Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kepa yang Semestinya Keluar

25 Februari 2019   14:28 Diperbarui: 25 Februari 2019   22:42 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: express.co.uk

Partai final Piala Liga Inggris antara Chelsea dan Manchester City, Minggu (24/2), telah usai dengan kemenangan pasukan "Manchester Biru" lewat tendangan adu penalti dengan skor 3-4.

Pertandingan memang telah berakhir, namun kontroversi yang dibuat Kepa Arrizabalaga pada menit ke-118 masih jadi buah bibir. Eks kiper Atletic Bilbao itu kedapatan membangkang perintah pelatih Chelsea, Maurizio Sarri, yang ingin menggantikannya dengan Willy Caballero.

Padahal pergantian tersebut terbilang urgensi, sebelumnya Kepa mendapat perawatan intensif usai melakukan aksi penyelamatan dari teror Sergio Aguero di menit ke-110. Ketika Caballero hendak masuk dan assisten wasit telah mengangkat papan pergantian, Kepa bergeming jika dirinya baik-baik saja dan memberi isyarat jika pergantian tak perlu dilakukan.

David Luiz yang berada didekatnya coba berdiskusi, entah apa yang mereka bicarakan namun pada akhirnya Kepa keukeuh tak ingin diganti. Hal tersebut membuat Sarri naik pitam, pelatih berpaspor Italia itu mengemukakan ekspresi kecewa dipinggir lapangan. Ia bahkan hampir meninggalkan arena pertandingan dengan berjalan menuju ke pintu keluar stadion untuk melepaskan rasa kecewanya.

Kejadian ini memancing beberapa pihak untuk bersuara. Bahkan fans Chelsea sendiri membuat bahan guyonan lewat ensiklopedia multibahasa daring atau dikenal dengan Wikipedia. Profiling Kepa mendadak berubah, tertulis dia sekarang berposisi sebagai manajer The Blues. Hal demikian tentu cukup beralasan, sebab Kepa dianggap melangkahi kewenangan seorang manajer.

Selain kian marak diperbincangkan di media sosial oleh fans. Aksi kiper dengan banderol 70 Juta Paun itu menyedot atensi stakeholder sepakbola internasional. Salah satu yang mengecam aksi Kepa adalah Eks kapten Chelsea, John Terry.

Pria kelahiran Barking itu mengungkapkan bahwa sudah menjadi kewajiban pemain untuk menurut kepada perintah pelatih. Ditilik dari posisi manapun, perlakuan Kepa sangat mencederai keharmonisan sebuah tim.

"Saya pikir [Sarri] di posisi sulit, saya terkejut dia [Caballero] tidak masuk dan memaksanya [Kepa] keluar. Jika saya pelatih di sana, Anda pergi. Ini mencoreng penampilan yang benar-benar bagus. Jika nomor Anda terlihat [di papan pergantian pemain] Anda harus keluar.

Ini berat dan sulit untuk pemain, pelatih telah membuat keputusan dan Anda harus keluar. Sulit untuk pemain keluar dan memaksanya keluar, apakah ini tugas dan tanggung jawab mereka? Mungkin tidak, ini tanggung jawab pemain untuk keluar dan menerimanya dan menghadapinya besok," pekiknya seperti dikutip dari Goal yang bersumber pada Sky Sports.

Namun demikian, demi keharmonisan timnya, Sarri menepis omongan miring yang kini bergejolak diluar sana. Eks pelatih Napoli ini menyebut jika pembangkangan yang dilakukan Kepa murni karena kesalahpahaman, bukan disebabkan dia segan akan anak buahnya itu.

"Saya kira kami harusnya bicara mengenai sisi sepakbola, karena kami bermain sangat bagus. Itu [penolakan Kepa] adalah kesalahpahaman. Saya mendengar ada masalah dan kami perlu mengganti. Saya baru mengetahui ketika dokter kembali ke bench setelah beberapa menit," Ungkapnya dalam konferensi pers selepas pertandingan.

Sarri menambahkan, bahwa anak buahnya tak salah. Ini hanya soal perbedaan sudut pandang ketika dimana Kepa yang berada di lapangan dan merasakan kondisinya sendiri dengan Sarri yang hanya bisa melihat Kepa dari kejauhan.  

"Ini kesalahpahaman. Saya memahami si kiper mengalami keram dan mungkin tidak akan bisa memainkan adu penalti. Seperti yang sudah saya bilang, saya meminta pergantian karena ada problem fisik, tapi dikatakan bahwa dia baik-baik saja. Jadi saya pikir dia benar," tambahnya.

Tradisi Lama: Konspirasi Pemain The Blues
Jauh-jauh hari sebelum pertandingan ini, ada sebuah fakta menarik mengapa Chelsea sering bergonta-ganti pelatih. Penyebab utamanya adalah para pemain itu sendiri. Aksi terselubung dari pemain ini kerap dilakukan lewat pembangkangan seperti yang baru saja terjadi atau melalui berbagai rencana lain untuk menyingkirkan pelatih yang dianggap tak sesuai kehendak para pemain.

Hal tersebut diutarakan oleh eks bek Chelsea asal Brasil, Alex Rodrigo Dias da Costa atau lebih dikenal dengan nama lapangan Alex. Ia mengalami betul kondisi tersebut ketika masih aktif berseragam London Biru medio 2004/12. Ia mengungkap jika di masa dia bermain untuk Chelsea praktik konspirasi menyingkirkan pelatih memang benar adanya.

"Selama saya di sana, ya. Saya tidak berbicara masa sekarang, sebab saya tidak lagi berada di sana. Namun, saya bicara saat saya berkarir di sana. Saya melihat ada banyak kebingungan dengan masalah satu ini. Ada banyak pemain yang berharap segala sesuatunya tidak berakhir baik bagi manajer dan dia [para pelatih yang pernah menangani Chelsea] akhirnya angkat kaki," tandasnya.

Siapa yang Mestinya Keluar?
Dalam sudut pandang yang lebih luas, kata "keluar" yang diutarakan dalam subjudul kali ini tak hanya berlandaskan arti keluar lapangan saat pergantian pemain terjadi. Christopher Roy Sutton eks pemain dan manajer sepakbola Inggris yang kini jadi cendekiawan sekaligus komentator untuk BT Sport menyatakan kesamaan persepsi dengan John Terry yang telah disampaikan dibagian awal artikel.

"Kepa seharusnya tidak pernah bermain untuk Chelsea lagi. Ini seharusnya menjadi penampilan terakhirnya bersama Chelsea. Dia memalukan. Saya belum pernah melihat yang seperti ini," Ujar Sutton seperti dikutip dari Detik Sports yang bersumber pada BBC.

Pria kelahiran Nottingham 45 tahun silam itu juga seolah ingin menepis jika tradisi konspirasi pemain The Blues lewat pembangkangan akan terjadi lagi. Sebab yang semestinya keluar atau kongkritnya dipecat adalah Kepa bukan Sarri. Kiper berpaspor Spanyol itu jelas-jelas salah dimatanya.

"Jika saya Sarri, saya akan meneruskannya [melakukan pergantian tersebut]. Anda tidak seharusnya dirusak. Mengapa para pemain tidak menyeret Kepa [keluar]? Kepa harus dipecat bukan Sarri," tambahnya.

Andai Kepa keluar dan menuruti perintah Sarri, bisa jadi presentase kemenangan Chelsea bisa berubah jadi lebih baik. Sebab selain memainkan kiper yang lebih bugar secara fisik. Willy Caballero pun punya catatan mentereng saat menghadapi babak tos-tosan. Pada final Piala Liga 2016 silam misalnya, Ia berhasil menangkis tendangan tiga pemain Liverpool dan membawa City menjadi juara.

Namun, apapun itu sepakbola bukan hitungan matematika dan permainan logika. Dalam olahraga ini, kemenangan memang sulit ditakar lewat data statistik. Dan yang kini jadi persoalan adalah "kenapa Kepa tak mau diganti" bukan "kenapa Chelsea kalah".

Terlepas dari cedera/tidak, upaya mengganti Kepa adalah strategi terakhir Sarri jelang babak adu penalti, sebab di babak ini peran dan intruksi pelatih akan berubah menjadi senyap.  

Taktik Sarri-ball memang tengah bermasalah dalam beberapa pertandingan terakhir. Namun ini bukanlah momen yang tepat untuk mendepaknya. Lagi pula, tak adil rasanya menimang nasib Sarri lewat persoalan ini. Jadi siapa yang mestinya keluar? Ya, siapa lagi, di menit ke-118 Kepa sudah semestinya keluar dari lapangan demi kondusifitas ruang ganti Chelsea.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun