Matahari bersinar sempurna di langit, memancarkan cahayanya ke setiap sudut kota di hari Sabtu ini. Hari di mana Asha libur dari pekerjaannya dan memilih menenangkan diri di taman hiburan bersama Radit.
Lima menit sudah keduanya duduk bersama di sini, di wahana bianglala yang mulai berputar ke atas. Semakin menuju atas, maka suasana taman bermain hingga pusat kota akan semakin terlihat.
Mulanya, tidak ada transaksi kata-kata. Keduanya seakan jadi orang asing layaknya enam bulan lalu saat pertama kali kenal.
"Hubungan kita akan gini-gini aja, Sha," kata Radit memulai percakapan, disusul oleh tatapan Asha yang tadi terfokus ke pemandangan di bawah, kini beradu dengan mata laki-laki itu dengan serius.
"Seperti bianglala ini. Iya, kan? Seakan bergerak padahal kita nggak pernah ke mana-mana."
"Kamu paham maksud aku, kan?" Radit bertanya balik.
"Aku nggak mau kita selesai, Dit," jawab Asha tanpa ragu.
Sempat ada jeda di tengah pergerakan bianglala mereka sebelum benar-benar sampai puncak.Â
Mengakhiri cerita di antara keduanya meski masih terbilang singkat memang bukanlah hal mudah. Tak ada konflik apa-apa, tak ada pertengkaran berarti, tapi tiba-tiba saja harus sampai ke titik akhir.Â
"Kamu lebih milih dia?" tanya Asha kemudian, yang langsung melempar pandang ke bawah melihat ratusan orang sedang memadati tempat hiburan ini.