Bersikap ramah menjadi semacam "pintu masuk" yang bisa menghubungkan kita dengan orang lain yang berbeda, untuk selanjutnya menjalin perkenalan dan hubungan bersama yang harmonis. Hal-hal tersebut merupakan satu bentuk sikap yang perlu dihindari, terlebih dalam konteks upaya membangun kehidupan bersama yang harmonis dan damai di tengah perbedaan.
 Apalagi jika sikap fanatik sudah diiringi pemaksaan kehendak pada orang lain untuk mengikuti pendapat yang dianutnya, atau bahkan sampai terjerumus dalam jurang pengafiran, penuduhan, dan penyerangan terhadap orang lain yang mengikuti pendapat berbeda.
Berdasarkan kasus yang dialami oleh bapak Suyono seorang warga Hindu di Desa Sukahurip, Kabupaten Bekasi, Jawa barat yang mengalami diskriminasi akibat tidak dapat beribadah dengan bebas dan harus terkendala jarak perjalanan hingga 2 jam untuk menuju ke pura karena adanya penolakan oleh sekelompok warga tentang pembangunan Pura di desanya menjadikan intoleransi di Jawa Barat dinilai buruk.Â
Dari kasus tersebut diperlukan adanya solusi diantaranya : memperkuat persaudaraan dengan tidak memiliki sikap egois dan merasa dirinya atau sekelompoknya paling hebat yang dapat menimbulkan permasalahan pemaksaan kehendak yang dinilai terlalu fanatic, memiliki sikap ramah terhadap seseorang yang kita temui sehingga terjalin perkenalan yang harmonis.Â
Bersikap empati terhadap seseorang atau kelompok dan rasa kebersamaan sebagai sesama manusia yang kemudian menggerakkan orang untuk turut membantu orang lain yang sedang membutuhkan, tanpa memandang perbedaan yang ada.