Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Semua yang Salah Soal Integrasi WhatsApp, Instagram, dan Messenger

26 Januari 2019   12:05 Diperbarui: 26 Januari 2019   17:43 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Facebook - Foto: pexels.com

Terakhir, kekhasan (niche) platform seperti IG dan WA tidak bisa dicampur aduk. Platform foto sharing seperti IG agak rancu jika bisa berjalan seiring WA. Apakah nantinya users IG bisa melihat users WA yang sedang online. Atau malah sebaliknya.

Pendiri WA sudah hengkang dari hirarki kepemimpinan Zuckerberg. Jan Koum merasa ia telah menjual privacy pengguna WA kepada FB. Begitupun dengan pendiri IG yang turut mengundurkan diri dari IG tahun lalu. Systorm merasa FB telah melanggar privacy dan data-sharing pengguna IG.

Satu dan lain hal, tentu ada ketidaknyamanan. Saat orang yang tidak punya IG tapi diminta membuat akun IG via WA. Karena bisa jadi algoritma FB melihat si A/B/C belum punya IG. Maka link unduh aplikasi IG pun dikirim. Persis seperti iklan IG pada linimasa FB aau MS.

Platform MS yang ramai dengan market place tentu berbeda 180 dengan WA. Saat WA lebih personal, komunal dan tanpa iklan. Maka MS akan penuh dengan grup sellers, resellers, sampai suppliers. Jangan-jangan nanti users MS bisa dengan mudahnya berjualan/share barang dagangan di WA.

Bisa jadi, tab 'Status' di WA akan penuh dengan iklan teman atau rekan. Kabarnya, pengguna WA Business dapat memasang statusnya walau kita tidak memiliki kontak pemilik bisnis tersebut dan kabar WA yang akan dipenuhi iklan sudah muncul sejak medio tahun lalu.

Kekhasan IG, WA, dan MS akan saling bertumburan dalam infrastruktur merger ini. Walau belum ada sistem yang jelas mengenai cara tiap platform bersinggungan satu sama lain. Namun yang dirasa users saat ini penyatuan ini cukup meresahkan.

Model bisnis FB yang kian menggurita dan tabrak sana-sini sepertinya akan terus bertahan. Walau Uni Eropa sudah mengawasi dengan ketat FB dan di US sendiri Kongres sudah berulang kali menginterogasi Zuckerberg. 

Nampaknya prinsip 'move fast and break stuff' FB tetap dipegang teguh baik oleh Zuckerberg dan Sandberg. Walau polemik di Myanmar, skandal kebocoran data, sampai disrupsi pemilu US dan Filipina sudah terlihat korelasinya dengan FB. Namun polemik ini belum begitu menjadi fokus FB.

Penggabungan ke-4 platform tentunya bukan sekadar isu infrastruktur dan interface yang diragukan. Namun lebih isu etis dan pelanggaran prinsip oleh FB sebagai developer kepada users akibat tekanan pengiklan/pemodal bisa terus terjadi. 

Secara personal dan prinsip, Zuckerberg pun telah melanggar janji. Baik pada Jan Koum sebagai pendiri WA yang memilih mengundurkan diri. Atau pada Kevin Systorm pendiri IG yang merasa ada yang salah dengan bisnis IG saat ini.

Salam,

Solo, 26 Januari 2019

12:04 am

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun