Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menikmati Mie Instan Buatan Zlatko Dalic

15 Juli 2018   14:03 Diperbarui: 15 Juli 2018   14:23 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: AP Photo/Frank Augstein)

Federasi sepakbola Kroasia seolah mencari sesuatu yang cepat saji atau kultur ingin praktis, dalam arti pendek: instan. Rekam jejak pemecatan pelatih juga kian menegaskan hal tersebut. Terhitung sejak babak kualifikasi Piala Dunia, HNS telah memecat tiga pelatih Timnasnya. Igor Stimac, Niko Kovac, dan Ante Cacic. Kultur ingin praktis ini faktanya merembet ke akar rumput, tepatnya di akademi Dinamo Zagreb. Dalam kurun waktu 13 tahun terakhir, Zagreb telah memecat 17 pelatih dan direktur teknik.

Jadi kembali ke Timnas Kroasia, pelatih Zlatko Dalic ditunjuk sebagai suksesor Ante Caci dengan sangat mendadak. Hanya tersedia 48 jam bagi pelatih baru untuk mengenal para pemainnya. Bahkan Dalic baru bertemu dengan para pemainnya saat berada di bandara menjelang pertandingan terakhir kualifikasi melawan Ukraina.

Counter Pressing ala Zlatko Dalic

Kroasia dalam dalil mie instan (kultur ingin praktis) tak mungkin bisa dihidangkan sebagai makanan yang sedap dilihat begitu saja. Ada seorang koki yang membuatnya, dan Zletko Dalic telah berhasil mengolah mie instan itu menjadi layak dikonsumsi. Meskipun khasiatnya hanya terasa dalam jangka waktu pendek sebagai pelepas dahaga lapar akan prestasi.

Untuk jangka panjang, dampak dari penggunaan konsumsi mie instan ini tidak baik. Selain berdampak kurang baik terhadap kesehatan, dalam konten mie instan yang dimasak Zlatko Dalic ini berakibat pada masa depan Timnas Kroasia. Mungkinkah generasi emas selanjutnya akan muncul kembali tanpa cetak biru?

Apapun yang terjadi dengan Kroasia hari ini, kita boleh melayangkan apresiasi terhadap Zletko Dalic. Tanpa pengetahuan taktikal yang mumpuni sulit rasanya mengelola tim yang diisi generasi emas sekalipun. Roberto Martinez, pelatih Belgia buktinya.

Namun Dalic dengan Counter Persaingan nya membuat pandit-pandit diseluruh dunia menggelengkan kepala. Betapa tidak, disaat mayoritas tim lain bermain lebih taktikal dan berhati-hati dalam artikulasi lebih jelas: membosankan. Dalic tak segan memeragakan pressure ketat setelah timnya gagal dalam melancarkan serangan.

Taktikal memang membuat permainan agak melambat. Setelah melakukan Counter Attack umunya tim yang bersangkutan tergesa-gesa melakukan defense. Namun apa yang dilakukan Mandzukic cs berbeda, mereka tak buru-buru mereset zona defense melainkan langsung memberikan pressure kepada para bek lawan yang sedang berusaha melakukan build up.

Jika diterjemahkan konsepnya cukup sederhana, seperti saat melawan Inggris di semifinal. Ivan Perisic, Mandzukic, dan Rebic menjadi barisan pertama yang memberi tekanan kepada tiga bek lawan. Sedang Rakitic-Modric akan menunggunya dari lini kedua, kalau-kalau pressure dari ketiga kawannya didepan gagal. Sedangkan Marcelo Brozovic, menjadi orang terakhir untuk mengantisipasi pressure error yang dilakukan kelima kawannya tadi.

Tentu saja Counter Pressing yang diterapkan Dalic bukan tanpa resiko. Sebuah strategi yang sebetulnya penuh ancaman terhadap zona defense mereka. Dalic dalam prosesnya perlu menentang prinsip bertahan "Jangan ambil sekali. Delay, ikuti, delay, ikuti, dst..." Atau Ia juga akan mendapat masalah lain, yakni soal kebugaran.

Kebugaran menjadi problem utama dalam menerapkan Pressing ketat. Hampir serupa dengan gegen pressing gubahan Juergen Klopp. Mereka tak hanya dihantui kecolongan dan terkena counter attack tim lawan. Melainkan juga cedera para pemain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun