Mohon tunggu...
Gilang Rahmawati
Gilang Rahmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari menjadi kuli tinta.

*** silahkan tinggalkan pesan *** ** http://www.kompasiana.com/the.lion ** #GeeR

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hitam Putih dan Sebuah Cerita Kenangan

29 April 2012   10:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:58 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_177918" align="aligncenter" width="300" caption="Gilang Rahmawati"][/caption]

Hitam dan Putih, dua warna yang ku anggap sebagai sebuah sikap. Lebih baik hitam atau putih diartikan sebagai sebuah ketegasan, daripada berdiri diwarna abu-abu, karena itu hanya sebuah keraguan. Hitam dan putih itu juga sebagai warna dasar. Karena mereka, semua warna bisa menyatu. Hal ini bisa dilihat dalam sebuah lukisan. Dua warna ini selalu menjadi pilihan dalam memulai sebuah karya lukis. Namun, pada tulisan kali ini, saya bukan ingin membicarakan tentang warna hitam putih dapa lukisan, melainkan berbicara mengenai foto Hitam Putih. Lebih dikenal dengan singkatan BW (Black White).

Berbicara mengenai sebuah foto BW (Black White), yang saya tangkap setiap melihat foto itu ialah ‘sebuah kenangan’. Karena, biasanya kedua warna ini sering kali digunakan untuk menggambarkan kejadian lampau. Begitupun yang tersirat dikepala saya. Ketika saya menginginkan sebuah foto itu menjadi hitam putih, saya hanya merubah picture style pada camera, dengan menjadikannya ‘monochrome’. Ini saya pelajari dari mas Bowo Bagus, hihi..

Dimulai karena Kampret, mengajak untuk upload foto dengan tema “BW”. Saya langsung tanya sama mas bowo, kalau gak salah seperti ini percakapannya, lewat YM eh sms, eh lupaaa, hihi:

Aghil (saya): Maaasss, gimana setting biar bisa jadi BW?

Mas Bowo: Coba kamu liat tampilan di camera, menu, Picture Style, pilih Monochrome.

Aghil: Oke siep, sudah, makasih, mantaab..

Mas Bowo: wkwkwk.. (inilah ekspresi yang sering tergambar dari orang ini, haha)

Lanjut, akhirnya saya menciptakan satu foto pertama dari camera saya dengan BW. Alhamdulilah, tanggapan teman-teman KAMPRET cukup mengesankan, banyak yang suka. Apalagi si Raja BW, mas Naim Ali. Haha..dan untungnya saat mengambil foto itu sinar matahari cukup membuat warna putih itu tampak. Kalau tidak, fotonya akan menjadi abu-abu, sebuah keraguan (lagi).

Dibawah ini foto BW yang pertama dari camera yang sudah lama saya pegang:

[caption id="attachment_177920" align="aligncenter" width="622" caption="© By Geer (foto pribadi)"]

13356951361354171152
13356951361354171152
[/caption]

Tidak hanya dengan teknik setting “monochrome”, kita bisa menciptakan sebuah foto BW. Saya pun pernah mengakali foto berwarna saya, diubah menjadi BW. Foto yang berwarna kesannya menarik dan cerah. Bukan berarti saat diubah menjadi BW kesan tersebut hilang, malah menurut saya mengubahnya menjadi BW justru menambah kesan baru. Ya, inilah fokus utama yang ingin saya jabarkan. Bagaimana saya melihat foto BW itu tersirat akan sebuah kenangan.

Dibawah ini contoh foto yang di edit menjadi BW:

-          Before

[caption id="attachment_177922" align="aligncenter" width="300" caption="© By GeeR (Foto Pribadi)"]

13356952961392366441
13356952961392366441
[/caption]

-          After

[caption id="attachment_177923" align="aligncenter" width="300" caption="© By GeeR (Foto Pribadi)"]

1335695383452080753
1335695383452080753
[/caption]

-          Before

[caption id="attachment_177924" align="aligncenter" width="300" caption="© By GeeR (Foto Pribadi)"]

13356954621618123028
13356954621618123028
[/caption]

-          After

[caption id="attachment_177925" align="aligncenter" width="300" caption="© By GeeR (Foto Pribadi)"]

1335695519654397932
1335695519654397932
[/caption]

Foto sepeda diatas tadi, saya melihat kenangan akan sepeda itu (meskipun itu bukan punya saya). Background sepeda itu pas dengan kondisi sepeda. Terlihat sepeda itu sering sekali dipakai, seperti digunakan karena penuh perjuangan. Tampak “masa lalu” itu ada pada foto itu.

Berlanjut pada foto BW yang lain (tentunya punya saya, hihi)

[caption id="attachment_177927" align="aligncenter" width="331" caption="© By GeeR (Foto Pribadi)"]

13356961011776024540
13356961011776024540
[/caption]

Foto ini pun sama, saya melihat “masa lalu”. Dimana keringnya ranting, menggambarkan bahwa kenangan foto ini adalah saat dulu ranting ini terisi oleh daun hijau segar. Foto ini seperti berbicara tentang ranting, ia kesepian, ia butuh hijaunya dan rindangnya daun.

[caption id="attachment_177929" align="aligncenter" width="363" caption="© By GeeR (Foto Pribadi)"]

13356962981692047248
13356962981692047248
[/caption]

Kalau foto yang diatas ini, kenangan yang tersirat dikepala saya, hmm..dari pintu inilah, saya bisa menerima banyak kenangan yang masuk. Melalui pintu ini, seorang teman lama, datang menyapa. Melalui pintu ini, orang yang ku kenal datang meminta uang (semacam salles, penjual parfum, pengamen, dll.hahaha). Melalui pintu ini juga, ku sambut teman baru (mas bowo dan mas arif, hihi).

Sedangkan foto dibawah ini hanya saya yang tau, ada kenangan kuat apa dari foto ini. Haha..

[caption id="attachment_177930" align="aligncenter" width="300" caption="© By GeeR (Foto Pribadi)"]

13356964022062365030
13356964022062365030
[/caption]

Sekian, hitam putih dalam sebuah cerita.

Siap menerima tantangan? Simak DISINI, dan ramaikan KAMPRET.

**

Gilang Rahmawati

Yogyakarta, April.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun