Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tentang Arawinda, Film "Like & Share", dan Penerapan Cancel Culture pada Artis Bermasalah

9 Desember 2022   20:12 Diperbarui: 9 Desember 2022   20:34 4429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by twitter WatchmenID

LIKE & SHARE dengan berani ngangkat tema yg tabu dibicarakan. Dikemas secara kuat & menampar.

Remaja, pornografi, korban kekerasan seksual, dan bentuk-bentuk kejahatan yg relevan, tampil untuk dijadikan pesan penting buat penonton. pic.twitter.com/x4pBBhBwnB— Habis Nonton Film (@HabisNontonFilm) December 8, 2022

Respons lain dari para netizen ini malah beranggapan bahwa akun-akun review film ini tak lebih dari sekadar buzzer yang dibayar hanya demi menaikkan rating film. Ya namanya netizen kadang bisa beranggapan melebihi apa yang kita pikirkan.

Sekarang kita lihat secara langsung bagaimana efek dari konroversi Arawinda Kirana di film Like & Share. Melihat jumlah penonton di hari pertama tayangnya, film ini berhasil mendapat lebih dari 15.000 penonton. Jika dipikir-pikir, ini masih terbilang rendah jika melihat film lokal lain yang setidaknya bisa mencapai puluhan ribu di hari pertama tayang.

Di IMDb pun, tempat di mana siapapun bisa memberi ulasan, rating film Like & Share masih di bawah 6, lebih tepatnya 5.8/10. Padahal jika melihat film lokal lain, setidaknya nilai 7.0 masih bisa mudah diraih.

Melihat ini, kontroversi sang aktris memang punya pengaruh bagi para penikmat film yang memutuskan untuk tidak menontonnya. Padahal jika melihat sinopsis  dan ulasan yang mengedepankan isu kekerasan seksual, Like & Share punya potensi kuat untuk bersaing dengan film lain dan mendapatkan jumlah penonton lebih dari itu.

image by twitter WatchmenID
image by twitter WatchmenID

Tapi lagi-lagi, ini kembali ke keputusan penonton karena mereka lah yang paling berhak menentukan ingin atau tidaknya nonton terlepas dari alasannya. Jika pun jumlah penonton masih terbilang sedikit, pihak produksi setidaknya harus memikirkan cara lain untuk melakukan promosi lebih besar yang akan mendongkrak popularitas film ini sendiri. Promo buy 1 get 1, maybe.

Hal yang harus dibahas selanjutnya adalah penerapan cancel culture yang sebenarnya tak salah, tapi harus dilakukan merata pada aktris atau aktor yang pernah punya masalah.

Rasanya pun Arawinda bukan yang pertama terlibat dalam rumah tangga orang. Masih banyak juga bintang papan atas baik laki-laki ataupun perempuan yang juga pernah masuk ke masalah yang sama. Namun nyatanya? Tetap saja masih bisa tampil di televisi atau bahkan dunia perfilman sekalipun.

Tidak perlu menyebutkan nama juga, tapi publik figur yang bermasalah pun mulai dari narkoba, hate speech, bahkan hingga pelaku kekerasan/pelecehan seksual rasanya masih bisa menikmati hidupnya dengan tenang dan masalahnya mereka dulu seakan hilang ditelan bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun