Mohon tunggu...
Gina M C Tyas
Gina M C Tyas Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis konten filantropi

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Lagi-lagi Soal Pemikiran

18 Februari 2014   19:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:42 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelacur intelektual?

Saya terbahak mengetahui kalimat yang begitu saja keluar dari pemikiran seseorang itu. Entah kenapa, kedengarannya sangat mengelitik. Saya tertawa, mungkin menertawakan diri sendiri.

Kalimat tersebut membuat saya berpikir berkali-kali mengenai proses akademik yang sedang saya tempuh.

Beberapa hari lalu, saya dan teman-teman mahasiswa lainnya baru saja mendapat pengumuman nilai Indeks Prestasi Kumulatif. Ada beberapa teman yang mendapatkan IPK bagus, ada juga yang rata-rata, bahkan ada yang tidak.

Mereka yang mendapat IPK bagus pun ada beberapa tipe, ada mereka yang mendapatkannya karena mereka benar-benar mampu. Tapi ada juga yang mendapatkannya karena mereka “beruntung”.

Menjadi mahasiswa baru seolah menjadi fenomena dalam setiap remaja yang baru lulus SMA. Terkadang masih kekanak-kanakan, bahkan terkesan tidak penting. Ada yang spontan langsung mengganti real name-nya di salah satu akun jejaring sosialnya menjadi nilai IPK-nya yang tergolong bagus itu.

Bahkan ada lagi tingkah polah yang mendapat IPK kurang dari rata-rata, mereka “nyerocos” di media-media sosial, ceramah ke sana ke mari dengan kicauan bahwa IPK bukan untuk dipamerkan. Bahwa IPK tidak ada hubungannya dengan pencarian kerja nanti, karena yang diutamakan sekarang adalah skill.

Siapa bilang?

Saya lagi-lagi tertawa melihat itu semua.  mungkin saya naif atau bersikap sok dewasa. Tapi, ayolah teman-teman. Itu bukanlah satu-satunya hal yang harus dikomentari. IPK atau skill itu urusan nanti.

Terkadang saya berpikir, sebegini rendah kah kesejahteraan di negeri ini? sehingga orang-orang yang menempuh pendidikan tinggi di perguruan tinggi berpikir untuk mencari kerja? Mendapatkan pekerjaan yang layak dan gaji yang cukup?

Tidahkah peran kita semakin berat dengan lebih banyak pengetahuan yang kita peroleh, tidakkah peran kita semakin berat karena harus membagi ilmu dengan generasi berikutnya? Membuat mereka jauh lebih baik daripada kita?

Euforia menjadi mahasiswa baru masih terasa di akhir semester baru ini. perubahan dari remaja menuju dewasa telah dijalani, tapi terkadang tidak berkembang sejalan dengan cara berpikir masing-masing individu yang menjalani proses tersebut.

Sebenarnya saya prihatin, tehadap generasi saya. Memang, banyak sudah yang bergerak ke arah positif, tapi jauh lebih banyak yang masih leyeh-leyeh menikmati masa mudanya. Bukankah seharusnya kita harus siap? Masih jauhkah mengejar mimpi menjadi bangsa yang maju kalau sebagian generasi mudanya seperti ini?

Sebenarnya di satu bumi yang bulat terbagi beberapa dunia, terkadang antardunia tidak saling berhubungan. Oleh karena itu tidak mudah mengajak satu orang dari dunianya ke dunia yang lain. Karena setiap orang menciptakan dunia dalam benak mereka masing-masing dan dunia itu adalah pemikiran. Pemikiran ini yang akan menciptakan tindakan. Mengembangkan pemikiran generasi muda yang akan berbuah menjadi tindakan positif sepertinya masih menjadi pekerjaan rumah di negeri ini. perubahan  dan pemikiran yang berkualitas sejatinya kembali kepada pribadi setiap individu, salah satu hal yang paling mempengaruhi pemikiran adalah bagaimana setiap individu berusaha menyerap pengetahuan yang akan berpengaruh kepada perkembangan pemikiran mereka.

Jadi, masih minimkah pengetahuan yang kita miliki?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun