Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fenomena Bowo Alpenliebe, Siapa yang Harus Disalahkan?

1 Juli 2018   09:41 Diperbarui: 4 Juli 2018   13:28 7358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by jogja.tribunnews.com

Sebagai pengguna aktif Instagram, saya sering melihat aktivitas teman, baik melalui postingan langsung ataupun dari stories-nya. Hal yang menjemukan sebenarnya melihat orang itu lagi yang muncul di timeline. Oleh karena itu, fitur explore sangatlah membantu untuk melihat aktivitas orang lain yang bukan dari following kita.

Melalui fitur ini, kita bisa melihat aktivitas tokoh papan atas mulai dari artis, selebgram, pejabat, bahkan hingga akun komedi seperti Tahilalats. Nah, beberapa hari lalu di Instagram ada yang menarik perhatian saya ketika membuka explore, yaitu seorang anak ABG (kurang lebih usia SMP) yang ternyata sedang viral. Karena kepo, maka saya mencari-cari info anak ini hingga ke Instagram pribadinya.

Singkat cerita, namanya Bowo Alpenliebe. Ternyata dia adalah salah satu seleb Tik Tok. Pembaca tahu aplikasi Tik Tok, kan? Itu lho, aplikasi yang sedang hits digunakan oleh para remaja Indonesia. Ya sejujurnya aplikasi ini kabanyakan menghadirkan orang-orang alay. Yang cuma joget-joget nggak jelas tanpa tahu faedahnya apa. Bahkan nggak sedikit juga malah kaum perempuan pengguna aplikasi tersebut dengan bangga memamerkan tubuhnya yang seharusnya bukan jadi konsumsi publik.

Oke, skip bagian tadi. Kembali ke Bowo. Jadi laki-laki berusia 13 tahun ini (kalau nggak salah) membuat gempar dunia instagram (dan sosmed lainnya, maybe) karena selain menjadi seleb di aplikasi (yang dianggap) alay, ia pun ternyata mengadakan meet and greet untuk penggemarnya yang dikenakan tarif sekitar 80.000 rupiah.

Karena belum puas, saya masih cari informasi yang lebih jauh tentang anak ini. Selain acara M&G tadi, beberapa fansnya yang terlalu fanatik malah sampai memposting hal di luar nalar di Facebook. Ada yang rela jual ginjal lah, bahkan sampai mau bikin agama baru dengan menjadikan Bowo sebagai Tuhannya. Miris nggak, sih? :(

Berita terakhir yang saya dapatkan, beberapa orang tua pun mulai resah karena anaknya memaksa meminta uang untuk menghadiri acara si Bowo ini. Dan sebagai orang tua pun, pasti uang segitu bisa lebih dimanfaatkan pada aspek lain. Pokoknya kalau mau cari tahu lebih lanjut tentang Bowo, coba cek google "Bowo Tik Tok". Nanti juga akan banyak beritanya.

Tentang aplikasi Tik Tok


Sudah banyak Kompasianer yang menulis tentang Tik Tok. Saya hanya membahas kembali dari sudut pandang pribadi. Pertama, saya nggak suka aplikasi Tik Tok ini. Serius. Kenapa? Karena kebanyakan isinya kurang bermanfaat. Bahkan kalau Play Store dengan kata kunci "Aplikasi Goblok", maka yang akan keluar adalah aplikasi Tik Tok. Tapi ya kadang aplikasi ini digunakan juga di tangan orang kreatif meski hanya sedikit.

Aplikasi semacam ini bisa saja dibuat hanya untuk hiburan saja. Tapi, penggunanya yang kurang bijak ketika menggunakannya. Dan ketika terlalu banyak orang-orang alay di Tik Tok, aplkasi ini pun dicap sebagai aplikasi alay. Ini sama saja dengan sosmed lain. Ambilah contoh Instagram. Isinya keren, pengguna banyak. Tapi ada saja kan yang justru jadi kebalikannya. Beberapa minggu lalu saja ada perempuan yang mengaku jadi istri sah Iqbal yang jadi viral. Alay? Iya. Jadi intinya, suatu aplikasi itu memang tergantung penggunanya.

Sekarang kalau bicara soal penggemar Bowo, mereka juga pastinya pengguna aplikasi Tik Tok. Usianya pun masih sebaya dengannya yang masih jadi anak sekolahan. Tidak ada yang salah sebenarnya jika mereka mengidolakan seseorang. Saya juga punya kok idola. Tapi masalahnya, di sini juga harus dilihat idolanya siapa dan apa yang sudah dilakukan oleh idola tersebut. Ya sekalipun tetap mengidolakan si Bowo ini, ya sewajarnya aja lah. Nggak usah fanatik. Toh sama-sama manusia ini, bukan Dewa.

The power of netizen

Viralnya Bowo membuat netizen geram, termasuk saya. Pertama kali melihat fenomena ini saya juga sama seperti kebanyakan orang lain. Langsung mikir, "Really? Nih anak ngapain, sih? Remaja perempuan histeris hanya untuk ketemu dia? Berlebihan banget sampai harus ada acara meet and greet.

Lalu dalam sekejap Bowo pun menjadi viral). Banyak portal berita ataupun sekadar akun komedi di sosmed lain yang membahas dirinya. The power of netizen pun melesat dengan cepat. Ketika ada hal yang membahas tentang Bowo, mereka langsung menghujat dengan kekuatan jempolnya. Kalau saya lihat sih kebanyakan dari mereka tidak menerima kenapa orang seperti Bowo bisa viral dan menganggap bahwa ia akan merusak generasi bangsa.

Nah di sinilah alasan kenapa saya mau membuat tulisan ini. Iya, saya juga netizen yang tidak mendukung kepopuleran Bowo saat ini. Tapi, bukan berarti dengan bebas saya bisa menghujat dia dengan kata-kata yang tidak pantas bukan? Jujur miris ketika membaca hujatan netizen di akun instagram pribadi bowo. Berikut saya lampirkan beberapa screenshot-nya. Untuk nama, foto dan kata-kata yang kurang pantas sengaja saya sensor.

Screenshot from Instagram
Screenshot from Instagram
Screenshot from Instagram
Screenshot from Instagram
Screenshot from Instagram
Screenshot from Instagram
Screenshot from Instagram
Screenshot from Instagram
Screenshot from Instagram
Screenshot from Instagram
Nah, bagaimana? Apa menurut pembaca dengan fenomena seperti ini para netizen itu boleh berkata hal kasar dan tidak pantas? Menurut saya ini sudah keterlaluan dan di luar batas kewajaran. Kalau untuk komentar seperti "Duh, anak segede gini mending belajar aja sana. Nggak usah main Tik Tok dulu" ya masih bisa diterima lah.

Tapi kalau udah dibandingkan sama (I'm sorry to say that) alat kelamin laki-laki, ya nggak pantas juga dong. Dan masalahnya yang menghujat dia bukan ratusan orang aja, bahkan sampai ribuan. Pada postingan Bowo di Instagram bahkan ada yang berkomentar sampai 20.000 lebih.

Saya rasa masih ada banyak cara selain mencaci-maki dengan kata-kata kasar untuk mengingatkan orang tersebut agar jadi lebih baik. Terlebih usia seperti Bowo ini adalah usia yang masih sangat muda. 

Pada usia segitu adalah masa rentan untuk psikisnya. Oke, saya nggak mengerti apa-apa tentang psikologi. Tapi saya pernah ada di usia seperti Bowo saat ini. Menghadapi haters ribuan di usia seperti ini tentu bukan hal yang mudah. Kita tidak tahu bagaimana dia di belakang ini semua. Entah dia sebenarnya menangis, mengadu ke orang tua, atau malah jadi orang yang emosinya mudah tersulut.

Hal lain yang membuat Bowo menjadi viral pun yak arena ulah netizen sendiri. Beritanya di up di mana-mana, seluruh netizen memberi komentar. Dengan cara seperti itu ya jelas lah anak ini akan tambah populer. Kana da juga quotes-nya Stop making stupid people famous. Yang berarti, kalau orang-orang pada tahu dia itu nggak bener, yaudah nggak usah dibuat jadi besar masalahnya. Intinya sih, semakin banyak respons netizen, ya si orang tersebut jadi makin tinggi namanya.

Hal-hal yang harus diperhatikan

Jika bicara tentang siapa yang harus disalahkan, kita tidak boleh memiliki pandangan subjektif, melainkan objektif. Begini, jika kita hanya menyalahkan Bowo, itu tidak sepenuhnya salah tapi tidak juga sepenuhnya benar. Masih ada beberapa sudut pandang yang bisa kita lihat di sini.

Orang Tua

Ketika belajar sosiologi di SMA dulu, karakter seseorang akan terbentuk pertama kali dari keluarga. Jelas, seseorang lahir, besar, dirawat oleh keluarga. Oleh karena itu keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter anak. Sekarang pada kasus Bowo, apakah orang Tuanya tahu dia jadi viral? (kemungkinan besar tahu sih). Lalu, apakah selama ini orang tuanya mendukung dia menjadi artis Tik Tok?

Peran orang tua Bowo bisa jadi ada atas keviralannya saat ini, namun hal yang harus diperhatikan selanjutnya adalah orang tua dari fans-fansnya Bowo ini. Inilah hal penting yang harus dilakukan orang tua pada anaknya yang mau beranjak remaja, yaitu pengawasan terhadap apa yang anaknya lakukan sehari-hari. 

Jangan ragu bertanya apabila si anak meminta uang dengan jumlah yang tidak biasanya. Periksa juga ponsel si anak untuk melihat aktivitasnya. Serta tanyakan juga apa yang sudah dilakukannya hari ini dan apakah ada masalah yang sedang dihadapi.

Hal tersebut akan membuat seorang anak terbuka pada orang tuanya. Sehingga ketika ia berperilaku di luar batas wajar, orang tua bisa jadi penengah agar anak itu tidak melakukannya lagi. Pada kasus Bowo misalnya, hendaknya orang tua memberi pengarahan untuk memberi tahu si anak bahwa mengidolakan seseorang itu jangan sampai berlebihan. Cukup sewajarnya saja.

Netizen

Kembali lagi pada netizen. Tolong, jadilah netizen cerdas, bukan jadi netizen yang seenaknya menghakimi seolah dirinya jadi hakim untuk semua orang. Kepada siapapun hendaknya kita tidak pantas menggunakan kata-kata kotor untuk mencaci-maki orang. Jangan merasa bahwa hidup kita suah sempurna. Lagipula, apa yang kamu tulis di dunia maya adalah apa yang mencerminkan diri kamu sesungguhnya di dunia nyata.

Mulai sekarang, siapapun orang yang viral, sejelek apapun karya yang dia buat, berkomentarlah dengan wajar jika memang ingin mengingatkan. Karena popularitas seseorang bisa naik juga karena ulah netizen yang berlebihan menanggapinya.

Bowo

Well, I'm not his fans or his haters. Tapi untuk Bowo, selain Tik Tok pasti masih ada hal lain yang lebih baik untuk mengasah bakat kamu. Kalau masih ingin tetap berkakir di Tik Tok, ya mau gimana lagi. Saya siapa yang berhak ngatur hidup seseorang? Tapi tetap sih, masih nggak akan suka sama aplikasi itu :(

Untuk meminimalisir netizen yang berkomentar seenaknya, lebih baik nonaktifkan fitur komentar di Instagram. Saya rasa ini untuk kebaikan dia juga. Jika semakin hari banyak haters yang menyerang dia, khawatir juga psikisnya akan makin terganggu.

Nah, saya membuat tulisan ini bukan untuk membela Bowo, ya. Saya juga risih ada acara meet and greet seperti itu. Cuma kasihan aja kadang sampai dicaci maki dengan kata-kata kotor padahal umurnya masih muda banget. Terlebih netizen hanya melihat dari satu sisi saja tanpa melihat sisi lainnya. Sekali lagi, jadilah netizen cerdas.

Akhir kata, sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

-Gilang Riyadi, 2018-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun