Mohon tunggu...
Gilbeth Pramana Saputra
Gilbeth Pramana Saputra Mohon Tunggu... Pengamat & Penulis

Seorang penggiat membaca buku-buku. Rutinitas yang Ia kerjakan tak lepas menelisik menemukan makna di balik keindahan misteri semesta.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Saat Teduh dan Gairah

29 Juli 2025   07:41 Diperbarui: 29 Juli 2025   07:41 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jujur saja bahwa kini pun masih ada segelintir orang meremehkan pentingnya saat teduh secara rutin --- aku adalah salah satu orang yang meremehkannya. Ya tak heran karena cara pandangku tentang Kristen hanya sebatas intelektual saja. Tapi syukur sekarang sudah bertobat dari cara pandang yang salah itu.

Sebulan yang lalu, ku mendengar renungan dari seorang yang mengasihi Tuhan, topiknya sederhana dengan uraian yang ringan namun menggugah hati, topiknya yaitu saat teduh. Tapi, rupanya dampak saat teduh begitu luar biasa dalam hidup untuk memaknai kehidupannya --- manusia satu-satunya makhluk yang sadar akan visi sebagai landasan hidupnya. Pikiranku dicerahkan sekaligus dibesarkan bahwa saat teduh bukan hanya sekadar pembacaan Alkitab belaka yang bersifat rutin --- lagi-lagi, ini terkait pertumbuhan rohani. 

Bercermin dari Tuhan Yesus yang dicatat di Matius 26:49, ,detik-detik Ia akan ditangkap untuk menuntaskan panggilanNya sebagai Mesias yang menebus kita dari dosa. Kristus menepi dari semua kesibukan untuk mengambil waktu pribadi untuk berdoa dan mengingat lagi tujuan Ia datang ke dunia --- pada titik ini, sebagai manusia, Ia sungguh turut merasakan kelelahan bahkan derita yang bisa saja lari dan menjatuhkanNya dari panggilan. Kristus sungguh "hampir jatuh" karena penderitaanNya. Namun keputusan Kristus menyikapi penderitaaNya untuk menuntaskan seluruh misiNya datang me dunia sudah bulat karena itu bagian dari spesial calling Yesus. Penderitaan tidak menjatuhkanNya dari master plan yang sudah Allah tetapkan dalam hidup Kristus. 

Matius 26:39 (TB) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."

Saat teduh menolong orang percaya tetap berada stay on the track di dalam spesial calling Allah yang sudah ditetapkan pada kita masing-masing sehingga kita sebagai anak sekaligus hambaNya mampu finishing well. Melalui saat teduh, gairah/passion kita mengikuti apa yang Dia kerjakan dan kasih akan Kristus senantiasa disegarkan. 

Kita masih mengenakan tubuh yang rentan jatuh ke dalam dosa --- rentan bias, menyimpang dari tujuan. Menghadapi kerasnya realita kehidupan menyedot banyak energi emosi dan spiritualitas kita --- memiliki banyak energi memampukan dapat bertahan dan melewati segala kerasnya kehidupan. Semakin terkuras energi emosi dan spiritualis, maka semakin rentanlah menjadi lemah yang menjerumuskan ke dalam ragam dosa. Kerohanian kita haruslah terus diisi ulang/recharging agar energi kita tertampung , dengan cara saat teduh. 

Dalam saat teduh ada 2 yang harus ada; perenungan Alkitab pribadi, biarkan Dia berbicara pada kita dan berdoa secara pribadi, kita sendiri yang berbicara dengan Dia.

Terus bersaat teduh agar tetap teguh dalam panggilanNya dan spiritualitas kita semakin kuat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun