Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ibu Sitti dan Fenomena "Digital Mob Lynching"

25 Februari 2020   00:52 Diperbarui: 25 Februari 2020   15:23 2857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hashtag oleh Irfan Ahmad - Ilustrasi: pixabay.com

DMLy seperti tragedi sperma di kolam renang akan menjadi bahan guyon. Baik oleh media, netizen, atau di ruang-ruang rahasia dalam grup chat. Semua tanpa menyadari dan tak mau tahu kondisi psikologis dan mental ibu Sitty.

Andai kata ibu Sitty ini adalah ibu atau kakak kita. Haruskah kita marah dan membelanya? Atau cukup diam menahan malu dan marah pada guyon kebablasan netizen yang dikompori media?

Kita yang mengolok-olok akan tetap merasa aman dan wajar berang dengan pernyataan ibu Sitty. Atau ikut beramai-ramai memposting meme, tagar, atau joke soal sperma renang penyebab kehamilan. Karena dislokasi dan distribusi masif tragedi ini, ibu Sitty mana mungkin memberi klarifikasi atau bantahan kepada netizen satu per satu.

Kita tidak pernah akan peduli perasaan keluarga, anak bahkan rekan yang kenal ibu Sitty. Karena DMLy atas keteledoran ibu Sitty adalah kenormalan linimasa. Kenormalan yang direduksi dan ditebus dosanya dengan melihat trending #RenangBisaHamil.

Menahan diri untuk menertawai dan menyerang pribadi ibu Sitty kita lupakan. Kalau ternyata ibu Sitty adalah manusia yang juga luput dari dosa. Setinggi apapun pendidikannya. 

DMLy ibu Sitty adalah salah satu contoh yang ada. Dan bukan tidak mungkin berulang di masa depan. Akan ada pihak yang merugi sekaligus target yang dirugikan. Namun jumudnya linimasa dan jurnalisme hore-hore memberi ejekan sebagai new normal. 

Salam,

Yogyakarta, 25 Februari 2020

00:49 am

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun