"Cinderella datang dengan gaun biru dan sepatu kaca yang membuat semua orang terpana. Pangeran di istana pun seketika jatuh cinta saat keduanya berdansa. Kemudian, waktu menunjukkan jam 12 malam. Cinderella terpaksa pergi meninggalkan sebelah sepatunya di istana. Sejak itu, Pangeran mencari keberadaan Cinderella dengan hanya berbekal sebelah sepatu itu."Â
Siapa yang tak mengetahui cerita Cinderella di atas? Dongeng berlatar zaman dahulu ini begitu dikenal baik dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Karena kepopulerannya ini, beberapa versi Cinderella dibuat filmnya yang punya jalan cerita berbeda meski punya tema utama yang sama.
Kali ini, satu film kolaborasi dari negara Norwegia, Polandia, Swedia, dan Denmark memproduksi satu cerita yang mengambil kisah Cinderella. Bukan soal Cinderella yang cantik dan menderita, namun kali ini akan difokuskan pada saudara tirinya yang merasa tak cukup dengan kecantikannya.
Berjudul, The Ugly Stepsister, film ini rilis di bioskop Indonesia pada tanggal 28 Mei 2025 lalu. Jangan harap mendapat kisah romantis seperti versi asli Cinderella karena tema utama di sini ialah mengenai body horror, yang tentunya akan banyak darah dan hal-hal tak nyaman bagi beberapa penonton.
Film ini disebutkan sebagai The Substance versi klasik karena punya tema yang hampir sama. Karena saya sudah menontonnya, maka seperti biasa akan saya bahas di sini. Kira-kira apakah akan sengeri dan sesukses The Substance? Yuk check this out!
SINOPSIS
Tokoh utama difokuskan ke Elvira, seorang gadis yang hidup bersama adik dan ibunya. Karena ibunya menikah lagi dengan seorang pria tua, maka ia memiliki seorang saudara tiri yang cantik. Namanya Agnes, yang digambarkan sebagai Cinderella di sini.
Ketika Ayah Agnes meninggal karena sakit, Elvira dan ibunya harus menerima kenyataan bahwa tak ada harta yang ditinggalkan di sana layaknya dongeng Cinderella yang berasal dari keluarga berada. Hal ini membuat Elvira berambisi untuk bisa menikah dengan Pangeran Julian yang akan mengadakan pesta dansa di istananya.
Awalnya ibunya meragukan Elvira karena fisiknya yang tak sesuai standar kecantikan orang-orang. Namun karena ambisi mereka sama untuk bisa menjadi keluarga Pangeran istana yang kaya raya dan mendapatkan banyak uang, ibunya mulai melakukan banyak cara supaya Elvira bisa lebih menawan dari fisiknya.
Mulai dari perubahan bentuk hidung, penambahan bulu mata, hingga diet ketat agar badannya tetap langsing dan menarik.Â
Dari sinilah ambisi Elvira semakin menjadi. Meski pada awalnya ada rasa insecure, tapi lama kelamaan ambisi itu terus tumbuh hingga menghilangkan akal sehatnya.
STANDAR KECANTIKAN YANG MENGERIKAN
Meski latar cerita film ini adalah zaman dulu di mana bukan dalam situasi yang modern, namun apa yang dikisahkan soal standar kecantikan di sini masih sangat erat dengan kehidupan di masa kini. Yang cantik akan jadi terdepan dan mudah mendapatkan sesuatu. Namun sebaliknya, yang ada di bawah standar kecantikan justru terpaksa mengalah tersingkir realita.
Hal ini pun tentu dialami oleh Elvira. Ketika mengikuti sebuah kelas khusus yang nantinya akan berlomba bisa tampil langsung di istana Pangeran Julian, ia diremehkan karena punya fisik yang jauh dari standar kecantikan di sana. Agnes lah, sang Cinderella, yang jadi sorotan dan peran utama untuk menampilkan dansanya di istana nanti.
Untuk membuat fisiknya semakin menarik, terutama untuk Pangeran Julian, Elvira melakukan banyak perombakan dalam tubuhnya. Mulai dari operasi hidung yang belum modern, sehingga ia harus merasakan sakit yang teramat sangat. Penambahan bulu mata pun terlihat sangat menyakitkan karena dijahit secara manual yang memerlukan waktu untuk pulih.
Yang lebih gila lagi adalah ketika Elvira diberi sebuah 'telur cacing pita' yang harus dimakan. Hal ini dilakukan untuk membuatnya tetap langsing. Cacing-cacing di perutnya akan memakan apa yang ia makan, sehingga Elvira tak perlu khawatir soal berat badan. Namun tetap saja hal ini punya efek jangka panjang yang tak kalah mengerikan.
KISAH KELAM CINDERELLA DALAM KEMASAN BODY HORROR
Elvira memang menjadi tokoh utama yang lebih tersorot dibanding Agnes si Cinderella. Namun apa yang dituangkan di sini masih tetap membahas soal cerita-cerita yang begitu khas dari Cinderella di dongeng originalnya.
Seperti Agnes yang perlahan-lahan mulai dijadikan pembantu oleh Elvira, adik, dan ibunya. Lalu Agnes yang dipanggil dengan sebutan Cinderella, hingga keajaiban saat Ibu Agnes yang telah meninggal muncul untuk memberinya gaun cantik yang bisa dipakai untuk berdansa di istana.
Tapi karena tema utamanya adalah body horror seperti film The Substance, maka The Ugly Stepsister ini memberikan pengalaman berbeda untuk sebuah cerita horor. Bukan soal hantu ataupun berdarah biasa saja, tapi lebih dari itu. Setiap bagian yang ada di tubuh manusia akan diekspos, kemudian diberikan 'sentuhan' tak mengenakan yang membuat penonton tak nyaman.
Salah satu contohnya adalah ketika Elvira melakukan operasi hidung. Karena ia bukan hidup di zaman modern, maka prosesnya dilakukan dengan sangat menyakitkan. Batang hidungnya harus dipatahkan terlebih dulu untuk benar-benar membentuk hidung yang baru. Benar-benar ngeri deh.
Itu merupakan satu dari beberapa contoh lain yang masih banyak diceritakan di film. Jika Kompasianer memang suka dengan genre seperti ini tentu saja sangat cocok ditonton. Namun jika sebaliknya, sebaiknya dipikirkan lebih matang karena film ini punya rating 21+ yang banyak memuat adegan tidak nyaman.
ALUR LAMBAT, KLIMAKS NGERI
Banyak yang bilang bahwa film ini mirip-mirip dengan film The Substance. Kalau dari tema utama mungkin iya karena mengedepankan body horror. Tapi sebenarnya menurut saya keduanya juga punya hal-hal yang berbeda.
Yang saya rasakan The Ugly Stepsister punya alur yang lebih lambat dan membentuk cerita benar-benar pelan. Hal ini sejujurnya membuat saya pribadi jadi lebih bosan karena jadi terkesan flat.
Namun klimaks hingga ending film ini setidaknya bisa membalas rasa bosan saya sebelumnya. Apa yang disajikan tetap ngeri bahkan sangat ngeri melihat bagaimana Elvira harus berjuang tetap jadi cantik padahal kondisi fisiknya semakin mengkhawatirkan. Adegan banyak darah pun akan menemani penonton menjelang akhir kisahnya.
Meski memang punya cerita yang ngeri, setidaknya The Ugly Stepsister punya pesan penting untuk diambil oleh penontonnya, yaitu bagaimana kita harus bisa bersyukur dengan fisik yang dimiliki. Dunia luar memang sangat keras soal standar kecantikan. Dan hanya diri inilah yang setidaknya harus bisa berdamai dengan keadaan.
Itu tadilah sedikit ulasan dari film The Ugly Stepsister yang bisa Kompasianer tonton langsung di beberapa bioskop untuk mengetahui langsung bagaimana kisah akhir dari Elvira dan Agnes si Cinderella.
Film ini setidaknya meraih skor 7/10Â dari IMDb sampai dengan tulisan ini dibuat. Sementara itu di Rotten Tomatoes, film ini berhasil meraih skor hingga 95%Â dari Tomatometer. Sementara itu saya sendiri cukup memberikan skor sebesar 7.0/10Â sesuai dengan apa yang saya ulas di atas.
Jadi, bagaimana. Tertarik untuk nonton?
Akhir kata, terima kasih sudah mampir. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di tulisan selanjutnya!
-M. Gilang Riyadi, 2025-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI