Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mencandu Luka

21 Juni 2022   21:10 Diperbarui: 21 Juni 2022   21:22 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya amarah Vano semakin memuncak. Ia mengarahkan kepalan tangannya hingga mendarat di wajah sebelah kiriku. Sedikit sakit memang, tapi bukan berarti aku tak bisa melawan. Aku membalas pukulan itu, bukan di wajah, tapi di perut. Tak kusangka ia langsung tak berdaya hingga tak sanggup lagi berdiri.

"Hei, dengar," kataku menunduk, menyamakan posisi. "Menikahi orang yang kita cintai adalah sebuah harapan. Tapi mencintai orang yang kita nikahi, adalah sebuah keharusan. Camkan itu, dan jadilah suami bertanggung jawab untuk keluargamu."

Kini aku sudah ada di depan rumah Inka untuk mengantarnya pulang. Di sepanjang perjalanan dia sama sekali tak bicara dan memilih menatap jendela mobil melihat lampu jalanan. Aku paham Inka pasti marah padaku karena telah mengacaukan malam ini. Tapi setidaknya tujuan utamaku sudah selesai.

Jika pun ke depannya mereka masih saling berhubungan, itu risiko mereka yang tak ingin aku campuri. Tugasku cukup sampai sini. Dan ketika Inka butuh teman untuk mendnegarkan keluh kesahnya, aku akan tetap ada sampai kapanpun itu.

"Bara..." katanya sebelum turun dari mobil. Aku merespons cepat karena takut ia membutuhkan sesuatu. "Makasih udah bantu aku, termasuk soal malam ini. Mungkin kalau kamu nggak melakukan itu, aku dan Vano akan terjebak selamanya di lingkaran setan ini."

Aku melihat matanya mulai basah seperti menahan tangis. Maka aku membuka lebar pergelangan tangan, memberi tanda bahwa aku siap menjadi pelukannya untuk malam ini.


Benar saja, untuk kesekian kalinya, Inka menangis histeris dalam pelukanku.

Mencandu Luka - Selesai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun