Kesimpulannya, dunia keris menunjukkan dua hal yang berjalan beriringan. Pertama, ricikan yang menentukan dhapur secara umum tetap sama sepanjang zaman. Kedua, rancang bangun bilah, gonjo, atau bagian lain dari keris mengalami perubahan di setiap periode. Perubahan tersebut memberi tanda khas yang melekat pada setiap era, misalnya gonjo tinggi pada keris Jenggolo, bilah kecil pada keris Majapahit, dan tungkaan gonjo pada keris Pakubuwono. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari peran penguasa yang ingin meninggalkan ciri khas pada masa pemerintahannya.
Bagi para kolektor maupun empu, perbedaan-perbedaan ini sangat membantu. Kolektor dapat mengidentifikasi keris berdasarkan ciri teknis yang spesifik, sedangkan empu dapat meniru atau melestarikan gaya sesuai rujukan dari masa lalu. Dengan cara itu, dunia keris tetap terjaga kesinambungannya, sekaligus tetap menyimpan keragaman bentuk yang menjadi penanda perjalanan sejarah keris di Nusantara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI