Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Author

Book, movie/series, and fiction enthusiast contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dilema Mudik Hijau dengan Transportasi Publik yang Belum Memadai

21 Maret 2025   22:35 Diperbarui: 21 Maret 2025   23:44 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mudik by Tribarta News Polri

Tidak terasa kita sudah berada di 2/3 bulan Ramadan. Selama 20 hari ke belakang ini banyak hal yang dilakukan di suasana puasa. Mulai dari sahur, war takjil, bukber bersama kawan lama, tarawih, hingga mencari baju baru untuk persiapan hari raya.

Nah, di 10 hari terakhir ini biasanya akan jauh lebih berkesan karena orang-orang mempersiapkan diri untuk mudik ke kampung halaman. Liputan mudik pun akan menghiasi berita televisi hingga sosial media.

Mudik yang banyak dilakukan orang umumnya menggunakan kendaraan pribadi hingga umum. Kendaraan pribadi dengan motor atau mobil, sementara kendaraan umum meliputi bus, kereta api, hingga pesawat.

Kita tentu paham bahwa lonjakan arus pemudik di momen lebaran akan meningkat drastis yang menyebabkan titik-titik tertentu jadi macet parah. Dan jelas, ini disebabkan oleh kendaraan pribadi.

Meningkatnya jumlah pemudik ini kemudian memberikan efek yang cukup berpengaruh bagi lingkungan, yaitu meningkatnya juga karbon dioksida yang dihasilkan oleh kendaraan.

Jika dilihat dari sisi lingkungan, tentu ini hal yang tidak baik karena jika dibiarkan terus menerus udara yang kita hirup akan semakin kotor dan berpengaruh pada kesehatan pernapasan.

Inilah kenapa pentingnya untuk menerapkan prinsip hijau termasuk ketika kita mudik. Mudik hijau ini dilakukan untuk mengurangi karbon dioksida di udara demi menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

Sekarang dengan melihat arus mudik yang didominasi oleh kendaraan pribadi, bisa terbayang berapa banyak karbon dioksida yang dikeluarkan, bukan? Dengan kondisi ini bisa digambarkan bahwa momen-momen mudik ini memang jadi puncak pengeluaran karbon dioksida dari kendaraan.

Untuk menciptakan mudik hijau yang meminimalisir pengeluaran karbon dioksida, sebenarnya bisa beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan publik/umum seperti bus, kereta api, pesawat yang memang memuat banyak penumpang.

Tapi nyatanya realita di lapangan tidak semudah itu. Orang-orang masih nyaman bermacet-macetan meski dalam waktu lama dengan kendaraan pribadi bersama keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun