalkan atau menghindari kewajiban di dunia nyata. Kada juga mereka ingin terlibat untuk berinteraksi dan merasakan dunia virtual bersama gamer lain. Aktivitas escapism juga merupakan kebutuhan manusia selain keburuhan untuk berhubunga dengan orang lain.

Pada konteks game online, ada aspek berbeda. Game online memungkinkan gamers mengeksplorasi dan mengembangkan skill yang tidak dapat dilakukan di dunia nyata. Fitur game online juga memungkinkan gamers berkreasi dan belajar berpikir dan berinteraksi dengan lingkungan. 

Game online juga menjadi medium menghabiskan waktu dengan tujuan yang unik. Game online dengan fitur kompetitif memungkinkan gamer berlatih dan bersaing untuk meningkatkan kemampuan diri. Sehingga gamers berpeluang untuk meningkatkan rasa percaya diri atau PD. Gamer juga dapat menggali potensi terpendam di dalam diri.

Game online juga menjadi pelarian bagi banyak orang. Game online jelas memiliki banyak fitur dan eleman yang tidak dimiliki oleh game offline. Game online menawarkan fitur bermain bersama teman dan orang lain. Hal ini memungkinkan adanya komunikasi dan hubungan dengan orang lain. Apalagi tanpa harus menghadapi tekanan sosial yang ada di dunia nyata.

Salah satu alasan dasar game online menjadi pelarian, mungkin untuk melupakan masalahnya di dunia nyata. Game online menyediakan medium aman untuk bersantai dan bersenang-senang tanpa perlu menghadapi konflik yang ada di dunia nyata. Medium macam ini juga membantu mereka yang tidak PD atau tak nyaman berinteraksi dengan orang lain.

Namun begitu, ada beberapa dampak buruk terlalu berlama-lama di bermain game online. Salah satu dampak buruk dari game online adalah meningkatnya kecanduan game online. Saat kecanduang ada potensi merusak kehidupan pribadi. Konon penembakan di Christchurch Selandia Baru meniru sebuah suasana gim online bernuansa kekerasan.

Beberapa game online dengan fitur tertentu dapat menjebak gamer dalam situasi yang merusak diri sendiri. Fitur ini berupa gambaran atau nuansa kekerasan, pembunuhan, membunuh diri, atau melakukan hal anarkis lain. Sehingga jika terjadi kecanduan, dampaknya dapat merusak kesehatan mental dan fisik.

Selain itu, game online juga dapat menguras sisi finansial gamer. Banyak game online menawarkan gamer untuk membeli item dan konten khusus. Dampaknya gamer pun menghabiskan lebih banyak uang daripada yang seharusnya mereka keluarkan. Tak jarang beberapa gamers yang terlalu kecanduan mendapatkan uang secara ilegal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun